Jumat, 23 Agustus 2024

Ide Besar Sang Pencipta Bagi Para Pemikir Kesatria Sejati.

 

Sudahkah kita siap untuk mulai memfungsikan kesadaran berupa sarana yang diberikan(dibekali-Nya) sebagai modal dasar bagi seorang manusia agar dapat hidup dengan benar dengan memahami sebuah berfungsi selayaknya mahluk yang diciptakan dengan segala bentuk dan wujudnya yang telah sempurna, apakah itu? Qolbu/Akal/Nalar.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui ilmunya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan (qolbu) hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.Qs.17/36.

Semua apapun bentuk dan wujud yang hidup dan hadir dialam semesta ter-khusus bumi ini, sifat dasar dari garis penciptaan atas dirinya, berada dalam keadaan tunduk patuh dan ta'at, terhadap semua aturan yang mengikat didalamnya, berupa hukum universal yang melekat pada alam, jauh ribuan tahun sebelum manusia hadir dimuka bumi, yang telah menjadi sebuah keputusan mutlak sekaligus kehendak dari Sang Pencipta itu sendiri(Tuhan YME), semua penciptaan yang ada memiliki batasnya, dan mereka semua diciptakan dalam keadaan tidak diberikan atau memiliki pilihan atau dapat memilih untuk menentukan jalan atau arah kehidupannya sendiri.

Akan tetapi ketentuan itu tidak berlaku secara mutlak kepada semua mahluk ciptaan-Nya, ada satu mahluk yang diciptakan secara khusus dan telah dipilih secara langsung, sebagai ujung ahir dari semua proses penciptaan, yang menjadi wujud dari ciptaan termutahir Tuhan YME di dunia, untuk dapat ikut menjadi bagian dalam rencana besar-Nya, dalam proses Tuhan menyempurnakan penciptaan pada alam semesta ini yang disebut sebagai manusia, manusia merupakan bagian terujung dan merupakan elemen kehidupan terpenting dari sebuah porses sempurnanya penciptaan alam semesta yang nantinya akan diisi(diwarnai) oleh sebagian kecil (segelintir) dari manusia-manusia yang akan diberikan(dimandatkan) dari sebuah proses panjang sekaligus sebuah kesempatan yang seluas-luasnya didalam menentukan, sekaligus memilih jalan kehidupannya khususnya sepesiesnya dalam eksistensinya di dunia, dengan sebelumnya diawali memfungsikan sarana/modal hidupnya(qolbu) yang akan dapat menjawab setiap rencana dan kehendak-Nya yang pasti dalam sebuah proses peralihan dari zaman atau peradaban, dan ini merupakan sebuah sekenario yang pasti terjadi dan menjadi kebiasaan-Nya, sebagai bentuk Kharakter dari Sang Pencipta itu sendiri, sama kiranya seperti sebuah kepastian bergantinya malam dan siang, dan begitupun sebaliknya yang sampai hari ini tidak/belum pernah sekalipun berhenti, siapakah mereka?.

Mereka yang dulukala pada ribuan tahun yang lalu disebut sebagai Khalifah, khalifah bukanlah sesuatu hal yang tidak mungkin ditengah kondisi suatu zaman yang tidak menentu, dan buak suatu hal yang tabu hingga perlu dinafikan hingga ditolak keberadaanya, karena proses yang dijalani mereka merupakan sebuah proses dalam membangun sebuah kesadaran secara spritiual dari zaman kesaman berdasarkan atas sebuah proses sunatullah dari sebuah bacaan dari kondisi baik alam dan psikososianya dan sebagai kehendak Tuhan yang dikatakan diawal sebagai ujung dari rencana-Nya dalam menyempurnakan proses Penciptaan yang ada pada bumi sebagai bagian dari alam semesta, dalam Dia merahmati seluruh isi dan ciptaannya, dan hal ini akan menjadi sebuah proses spiritual seseorang yang mau memahami kitab sebagai proses mensucikan akal Budinya, dan dari pribadi-pribadi seorang hamba yang telah tersadar atas apa yang menjadi sebuah rencana dan kehendak-Nya sampai menemukan kepahaman dari kata sejati dalam kehidupannya yang berdasarkan atas bacaan dari perhitungan masa dan tahun penanggalan, yang hal tersebut hanya dapat dipelajari dan dipahami didalam kitab-kitab-Nya, bagi siapapun mereka para pemikir yang gelisah dan ingin menemukan sebuah kebenaran sejati yang pasti sebagai sebuah kondisi yang dapat dipahami pada setiap ahir dari sebuah periode disuatu zaman yang bila tidak meleset, alam yang akan berganti tahun, di setiap +/-1400 masa waktunya, proses yang dijalani bukanlah mewakili atau perwakilan dari setiap diri manusia yang hidup disuatu zaman tersebut, karena Khalifah merupakan bentuk lain, dari sebuah proses penciptaan, yang menjadi sebuah proses penciptaan sebuah kesadaran akal (bukan fisik) atas fungsi dan tugas/ tanggungjawab seorang hamba kepada Tuannya(Pencipta-Nya), karena seorang khalifah sebagai pelayan sekaligus pengganti(budak) didalam fungsi Tuhan itu untuk melayani dan merahmati seluruh mahluk ciptaan-Nya dimuka bumi, wabil-khusus manusia itu sendiri yang menjadi bagian dari tatanan kehidupan dari seluruh mahluk ciptaan-Nya, dalam berbangsa hingga bernegara agar sampai pada sebuah titik keselarasan dan keseimbangan didalam kehidupan yang dirahmati oleh-Nya.

