Sabtu, 08 Maret 2025

KABUR AJA DULU APAKAH SOLUSI

 

#KABUR SAJA DULU, APAKAH SOLUSI?

Fenomena seperti "#kabur saja dulu" mungkin mencerminkan perasaan frustrasi atau kelelahan dari sebagian orang terhadap kondisi sosial, politik, atau ekonomi yang ada. Beberapa alasan yang mungkin mendasari fenomena ini antara lain:

Ketidakpuasan terhadap situasi politik: Banyak orang merasa frustrasi dengan kebijakan pemerintah, ketidakadilan sosial, atau ketidakmampuan pemimpin dalam membawa perubahan yang berarti, sehingga muncul dorongan untuk melarikan diri dari situasi tersebut.

Ekonomi yang sulit: Dalam beberapa kasus, kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh banyak orang—seperti pengangguran, tingginya biaya hidup, atau rendahnya daya beli—bisa mendorong seseorang merasa bahwa keluar dari negara adalah satu-satunya jalan untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Pencarian harapan baru: Beberapa individu mungkin merasa bahwa peluang dan kehidupan yang lebih baik ada di luar negeri, terutama di negara-negara dengan sistem sosial atau ekonomi yang lebih stabil.

Frustrasi terhadap sistem pendidikan dan pekerjaan: Banyak orang yang merasa bahwa sistem pendidikan atau pasar kerja di Indonesia tidak memberikan peluang yang cukup untuk berkembang, sehingga keinginan untuk "kabur" atau mencari peluang di luar negeri semakin kuat.

Mentalitas lelah dengan segala hal: Perasaan lelah karena melihat kondisi yang tidak kunjung membaik atau karena hidup terasa monoton bisa memicu perasaan ingin lari dari kenyataan.

Fenomena ini sering kali menggambarkan keinginan untuk mencari jalan keluar ketika seseorang merasa terhambat atau tidak mendapat kesempatan yang adil. Namun, tentu saja, setiap individu atau kelompok memiliki alasan yang berbeda-beda di balik pandangan ini.

Dalam diskusi kali ini, saya ingin pembaca melihat kasus ini dari perspektif sejarah Para Nabi dan Rasul dalam menyikapi bangsanya, ketika mereka berdakwah kepada kaumnya. Pemahaman yang out of the box pada awalnya selalu mengalami banyak penolakan, pencibiran, bahkan sampai kepada ancaman pembunuhan dan pengusiran.

Menariknya perjalanan awal ini dilandasi dengan fondasi keimanan atau kesadaran, bukan dengan pemaksaan. Tidak ada kekerasan yang dibalas dengan kekerasan, kebencian dibalas dengan kebencian. Mereka membalasnya dengan senyum dan kesantunan, karena menyadari orang-orang yang menzaliminya berada dalam kebodohan.

Mereka berjuang dilandasi semangat yang luar biasa untuk merubah keadaan. Membawa konsep kebenaran dan menyampaikannya kepada seluruh eksponen bangsa untuk ditawarkan. Tidak ada keinginan untuk menggulingkan kekuasaan, karena masalah itu adalah soal pergiliran. Kuasa galap dan terang adalah kekuasaan yang saling bergantian, kehadirannya tidak akan bertemu secara bersamaan.

Puncak penyampaian atau dakwan Para Nabi dan Rasul beserta orang yang setia menyertainya adalah penolakan. Dan menariknya mereka memilih mengalah untuk keluar dari Bangsanya. Tidak ada perlawanan mereka menerimanya sebagai bagian dari perjalanan.

Kesimpulan: Membandingkan kisah yang ditorehkan para pejuang konsep kebenaran sangatlah berbeda, dengan mereka yang lari dari kenyataan. Dan yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mereka lari dari permasalahan?, Apakah mereka memiliki konsep untuk merubah keadaan?. Next kita lanjutkan diskusi ini pada tulisan berikutnya

 

Penulis:

Michael Zahid Aditiya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...