Senin, 29 April 2024

Millah Abraham Sebagai Jalan Hidup Menuju Jalan Kehidupan Yang Diberkati


Millah Abraham sebagai
sebuah pemahaman,  yang isi didalamnya berupa ajaran-ajaran yang bersumber kepada jalan kehidupan para Nabi-nabi, khususnya Nabi Ibrahim (atau Abraham dalam lafal asli bahasa Ibrani), karena beliau adalah sebagai bapak Monoteisme. Pemahaman yang telah berkembang ditengah mayoritas ahli agama dan pada umumnya mempercayai bahwa setiap Rasul Allah, akan membawa agama atau ajaran yang baru dan berbeda dari Rasul Allah sebelumnya, sekaligus sebagai pengganti dan lebih sempurna dari sebelumnya. Ini sama juga mengatakan  bahwa Allah tidak konsiten, dan apa yang telah Allah wahyukan kepada Nabi Ibrahim berbeda dengan apa yang diwahyukan-Nya kepada Nabi- nabi setelahnya, sampai kepada Nabi Musa, begitu pula kepada Nabi Isa juga kepada Nabi Muhammad dan berarti bisa jadi akan seperti itu seterusnya.

Namun, kiranya yang perlu dicatat dan digaris bawahi, bahwa ajaran yang dibawa oleh Seorang Utusan yang diperjuangkan dalam hal ini para Nabi dan Rasul Allah dari zaman kezaman, merupakan sebuah ajaran Tuhan yang sama, yang Dia sendiri tidak akan pernah merevisi atau lupa dan apalagi sampai salah terhadap apa yang dulu pernah disampaikan sebagai sebuah ketetapan (undang-undang) apa-apa saja yang ada pada Alam semesta ini, jadi pada dasarnya hukum atau aturan pada kehidupan ini sudah seimbang dan tentunya tidak perlu atau pernah berubah-ubah lagi, dikalangan para kaum agamais, Kesamaan ajaran tersebut hanya meliputi masalah iman kepada Allah, sebagai Tuhan Yang Maha Esa, serta terkait dalam permasalahan hukum nikah dan waris saja. Padahal telah disampaikan bahwa kebenaran sejati berasal dari Allah Yang Maha Benar, dan ciri dari suatu kebenaran sejati adalah tidak pernah atau perlu perubahan, meskipun terkait rentang waktu/masa/zaman yang panjang dan berganti, hanya masalah tempat (lokasi) yang akan mengalami perubahan, karena disesuaikan oleh zamannya, tapi ada hal-hal yang memang tidak pernah akan berubah, yaitu hukum atau aturan yang melekat pada alam itu sendiri, termasuk manusia sebagai salah satu komponen dari bagian yang ada didalamnya.

Jadi, Millah Abraham sendiri bukan dalam rangka untuk mengajarkan bentuk sebuah ritualitas keagamaan baru atau dalam rangka untuk kembali mengajarkan sebuah ajaran faham yang baru, melainkan ingin menjelaskan dan memberikan sebuah gambaran pilihan jalan hidup bagi manusia dan khususnya jalan hidup para Nabi dan Rasul Allah dan juga para pengikutnya yang mewariskan dan mau meneruskan misi risalah Allah ini, untuk dijelaskan kepada segenap umat manusia yang ada disetiap zamannya, yang sudah tidak lagi memahami ilmu yang bersumber dari kitab suci, dan jalan kebenaran ini sendiri dapat ditelusuri dari sejarah yang telah dikisahkan/tuliskan didalam kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, sebab semua Nabi dan Rasul Allah mengajarkan ilmu kehidupan yang sama yaitu sistem hidup yang benar, yang sumber pada akar kelimuan yang telah diajarkan oleh Nabi Ibrahim sebagai Bapak dari para nabi.

Oleh karena itu, Millah Abraham sendiri adalah sebuah prinsip-prinsip fitrah, sikap ketaatan dan keteguhan dengan karakter kasih sayang  yang diemban oleh semua Nabi dan Rasul Allah sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dan juga bagi mereka para penerus keilmuan dari generasi spiritual Nabi Ibrahim selanjutnya. Bila kita mau memahami satu ayat dalam sebuah surat Al-Qur’an, yang menjelaskan, bahwa seorang Nabi Muhammad pun beliau juga mempelajari dan mengikuti keilmuan yang bersumber dan diajarkan oleh Nabi Ibrahim, perhatikan Surat berikut (Qs.6:161). Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah membimbingku ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik.”