Semua itu harus diawali dengan membangun sebuah kesadaran spiritual yang berdasar atas sebuah kesadaran akan fungsi kitab-kitab Tuhan YME yang telah hadir dari sekian ratus tahun, bahkan hingga ada yang telah sampai ribuan tahun lalu, tapi bagi kebanyakan oleh orang dari setiap umat-umat yang meyakini baru hanya di sucikan secara fisik dari kitab tersebut, belum sampai pada proses kesadaran bagaimana agar kesucian tersebut dapat melekat dan menjadi bagian dari dirinya, sebagai cara Tuhan dalam menjaga kemurnian isinya, sehingga tanpa sadar sampai kapanpun tidak akan mampu memahami isi dari kontek nilai/esensi yang terkandung didalamnya, hingga seiring proses waktu hingga ke zaman bentuk kesusian yang dimaksukan menjadi bias, hingga tidak ada lagi manusia yang mampu menjawab(menemukan) konteks  dari makna yang terkandung didalamnya, sebagai bentuk kepastiannya yang cepat atau lambat semua apa yang direncanakan dan menjadi sebuah keputusan dari-Nya pasti akan menjadi sebuah kenyataan, permasalahanya dimanakah posisi kita apabila waktu itu telah jatuh ditetapkan-Nya? Sebagai sebuah gambaran dihari ini, bahwa keyakinan yang ada, berupa agama-agama yang ada saat ini, sejatinya sudah terpecah, terbagi-bagi (73 golongan), akan tetapi yang tidak banyak disadari bagian-bagian yang telah terpecah tersebut masih diyakini (para penganutnya) sebagai sebuah kebenaran, padahal apa yang ada pada mereka saat ini, hanya berupa sebuah kepingan-kepingan kecil dari potongan/pecahan yang sejatinya dapat dianalogikan sebagai sebuah pecahan beling, yang bila tidak segera disadari, cepat atau lambat pasti akan melukai diri para penganut-penganut kaum agamais yang masih meyakininya sebagai sebuah kebenaran atas dasar sudut pandang mereka masing-masing.

 

Afatar7680

Kamis, 22 Agustus 2024

Tipis Empati

 


By: ZIMRAN A E.

      Bangsa Indonesia beraneka-ragam yang kaya akan kreasi dari hasil kerajinan hingga tingginya nilai dari budaya luhurnya sendiri, semua itu terlihat/tergambar pada dinamika kehidupan bermasyarakat yang masih dipegang dan dijalankan pada tiap suku-suku yang ada daidalamnya.

Kepulauan sebagai ciri khas dari bangsa Indonersia yang tersebar dan menyatu seluruhnya dibawah naungan  ibu pertiwi, karena bangsa Indonesia yang besar ini terdiri dari beberapa pulau-pulau, sehingga tiap suku-suku mempunyai ciri dan khas dari kebudayaan mereka masing-masing yang berbeda-beda, maka dalam tata cara hidup bermasyarakatnya pun berbeda, bukan hanya dalam hal budaya dan adat istiadat saja, juga kebiasaan dalam hal mengolah bahan makanan keseharianpun, dalam tata cara perkawinan, logat dan gaya bicara serta bahasa dan juga masih banyak lagi hal lainya yang tidak mungkin dapat dijelaskan satu persatu didalam tulisan ini.

