Minggu, 31 Maret 2024

Kitab Suci sebagai Kitab Literasi sejarah Otentik Dunia yang saat ini belum dipahami Dunia sebagai sebuah konsep Hidup Universal.

 

01 April 2024.

Kitab Suci sebagai sebuah Kitab Literasi Sejarah perubahan atau lebih tepatnya sebuah kisah yang menceritakan tentang pergantian sebuah perabadan yang otentik, kenapa dikatakan otentik?, karena makna atau esensi yang terkandung didalamnya tidak banyak orang yang mau menggali untuk memahaminya, hingga mampu menyentuh pemahaman yang benar (Qs.56:78,79), karena ada nilai dibaliknya yang bisa dijadikan sebuah pelajaran(Qs.56:80), dengan diawali memfungsikan Akal sebagai modal utama bagi kita mempelajari ni;ai-nilai dalam memahami keilmuan yang terkandung didalamnya (Qs.17;36), tanpa memfungsikan Akal dalam mempelajari dan memahaminya, maka kita hanya akan dibuat berhalusinasi dalam pemahaman pemikiran “ortodoks” pada bayang-bayang estakologis ahir zaman, tanpa dapat menemukan cara agar kita mampu memahaminya dengan berdasarakan Ilmu.

Sedangkan untuk kitab Suci yang ada dipembahasan, dalam hal ini untuk digali, pelajari dan fahami nilai esensi yang terkandung didalamnya, saya mengambil sumber dari Al-Qur'an, bukan dalam rangka membeda-bedakan atau memilah-milih, tapi karena dalam keterbatasan pengetahuan yang baru pada satu kitab ini saja, yang menurut cara pandang dan pendapat secara pribadi merupakan sebuah bacaan kitabiah yang cukup Ilmiah, dan saya juga meyakini begitupun dengan kitab-kitab lainya yang ada sebelum Al-Qur’an hadir, dengan satu syarat juga tentunya bila mau memahaminya dengan sebuah dasar keilmuan harus Logis dengan menggunkan nalar, bukan atas pola pemikiran dan persepsi atau pandangan pribadi-pribadi yang cenderung mengedepankan naft dalam proses berfikirnya hingga sampai pada proses menyimpukan.

Lalu letak ke-Suciannya sendiri menurut saya ada pada, karena tidak semua orang mau dan mampu memahaminya melalui sebuah proses olah fikir yang benar, hingga mampu dicerna dan terima secara sederhana dan logis, karena didalam Kitab Suci terdiri dari bentuk struktur badan bangunan dalam penyusunannya, dan isi pemaparannya terdapat struktur penulisan yang dirancang dan difikirkan secara cermat hingga tersaji secara unik dan sangat ilmiah, yang apabila kita mau memahami lebih jauh, secara singkat dapat diterangkan mengenai isinya(Kitab Suci) yang ingin menjelaskan atau menerangkan sebuah pola dari konsep hidup dan kehidupan Universal yang berawal dan berahir dan bersandar hanya kepada Sang Pencipta, sebagai satu-satunya sumber kesejatian ilmu kehidupan, dalam membangun sebuah kesadaran Spiritual kepada manusia yang dapat menghidupkan pola berfikir yang logis, hingga mampu dinikmati dengan sederhana sebagai sebuah hidangan keilmuan yang tersaji didalam-Nya.

Selanjutnya kita akan diberikan gambaran besar mengenai sebuah permasalahan yang ada dan harus kita gali lebih dalam serta dipelajari lebih tekun agar dapat dipahami menjadi sebuah hikmah dalam menemukan esensi yang terkandung didalamnya, sehingga diharapkan mampu membangun diri menjadi manusia yang berkripadian(ber-Ahkalq) hingga sampai pada pribadi yang bijaksana(manusia paripurna), jadi Kitab Suci menjelaskan sebuah Gambaran Isme Tuhan YME itu sendiri, yang diharapkan dapat membentuk dan membanguan kharakter manusia-manusia yang dapat membuka wawasan berfikir jauh lebih luas dan lebar agar dapat masuk pada sebuah gambaran permasalahan luas diluar sana yang di terangkan secara tidak urut, bahkan cenderung tidak berbentuk, hingga berupa penggalan atau bagian kisah-kisah kehidupan dari zaman-kezaman perjalanan kehidupan umat manusia dimuka bumi.

