Kamis, 22 Agustus 2024

Tipis Empati

 


By: ZIMRAN A E.

      Bangsa Indonesia beraneka-ragam yang kaya akan kreasi dari hasil kerajinan hingga tingginya nilai dari budaya luhurnya sendiri, semua itu terlihat/tergambar pada dinamika kehidupan bermasyarakat yang masih dipegang dan dijalankan pada tiap suku-suku yang ada daidalamnya.

Kepulauan sebagai ciri khas dari bangsa Indonersia yang tersebar dan menyatu seluruhnya dibawah naungan  ibu pertiwi, karena bangsa Indonesia yang besar ini terdiri dari beberapa pulau-pulau, sehingga tiap suku-suku mempunyai ciri dan khas dari kebudayaan mereka masing-masing yang berbeda-beda, maka dalam tata cara hidup bermasyarakatnya pun berbeda, bukan hanya dalam hal budaya dan adat istiadat saja, juga kebiasaan dalam hal mengolah bahan makanan keseharianpun, dalam tata cara perkawinan, logat dan gaya bicara serta bahasa dan juga masih banyak lagi hal lainya yang tidak mungkin dapat dijelaskan satu persatu didalam tulisan ini.

     Lalu bagaimanakah dengan masyarakat yang ada di ibukota? bukankah kita semua sama bahwa kita juga adalah bagian dari masyarakat bangsa Indonesia itu sendiri, namun mengapa di ibukota banyak masayarakat  pada umumnya justru seperti kehilangan akan jati dirinya, semua itu tergambar dan terlihat jelas, karena begitu mudahnya terombang-ambing oleh kebudayaan import yang datangnya dari luar negeri ini, baik dari budaya, makanannya, hukumnya dan sistem(ideologi) pun kita tidak lagi berpegang pada ideologi negeri ini yaitu Pancasila, justru dapat dikatakan kita mencomot(mengambil sebagian dari barat/liberalisme ( Amerika serikat,Inggris,Prancis,Belanda) maupun paham dari timur /kapitalisme (Rusia,Tiongkok,korea).( Qs al Baqarah 2/177 )

      Sehingga, cita-cita yang telah menjadi dasar berdirinya negeri ini menjadi bias yang ditandai dari tingkat kesenjangan sosial dan banyaknya konflik  perpecahan akan mudah terjadi, baik dari antar suku dan sesamanya, semua itu sudah terbukti dan tergambar disegala lini dengan ada tersiarnya kabar berita tentang segala kondisi peristiwa yang terjadi dimasyarakat Indonesia, dari timbulnya segala pra kondisi dan pristiwa yang terjadi jelas itu mengisyarakatkan bahwa bangsa Indonesia telah terindikasi wabah penyakit yang namanya krisis kepemimpinan.                Ternyata bukan saja hanya pada masalah kepemimpinan saja dalam hal krisis kepercayaan, baik dalam hal spritual keagamaannya pun juga dan semua itu  sangat mempengaruhi terjadinya segala sengketa peristiwa  dan perpecahan yang mungkin akan semakin melebar apabila kita tidak mau meyadarinya.

Lalu langkah-langkah konkrit apa yang harus diambil oleh kita selaku bagian dari anak-anak bangsa dinegeri ini, agar segala permasalah itu dapat segera terbenahi/teratasi? Bila bukan dengan cara Bergandengan tangan dan bahu membahu, selaku Masyarakat bangsa Indonesia untuk dapat duduk bersama dalam merumuskan sebuah pemikiran yang bertujuan untu menyatukan, dalam sebuah wadah untuk bermusyawarah dan bermupakat serta berdialog dengan menggunakan akal sebagai modal utama dalam menemuka solusi dan jalan keluar yang baik atas segala persoalan-persoalan yang ada dibangsa ini, maka Atas dasar dari sila ke-1. Ketuhanan YME, sudah saatnya yang kita yang berani dengan mengatasnamakan anak-anak bangsa Indonesia sekali lagi marilah kita kembali bersatu kepada niat yang suci dan luhur agar tercipta sebuah kerukunan dalam hal keyakinan akan berubahnya kondisi dari dari bangsa yang tidak memiliki sebuah tujuan yang jelas, menjadi sebuah perwujudan kehidupan yang saling mendamaikan hingga sampai kepada terciptanya Kesejahtera. ( Qs ali'imran 3/159 ).

                    By: ZIMRAN A E.


Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...