     Lalu bagaimanakah dengan masyarakat yang ada di ibukota? bukankah kita semua sama bahwa kita juga adalah bagian dari masyarakat bangsa Indonesia itu sendiri, namun mengapa di ibukota banyak masayarakat  pada umumnya justru seperti kehilangan akan jati dirinya, semua itu tergambar dan terlihat jelas, karena begitu mudahnya terombang-ambing oleh kebudayaan import yang datangnya dari luar negeri ini, baik dari budaya, makanannya, hukumnya dan sistem(ideologi) pun kita tidak lagi berpegang pada ideologi negeri ini yaitu Pancasila, justru dapat dikatakan kita mencomot(mengambil sebagian dari barat/liberalisme ( Amerika serikat,Inggris,Prancis,Belanda) maupun paham dari timur /kapitalisme (Rusia,Tiongkok,korea).( Qs al Baqarah 2/177 )

      Sehingga, cita-cita yang telah menjadi dasar berdirinya negeri ini menjadi bias yang ditandai dari tingkat kesenjangan sosial dan banyaknya konflik  perpecahan akan mudah terjadi, baik dari antar suku dan sesamanya, semua itu sudah terbukti dan tergambar disegala lini dengan ada tersiarnya kabar berita tentang segala kondisi peristiwa yang terjadi dimasyarakat Indonesia, dari timbulnya segala pra kondisi dan pristiwa yang terjadi jelas itu mengisyarakatkan bahwa bangsa Indonesia telah terindikasi wabah penyakit yang namanya krisis kepemimpinan.                Ternyata bukan saja hanya pada masalah kepemimpinan saja dalam hal krisis kepercayaan, baik dalam hal spritual keagamaannya pun juga dan semua itu  sangat mempengaruhi terjadinya segala sengketa peristiwa  dan perpecahan yang mungkin akan semakin melebar apabila kita tidak mau meyadarinya.

Lalu langkah-langkah konkrit apa yang harus diambil oleh kita selaku bagian dari anak-anak bangsa dinegeri ini, agar segala permasalah itu dapat segera terbenahi/teratasi? Bila bukan dengan cara Bergandengan tangan dan bahu membahu, selaku Masyarakat bangsa Indonesia untuk dapat duduk bersama dalam merumuskan sebuah pemikiran yang bertujuan untu menyatukan, dalam sebuah wadah untuk bermusyawarah dan bermupakat serta berdialog dengan menggunakan akal sebagai modal utama dalam menemuka solusi dan jalan keluar yang baik atas segala persoalan-persoalan yang ada dibangsa ini, maka Atas dasar dari sila ke-1. Ketuhanan YME, sudah saatnya yang kita yang berani dengan mengatasnamakan anak-anak bangsa Indonesia sekali lagi marilah kita kembali bersatu kepada niat yang suci dan luhur agar tercipta sebuah kerukunan dalam hal keyakinan akan berubahnya kondisi dari dari bangsa yang tidak memiliki sebuah tujuan yang jelas, menjadi sebuah perwujudan kehidupan yang saling mendamaikan hingga sampai kepada terciptanya Kesejahtera. ( Qs ali'imran 3/159 ).

                    By: ZIMRAN A E.


Minggu, 11 Agustus 2024

PRODUK LANGIT

 

Istilah akan datangnya Sang  Mediator Tu(h)an Semesta Alam itu masih sangatlah asing terdengar ditelinga khalayak ramai dari kalangan masyarakat umum, karena pada dasarnya telah banyak dari setiap masyarakat itu sudah menutup mengenai sebuah berita atau kabar tentang akan hadir dan datangnya seorang Rasul atau Pembawa Risallah Sang Pencipta pada setiap zamannya, karena dogma kebanyakan diantara mereka telah   menganggap bahwa sudah tidak ada lagi seorang utusan (nabi) setelah  Muhammad saw ( karena telah diyakini sebagai khataman nabiyin ), padahal sangatlah jelas, kalau kita mau berproses dan berpikir, merenung serta mengkaji dari sebuah isi petunjuk yang ada didalam kitab suci-NYA, bahwa banyak dari ayat-ayat-NYA mengisyatkan bahwa sesuatu itu tidak ada yang abadi alias fana, semuanya diberikan waktu untuk mendapatkan sebuah kesempatan yabg dikatakan sebagai silih berganti seperti halnya peradaban, ada hidup dan mati, ada siang dan malam, ada hak dan batil. ( Qs an nahl 16/36).

