#KABUR SAJA DULU, APAKAH SOLUSI?
Fenomena seperti "#kabur saja dulu" mungkin
mencerminkan perasaan frustrasi atau kelelahan dari sebagian orang terhadap
kondisi sosial, politik, atau ekonomi yang ada. Beberapa alasan yang mungkin
mendasari fenomena ini antara lain:
Ketidakpuasan terhadap situasi politik: Banyak orang merasa
frustrasi dengan kebijakan pemerintah, ketidakadilan sosial, atau
ketidakmampuan pemimpin dalam membawa perubahan yang berarti, sehingga muncul
dorongan untuk melarikan diri dari situasi tersebut.
Ekonomi yang sulit: Dalam beberapa kasus, kesulitan ekonomi
yang dihadapi oleh banyak orang—seperti pengangguran, tingginya biaya hidup,
atau rendahnya daya beli—bisa mendorong seseorang merasa bahwa keluar dari
negara adalah satu-satunya jalan untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Pencarian harapan baru: Beberapa individu mungkin merasa
bahwa peluang dan kehidupan yang lebih baik ada di luar negeri, terutama di
negara-negara dengan sistem sosial atau ekonomi yang lebih stabil.
Frustrasi terhadap sistem pendidikan dan pekerjaan: Banyak
orang yang merasa bahwa sistem pendidikan atau pasar kerja di Indonesia tidak
memberikan peluang yang cukup untuk berkembang, sehingga keinginan untuk
"kabur" atau mencari peluang di luar negeri semakin kuat.
Mentalitas lelah dengan segala hal: Perasaan lelah karena
melihat kondisi yang tidak kunjung membaik atau karena hidup terasa monoton
bisa memicu perasaan ingin lari dari kenyataan.
Fenomena ini sering kali menggambarkan keinginan untuk
mencari jalan keluar ketika seseorang merasa terhambat atau tidak mendapat
kesempatan yang adil. Namun, tentu saja, setiap individu atau kelompok memiliki
alasan yang berbeda-beda di balik pandangan ini.
Dalam diskusi kali ini, saya ingin pembaca melihat kasus
ini dari perspektif sejarah Para Nabi dan Rasul dalam menyikapi bangsanya,
ketika mereka berdakwah kepada kaumnya. Pemahaman yang out of the box pada
awalnya selalu mengalami banyak penolakan, pencibiran, bahkan sampai kepada
ancaman pembunuhan dan pengusiran.
Menariknya perjalanan awal ini dilandasi dengan fondasi
keimanan atau kesadaran, bukan dengan pemaksaan. Tidak ada kekerasan yang
dibalas dengan kekerasan, kebencian dibalas dengan kebencian. Mereka
membalasnya dengan senyum dan kesantunan, karena menyadari orang-orang yang
menzaliminya berada dalam kebodohan.
Mereka berjuang dilandasi semangat yang luar biasa untuk
merubah keadaan. Membawa konsep kebenaran dan menyampaikannya kepada seluruh
eksponen bangsa untuk ditawarkan. Tidak ada keinginan untuk menggulingkan kekuasaan,
karena masalah itu adalah soal pergiliran. Kuasa galap dan terang adalah
kekuasaan yang saling bergantian, kehadirannya tidak akan bertemu secara
bersamaan.
Puncak penyampaian atau dakwan Para Nabi dan Rasul beserta
orang yang setia menyertainya adalah penolakan. Dan menariknya mereka memilih
mengalah untuk keluar dari Bangsanya. Tidak ada perlawanan mereka menerimanya
sebagai bagian dari perjalanan.
Kesimpulan:
Membandingkan kisah yang ditorehkan para pejuang konsep kebenaran sangatlah
berbeda, dengan mereka yang lari dari kenyataan. Dan yang menjadi pertanyaan
adalah mengapa mereka lari dari permasalahan?, Apakah mereka memiliki konsep
untuk merubah keadaan?. Next kita lanjutkan diskusi ini pada tulisan berikutnya
Penulis:
Michael Zahid Aditiya