Namun, kiranya yang perlu dicatat dan digaris bawahi, bahwa ajaran yang dibawa oleh Seorang Utusan yang diperjuangkan dalam hal ini para Nabi dan Rasul Allah dari zaman kezaman, merupakan sebuah ajaran Tuhan yang sama, yang Dia sendiri tidak akan pernah merevisi atau lupa dan apalagi sampai salah terhadap apa yang dulu pernah disampaikan sebagai sebuah ketetapan (undang-undang) apa-apa saja yang ada pada Alam semesta ini, jadi pada dasarnya hukum atau aturan pada kehidupan ini sudah seimbang dan tentunya tidak perlu atau pernah berubah-ubah lagi, dikalangan para kaum agamais, Kesamaan ajaran tersebut hanya meliputi masalah iman kepada Allah, sebagai Tuhan Yang Maha Esa, serta terkait dalam permasalahan hukum nikah dan waris saja. Padahal telah disampaikan bahwa kebenaran sejati berasal dari Allah Yang Maha Benar, dan ciri dari suatu kebenaran sejati adalah tidak pernah atau perlu perubahan, meskipun terkait rentang waktu/masa/zaman yang panjang dan berganti, hanya masalah tempat (lokasi) yang akan mengalami perubahan, karena disesuaikan oleh zamannya, tapi ada hal-hal yang memang tidak pernah akan berubah, yaitu hukum atau aturan yang melekat pada alam itu sendiri, termasuk manusia sebagai salah satu komponen dari bagian yang ada didalamnya.
Jadi, Millah Abraham sendiri bukan dalam rangka untuk mengajarkan bentuk sebuah ritualitas keagamaan baru atau dalam rangka untuk kembali mengajarkan sebuah
ajaran
faham yang baru, melainkan ingin menjelaskan dan memberikan sebuah gambaran pilihan jalan hidup bagi manusia dan
khususnya jalan hidup para Nabi dan Rasul Allah dan juga para pengikutnya yang mewariskan dan mau meneruskan misi risalah Allah ini, untuk
dijelaskan kepada segenap umat manusia yang ada disetiap zamannya, yang sudah tidak lagi memahami ilmu yang bersumber dari kitab suci, dan
jalan
kebenaran ini sendiri dapat ditelusuri dari sejarah yang telah dikisahkan/tuliskan didalam kitab Taurat,
Injil, dan Al-Qur’an, sebab semua Nabi
dan Rasul Allah mengajarkan ilmu kehidupan
yang sama yaitu sistem hidup yang benar, yang sumber pada akar kelimuan yang telah diajarkan
oleh Nabi Ibrahim sebagai Bapak dari para nabi.
Oleh karena
itu, Millah Abraham sendiri adalah sebuah
prinsip-prinsip fitrah, sikap ketaatan dan keteguhan dengan karakter kasih sayang yang diemban oleh semua Nabi dan Rasul Allah
sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dan juga bagi mereka para penerus keilmuan dari generasi spiritual Nabi
Ibrahim selanjutnya. Bila kita mau memahami satu ayat dalam sebuah surat Al-Qur’an, yang menjelaskan,
bahwa seorang Nabi Muhammad pun beliau juga mempelajari dan mengikuti keilmuan
yang bersumber dan diajarkan oleh Nabi Ibrahim, perhatikan Surat berikut
(Qs.6:161). Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah membimbingku ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus,
dan dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik.”
Dalam ayat diatas sangat jelas
menerangkan bahwa Nabi Muhammad pun mengikuti apa yang dibawa/diajarkan oleh
Nabi Ibrahim dari generasi penerusnya yang benar(tegak lurus), tapi menurut pemahaman
keyakinan kebanyakan(mayoritas) orang, mengatakan bahwa Nabi Muhammad membawa
dan mengajarkan sebuah ajaran paham baru yang didapatkan secara langsung dari
Allah, dan ada sebuah pernyataan lain yang juga mengatakan juga bahwa ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad ini merupakan penyempurna dari alajaran-ajaran yang
ada sebelumnya, padahal kita tentunya sama-sama meyakini dan mengetahui bahwa
apa yang ada dilangit dan dibumi semuanya telah diciptakan dengan sempurna,
sehingga Tuhan kiranya tidak perlu lagi merevisi atau merubah apalagi menambahkan
apa-apa yang telah Dia ciptakan dan ajarkan kepada para Nabi-nabi selanjutnya.
Kalau dalam konteks pemahaman sebuah keilmuan
yang terdapat dalam kitab suci, dalam rangka mengajak manusia untuk
bersama-sama mau kembali kepada sumber, pada poros atau jalurnya, dengan sebuah
alasan mendasar bahwa apa yang dipahami selama ini telah banyak berubah, berseser
atau bahkan sudah sampai keluar dari rellnya, untuk itu lebih tepatnya mengajak
kembali kepada petunjuk hidup yang berdasarkan pada kitab-kitab sebelumnya
juga, agar kitapun memahami bahwa kitab-kitab juga mengajarkan hal yang sama,
mengenai apa saja yang ada didalam kitab-kitab-Nya dan telah bergeser pada
konteks pemahamannnya, sudah melenceng atau bahkan mungkin diselewengkan oleh
mereka para pemilik kepentingan dari sisi keilmuan, sehingga apa yang saat ini sampai
kepada kita sudah tidak lagi murni.
Dengan mengembalikan pada pokok sumber
ajaran yang benar melalui Kitab Suci-Nya sebagai dasar keilmuan, milah Abraham
ingin mengajak kepada kita semua segenap umat manusia untuk kembali kepada kemurnian
ajaran yang telah hampir 1400thn ini sudah bergeser bahkan tidak lagi dipahami sebagai
sebuah kebenaran(telah hilang), tujuannya agar manusia yang hidup saat ini dan
dimasa depan dapat mengerti dan memahami kebenaran dari Kitab-Kitab Suci
sebagai sebuah petunjuk bagi jalan kehidupan dimasa depan yang lebih baik dan bukan
sebuah jalan menuju kepada kematian yang nantinya akan mendapatkan balasan
berupa surga yang ada disana dalam pandangan estakologi pemahaman kaum agamais.
Bagi kami surga itu harus diupayakan dan
dibangun, dikerjakannya didunia dulu, bukan menunggu-nunggu dengan banyaknya bentuk
syarat dan ritual pemujaan serta lantunan puji-pujian yang di alamatkan kembali
kepada Tuhan (Allah SWT), akan tetapi, sebuah bentuk kesadaran akan sebuah sikap,
tindak dan laku yang harus berdasar kepada sebuah dasar ilmu yang bersumber
tentunya dari suatu keilmuan yang dapat menghidupkan sebuah kesadaran(Akal), Kitab sebagai sebuah panduan dan
petunjuk hidup bagi mereka yang ingin mengembalikan kehidupan yang saat ini mulai
dirasa tidak lagi seimbang (kacau dan tidak menentu), agar dapat kembali kepada
kehidupan surga didunia (bukan dalam bayangan eskatologi kaum agamais), surga
yang dimaksud disini adalah terjalinnya sebuah kehamonisasian diantara sesama mahluk
dan juga elemen kehidupan itu sendiri, sehingga dapat terwujud sebuah potret hidup
seperti kehidupan yang diimpikan oleh kebanyakan manusia, yaitu seperti sebuah
kehidupan surga yang nanti ada disana.
Afatar 7680