Mekanisme penulisan Al Qur'an merupakan hal yang
sangat penting bagi seluruh insan manusia dalam upayanya menggali dan mengkaji
makna/arti terdalam dari ayat-ayat kitab suci Sang Pencipta. Perlu diingat
bahwa dalam setiap juz kitab suci Al Qur'an itu terdiri dari satu atau beberapa
surat dan juga ruku', dengan demikian, maka pemahaman suatu ayat tidak bisa
dilepaskan dari konteks ruku' tersebut. Demikian pula, kontekstualisasi
permasalahan dalam satu juz itu tidak bisa dipisahkan dari pemahaman Al Qur'an secara
keseluruhan. Dengan skema seperti itulah maka dapat diperoleh tafsir dan ta'wil
Al Qur'an yang tidak akan pernah kontradiktif antara satu ayat dengan ayat
lainnya ( Qs Al Qamar, 54/22). Tegaknya Din Al Islam merupakan suatu
kepastiandari janji Allah dan juga nasib orang-orang yang tidak percaya akan
hari tegaknya atau kebangkitan Din Al Islam. Essensi dari Iman adalah percaya
dan yakin dengan berita ghaib, yakni sebuah berita tentang suatu peristiwa yang
akan terjadi pada masa mendatang oleh para pendakwah (mu'min mubaligh) misi
risallah kebangkitan/ tegaknya Din Al Islam. Hanya orang-orang berakallah (ulil
albab) yang dapat mengaitkan berita ghaib, atau prediksi dari para nabi-nabi
dan Rasul Allah itu dengan ayat-ayat Alam (kauniyah) dan sejarah yang telah
berlaku bagi orang-orang terdahulu.
Sesungguhnya Alam semesta itu merupakan laboratorium Ilmu Tu(h)an Semesta Alam, karena pada Alam semesta inilah segala sunatullah berlaku (Qs Ali'Imran, 3/83). Demikian halnya, setiap visi dan misi yang disampaikan oleh para nabi dan Rasul-Nya dalam Al Qur'an sudah terbukti kebenarannya, jadi bukan hal yang baru, bahkan juga dongengan dan juga karangan dari para utusan-Nya. Itulah kepastian Sunnatullah yang akan berlaku bagi seluruh ummat manusia di sepanjang zaman.
Apabila manusia ingin mewujudkan kehidupan sosial yang setimbang, maka dari itu contohlah bagaimana Allah menegakan kesetimbangan itu pada Alam. Ingat manusia adalah bagian dari Alam yang diperkecil, ia makhluk dari Sang Khalik ( Pencipta) sebagaimana makhluk-makhluk lainnya yang ada pada Alam, Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia berperan/berperilaku sebagai hamba/budak yang taat kepada Tu(h)annya, Sang Pencipta sebagaimana makhluk Alam lainnya yang taat kepada hukum-hukum yang telah Allah undangkannya, sehingga terciptalah sebuah keharmonisan semesta. Sebenarnya manusia dalam menyelaraskan diri dengan hukum-hukum Allah yang ada pada Alam Semesta dan kitab suci-Nya, itu merupakan maksud dari sebuah do'a, yang berbunyi "waqina 'azaban-nar" yang artinya jauhkanlah kami dari azab kehidupan neraka, yaitu kehidupan yang kacau balau, antagonistis, dan yang saling menjatuhkan satu sama lain.
Seperti telah dipahami bahwa kita suci Al Qur'an menjelaskan tentang sebuah proses kehidupan dari seluruh ummat manusia yang berlangsung dan berlaku pada Alam Semesta, Oleh sebab itu Allah menjadikan Alam Semesta sebagai alat atau sarana untuk mengajarkan Ilmu-Nya yang bekerja kepada kehidupan jiwa (nafs) dan sosial masyarakat manusia, Dengan kata lain, Alam Semesta merupakan sebuah kitab besar yang didalamnya telah ditetapkan segala hukum-hukum Allah yang tidak boleh dilanggar. Maka dari itu fenomena-fenomena yang terjadi pada Alam Semesta itu juga disebut sebagai Ayat-ayat Allah.
Disadur
kembali oleh: Zimran A.E.