Kitab Suci sebagai sebuah warisan umat dimasa lalu yang telah diramkum menjadi sebuah buku (Mushaf) atau lebih tepatnya sebagai kitab Ilmiah, yang sejatinya adalah milik Tuhan YME, dan dibukukan oleh mereka umat-umat “berke-Tuhannan pada zamannya”, yang sebelumnya telah mendapat pemahaman dan keilmuan terlebih dahulu agar mereka juga mampu melihat dan memahami sebuah kondisi faktual dan kedepan yang bias saja terjadi pada masa itu dan masa depan, dan seharusnya kitab suci dijadikan sebagai landasan konsep berfikir dalam menemukan jalan keluar yang tepat, serta mampu menjawab tantangan dari permasalahan dunia yang terjadi saat itu, dalam memahami konsep hidup dan kehidupan universal versi literasi Kitabiah yang terjadi dimasa dan zamannya masing-masing, yang pada ahirnya dapat di artikan sebagai sebuah kebiasaan atau sebuah tradisi bagi Tuhan YME untuk menjelaskan/menerangkan (dengan cara mengutus) seorang perantara diantara mereka sendiri, untuk umat manusia dizamannya dalam menjelaskan sebuah pemahaman Ilmu Ketuhanan yang tertulis dalam Kitab Suci bagi segenap manusia yang hadir/hidup disebuah zaman.

Seperti yang sama-sama kita ketahui pada masa Musa(Moses) dan Yesus(Isa) sang utusan disebutkan sebagai Mesias, atau lebih akrab dalam Bahasa kitab dikenal sebagai putra/anak sulung Tuhan, esensi yang terkandung dibaliknya adalah, hanya Anak yang mampu memahami kehendak Sang Bapak dan begitu pula pada masa berikutnya, yang merupakan sebagai bentuk Kasih dan Sayang-Nya(Tuhan YME), maka kembali akan diutus seorang yang benar-benar mengenal kebiasaan(Kharakter) Sang Pencipta, dengan ditandainya kembali diturunkan sebuah kesadaran terhadap sebuah keIlmuan yang telah lama pudar dan cenderung hampir hilang tak berbekas.

Esensi keilmuan Bapak sebagai panggilan terhadap Tuhan (didalam pemahaman Kristiani) adalah sebagai bentuk penjelasan sebuah keterkaitan hubungan yang sangat dekat, yang di analogikan seperti anak dan Bapaknya, dan seorang anak yang baik, dia akan mengenal keinginan dan kehendak dari Sang Bapak dan begitupun selanjutnya setelah umat Narani diangkayt menjadi umat pilihan di zamannya, sebutan nama Mesias mulai berangsur tidak lagi disampaikan pada masa-masa berikutnya, dan setelah keruntuhan kejayaan kaum Nasrani, maka akan diturunkan kembali sang mediator Tuhan dengan diperkenalkannya gelar atau secara jabatan sebagai seorang RASUL/Nabi, ini tidak ubahnya seperti gelar yang disematkan atau diberikan, seperti ketika seseorang berhasil dipilih untuk pemimpin disebuah perusahaan, maka akan ada tambahan Nama Jabatan didepannya dengan sebuah panggilan Direktur.

Sebenarnya yang perlu dipermasalahkan disini bukanlah pada konteks Nama atau jabatan yang disematkan atau gelar yang diberikan, akan tetapi harusnya kita dapat masuk jauh lebih dalam lagi agar sampai pada sebuah sudut pandang pemahaman, sebuah konten atau isi yang nantinya dapat dijelaskan dan diarguntasikan sebagai sebuah Misi dan Visi yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Tuhan melalui mediatornya yaitu Mesias, Nabi, Satrio, Ratu adil, Imam Mahdi, bahkan Rasul sekalipun, yang dapat dijelaskan dan dikritisi secara ilmiah, logis, factual dan terafirmasi pada kehidupan di setiap masanya dan dapat terkonfirmasi di zaman ini, karena bentuk sifat dari kitab suci itu sendiri, tidak lekang dimakan oleh zaman, dan hanya mahluklah yang akan lekang ditelan oleh kekuatan waktu dari bergulirnya pergantian sebuah peradaban disuatu zaman.

Dari pembukaan isi kitab yang menjelaskan dan gambaran pemaparan permasalahan yang disampaikan dalam bentuk sebuah bangunan struktur pemikiran yang dalam literasi Kitabiah, seharusnya ada sebuah cara, atau lebih tepatnya metode khusus, yang kiranya dapat digali sebagai sebuah dasar pemahaman dan menjadi landasan sumber keilmuan dalam mengambil langkah-langkah atau keputusan untuk dapat merumuskan tindakan yang akan diambil untuk sampai pada jalan keluar dan solusi yang terbaik dari permasalahan yang telah ada, yang selama ini tidak pernah terselesaikan baik dari pergantian tampuk kekuasaan yang ada, bahkan bila kita cermati lebih jauh, cenderung semakin menumpuk hingga seperti benang kusut dan bila kita melihat kebelakang kembali, sejauh bangsa ini lahir belum ada sebuah harapan besar yang benar-benar ingin direalisasikan hingga dapat menjadi sebuah solusi yang konkrit bagi permasalahan yang terjadi khususnya di negeri ini dan umumnya perkembangan pengaruh dunia dimasa yang akan datang.


Afatar 7680

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...