SOLUSI DARI #KABUR SAJA DULU
Semua
manusia sangat berharap hidupnya berada dalam kondisi yang selamat dan
sejahtera, betul apa benar?...
Ada gak manusia yang gak mau kehidupannya selamat sejahtera?Gak ada ya.
Binatang saja menginginkan hidupnya demikian, apalagi manusia yang memiliki
kecerdasan berpikir.
Yang kedua ada gak manusia berani menjamin hidupnya pasti selamat dan sejahtera
dari sekarang sampai yang akan datang?. Gak ada ya.
Selamat itu adalah berada dalam kondisi yang aman, tenang, dan damai. Fokusnya
kepada batiniah atau spiritual. Ada pada kekuatan pikiran.
Sejahtera itu adalah berada dalam kondisi tercukupinya semua kebutuhan pangan,
papan dan sandang. Fokusnya ke lahiriah atau biologis. Ada pada kekuatan usaha
yang di dikelola.
Keselamatan itu bisa cepat diperoleh, namun tidak semudah yang dibayangkan
karena dia butuh keseimbangan. Harus ada gaiden atau petunjuk yang menuntunnya
ke arah itu.
Sementara kesejahteraan juga butuh sistem yang mendukung untuk dapat cepat
meraihnya. Sebab, jika tidak ada sistem yang menunjang maka akan sangat lama
dan harus berdarah-darah untuk meraihnya.
Mayoritas anak bangsa ini latar belakang keyakinannya adalah agama Islam, dan
memiliki harapan pada setiap ritual sholat yang mereka lakukan. "Ihdinashshirotol
mustaqiim" itulah do'a dan harapan yang setiap saat dipanjatkan.
Pertanyaannya, apakah mereka sudah mendapatkan jawaban atas permohonan
tersebut?.
Bukankah literasi yang dijelaskan diatas memberikan informasi tentang
permohonan ini?. Keselamatan dan kesejahteraan adalah esensi dari do'a dan
harapan mereka. Tetapi, sudahkah mereka mendapatkannya?. Mengapa mereka lebih
memilih "#kabur saja dulu" sebagai jawabannya?.
Kesimpulan:
Nabi Muhammad adalah pribadi yang memiliki kecukupan dalam materi dunia. Namun
kenapa dia pergi meninggalkan bangsanya?. Apakah karena ingin mencari kelebihan
dari kesenangan materi yang ada?, atau ada alasan lain yang lebih mendasar
sebagai penyebabnya?.
Dimensi
manusia bukan hanya melulu mengurusi biologis atau darah daging semata. Ada
yang lebih utama dan harus diperjuangkannya, yakni kenikmatan spiritual. Itulah
yang sedari awal dicari dan diupayakan oleh Nabi Muhammad dan para pengikutnya.
Harta dan jiwa dikorbankannya demi menjemput kehidupan yang “Selamat dan
Sejahtera”.
Penulis:
Michael
Zahid Aditiya