Dalam ayat diatas sangat jelas menerangkan bahwa Nabi Muhammad pun mengikuti apa yang dibawa/diajarkan oleh Nabi Ibrahim dari generasi penerusnya yang benar(tegak lurus), tapi menurut pemahaman keyakinan kebanyakan(mayoritas) orang, mengatakan bahwa Nabi Muhammad membawa dan mengajarkan sebuah ajaran paham baru yang didapatkan secara langsung dari Allah, dan ada sebuah pernyataan lain yang juga mengatakan juga bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad ini merupakan penyempurna dari alajaran-ajaran yang ada sebelumnya, padahal kita tentunya sama-sama meyakini dan mengetahui bahwa apa yang ada dilangit dan dibumi semuanya telah diciptakan dengan sempurna, sehingga Tuhan kiranya tidak perlu lagi merevisi atau merubah apalagi menambahkan apa-apa yang telah Dia ciptakan dan ajarkan kepada para Nabi-nabi selanjutnya.

Kalau dalam konteks pemahaman sebuah keilmuan yang terdapat dalam kitab suci, dalam rangka mengajak manusia untuk bersama-sama mau kembali kepada sumber, pada poros atau jalurnya, dengan sebuah alasan mendasar bahwa apa yang dipahami selama ini telah banyak berubah, berseser atau bahkan sudah sampai keluar dari rellnya, untuk itu lebih tepatnya mengajak kembali kepada petunjuk hidup yang berdasarkan pada kitab-kitab sebelumnya juga, agar kitapun memahami bahwa kitab-kitab juga mengajarkan hal yang sama, mengenai apa saja yang ada didalam kitab-kitab-Nya dan telah bergeser pada konteks pemahamannnya, sudah melenceng atau bahkan mungkin diselewengkan oleh mereka para pemilik kepentingan dari sisi keilmuan, sehingga apa yang saat ini sampai kepada kita sudah tidak lagi murni.

Dengan mengembalikan pada pokok sumber ajaran yang benar melalui Kitab Suci-Nya sebagai dasar keilmuan, milah Abraham ingin mengajak kepada kita semua segenap umat manusia untuk kembali kepada kemurnian ajaran yang telah hampir 1400thn ini sudah bergeser bahkan tidak lagi dipahami sebagai sebuah kebenaran(telah hilang), tujuannya agar manusia yang hidup saat ini dan dimasa depan dapat mengerti dan memahami kebenaran dari Kitab-Kitab Suci sebagai sebuah petunjuk bagi jalan kehidupan dimasa depan yang lebih baik dan bukan sebuah jalan menuju kepada kematian yang nantinya akan mendapatkan balasan berupa surga yang ada disana dalam pandangan estakologi pemahaman kaum agamais.

Bagi kami surga itu harus diupayakan dan dibangun, dikerjakannya didunia dulu, bukan menunggu-nunggu dengan banyaknya bentuk syarat dan ritual pemujaan serta lantunan puji-pujian yang di alamatkan kembali kepada Tuhan (Allah SWT), akan tetapi, sebuah bentuk kesadaran akan sebuah sikap, tindak dan laku yang harus berdasar kepada sebuah dasar ilmu yang bersumber tentunya dari suatu keilmuan yang dapat menghidupkan sebuah kesadaran(Akal), Kitab sebagai sebuah panduan dan petunjuk hidup bagi mereka yang ingin mengembalikan kehidupan yang saat ini mulai dirasa tidak lagi seimbang (kacau dan tidak menentu), agar dapat kembali kepada kehidupan surga didunia (bukan dalam bayangan eskatologi kaum agamais), surga yang dimaksud disini adalah terjalinnya sebuah kehamonisasian diantara sesama mahluk dan juga elemen kehidupan itu sendiri, sehingga dapat terwujud sebuah potret hidup seperti kehidupan yang diimpikan oleh kebanyakan manusia, yaitu seperti sebuah kehidupan surga yang nanti ada disana.

 

Afatar 7680

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...