Sebenarnya mudah saja  untuk dapat dipahami semua itu hanya dengan berfikir  jernihlah semua itu akan terjawab mengapa ada Nuh, ada Ibrahim, mengapa ada musa ada Isa al masih, padahal semua para Pembawa Risallah itu tugas dan fungsinya adalah  sama, yaitu meninggikan Kalimatillah untuk mentauhidkan ALLAH sebagai sebuah aturan Hidup, untuk dibumikan kepada seluruh umatnya dalam tujuan agar supaya seluruh umat itu tidak salah jalan dalam meniti kehidupan shiratal mustaqiem yang pastinya akan mendamai dan sejahtera kehidupannya yang juga sejatinya banyak dicari dan dicita-citakan seluruh dari setiap yang namanya manusia. (Qs al jum'ah 62/2).
Tercatat sudah sekitar seribu empat ratus tahun yang lalu, seharusnya doktrin itu sudah lenyap, karena pada saat itu sejarah kejayaan muhammad saw sudah runtuh pada abad 1324 m dengan datangnya bala tentara Raja Zhengis Khan dari mongolia dan telah berhasil menghancurkan sekaligus meruntuhkan kekhilafahan Raja Abasyinia muktasinbillah, itu merupakan sebuah pertanda  bahwa peradaban langit ( Nur ) itu sudah hancur dan akan berganti menjadi peradaban bumi cara berfikir dengan mengedepankan sudut pandang dan ide menurut keinginan dan kehendak penciptanya (Zhulumat).

By: ZIMRAN A E .

Jumat, 09 Agustus 2024

PETUNJUK

 

Sungguh semua ada tertuang dengan sangat jelas apa-apa dari isi kandungan makna yang ada didalam kitab suci Sang Pencipta, bahwa setiap gerak hidup dari kehidupan setiap makhluk-NYA haruslah sesuai dan seirama dengan yang di izinkan dan dikehendaki oleh Sang Pencipta, maksudnya adalah prilaku kita harus konek, atau terhubung/terkait dan singkron dengan hukum-hukum ALLAH agar gerak kehidupan yang sedang kita jalani menjadi setimbang dan melahirkan kedamaian serta kesejahteraan (Qs al isra' 17/36 )
Memang tak bisa dipungkiri lagi terkadang kita sering abai dan juga lalai dengan apa yang disebut dengan yang namanya petunjuk dari Sang Pencipta yaitu kitab suci dan Alam semesta kenapa,karena perilaku kita bahkan terkadang sering  hanya mengedepankan hawa nafsu atau ego dari keinginan kita saja (Qs al furqan 25/30 ) Ingat ada pepatah mengatakan bahwa: "Suatu hal Baik menurut Kita itu, belum tentu Baik menurut ALLAH "jadi apa sih sebenarnya yang di inginkan/diizinkan dan dikehendaki oleh Sang Pencipta kepada seluruh makluknya? ( Qs az zariyat 51/56 ) Bila kita mau merenung dimalam-malam yang hening dan sunyi sebenarnya Alam Semesta itu telah mengajarkannya kepada kita agar supaya kita berkehidupan seperti Alam Semesta itu sendiri,lihatlah semuanya damai dan saling mensejahterakan tidak ada yang saling bertabrakan ( tafawud ) itu telah mengisyaratkan bahwa semuanya berbeda 180⁰ derajat dengan kehidupan sosial dari yang namanya manusia yang pada kenyataannya hanya saling menjatuhkan satu sama lain. Jika niat yang baik itu diringi dengan perbuatan yang benar,pastilah segala keinginan dan segala cita-cita kita semuanya akan terwujud yaitu kehidupan yang mendamai sejahterakan.maka dari itu mulailah dengan menimbang apa-apa yang akan sedang kita kerjakan sudahkah sesuai izin dan kehendak dari Sang Pencipta, dan ingat setiap kita adalah sama telah diberikan sarannya yaitu akal pikiran( qalbu ) dari Sang Pencipta.

               By: ZIMRAN A E.

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...