Rabu, 26 Maret 2025

Proses Bainat

 Proses Bainat

Di dalam dunia agama menganggap bahwa surat Al 'Alaq adalah surat Al Qur'an yang pertama kali Allah turunkan/ wahyukan kepada Muhammad, terutama pada 5 ayat pertama. Sebenarnya hal itu tidaklah menjadi masalah, akan tetapi yang menjadi permasalahannya justru pada esensi dari surat ini yang tidak dapat dipahami dengan benar. Sehingga akibatnya hakikat risalah yang diemban/ dibawa oleh Nabi Muhammad menjadi tidak jelas. Perintah membaca (iqra') tidak selalu membunyikan suatu huruf atau tulisan. Karena memang demikianlah sesungguhnya yang dimaksud dari ayat ini. Nabi Muhammad bukanlah diperintahkan untuk membaca tulisan, karena Malaikat Jibril tidak pernah menyampaikan wahyu dalam bentuk bahasa tulisan, "La shauta wala harfa".

Didalam memahami ayat-ayat ini, kita tidak hanya melihat dari segi bagaimana ayat ini diterima oleh Nabi-seperti yang oleh para ahli hadits meriwayatkannya- karena hal itu memang tidaklah penting dan muskil untuk dapat dibuktikan. Yang terpenting adalah kita dapat memahami dengan benar hakikat dari maknanya sehingga dapat kita jadikan sebuah pelajaran atau ilmu sebagai alat atau sarana pengabdian kepada Sang Pencipta (Allah) demi guna tegaknya Kalimatillah diatas muka bumi ini. Ayat satu iqra' bismi rabbikallazii khalaq "bacalah dengan nama (isme) Rabb kamu" itu merupakan kalimat perintah Allah kepada Nabi Muhammad, akan tetapi tidak berarti perintah Allah itu berlaku hanya untuk Muhammad saja. Kedudukan Muhammad di sini adalah sebagai manusia contoh/ uswah bagi seluruh umat manusia.Inilah yang dimaksud makna yang terkandung di dalam Al Qur'an Surah Al Ahzab 33/21 "Sungguh telah ada pada diri Rasul Allah itu suri teladan yang baik bagimu".

Sekarang pertanyaannya adalah apa sih yang seharusnya dibaca dengan ismun Allah itu? Makna arti kata ismun menurut bahasa adalah nama yang mencerminkan sifat. Misalnya Ar Rahim adalah salah satu nama Allah dari Asmaulhusna Allah menamakan diri-Nya Ar Rahim sehubungan dengan sifat-Nya Yang Maha Penyayang.
Jadi dengan demikian seluruh Firman-Firman Allah yang ada di dalam Al Qur'an merupakan bacaan tentang akhlaq atau prilaku juga karakter Allah.

Jadi apa objek yang harus dibaca? Sebelum Nabi Muhammad mendapat bimbingan wahyu, Muhammad disebut oleh Allah sebagai orang yang dhallan. Dhallan artinya binging atau tersesat jalan Qs Ad Duha 93/7 Karena sampai umur 35 tahun, beliau terus mencari jawaban dari permasalahan-permasalan esensial yang dihadapinya. Beliau berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyan dalam keresahan hatinya seperti Siapa aku? Mengapa aku ada? Bagaimana dan untuk apa Allah menciptakan aku? Muhammad berdo'a sebagaimana tersurat di dalam Al Qur'an Surah Al Fatihah 1/6-7 ( ⁶ Tunjukilah kami Shirathal Mustaqim/ jalan yang benar, ⁷ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka....... "

Melalui bacaan dua ayat tersebut, Muhammad memohon kepada Tu(h)an Semesta Alam untuk menunjukinya jalan (cara metode) yang dahulu Musa dan Yesus tempuh dalam menegakkan Kerajaan Allah diatas muka bumi. Secara prinsip ternyata ada enam (6) tahapan (sittati ayyam) dalam metode perjuangannya didalam menegakkan Kerajan itu.

Disadur oleh
  Zimran A.E.

Sabtu, 22 Maret 2025

Dapatkah Sistem Yang Buruk dan Kotor Memperbaiki?

Dapatkah Sistem Yang Buruk dan Kotor Memperbaiki?


Hari ini, setidaknya ada dua kekuasaan dan kekuatan besar yang saling berebut untuk menguasai sumber-sumber daya kehidupan yang ada di muka bumi. Persaingan keduanya melahirkan negara-negara bangsa kelas tiga yang menjadi objek dan boneka dari negara superpower (adikuasa) Barat dan Timur (reinkarnasi Romawi-Persia). Saat ini, Blok Barat diwakili oleh Amerika Serikat dengan sistem kapitalis-liberalis dan Blok Timur diwakili oleh Rusia dan Cina dengan sistem sosialis-komunis. Dengan demikian, dunia zaman ini terpecah menjadi dua kotak besar (Blok Barat dan Blok Timur) dengan sistemnya masing-masing. Suatu kondisi politik dunia yang sudah terjadi sejak zaman Adam.

Salah satu fungsi dan wahyu Allah adalah menjadi "nur" (cahaya penerang) bagi orang beriman. Untuk itu, kitab Al-Quran seharusnya menjadi kitab petunjuk sekaligus cahaya penerang bagi ummat Islam, termasuk dalam cara penegakan syariat Alah di muka bumi. Bahasa wahyu adalah bahasa nilai, sehingga ayat-ayat (firman Allah) selalu mengandung nilai-nilai khusus di balik kata-kata yang tersurat. Makna hakiki inilah yang sulit dipahami oleh manusia kebanyakan, karena hanya diberi paham kepada mereka yang memliki kesadaran spiritual yang suci dan dengan memaksimalkan tiga sarana dasar yang dimilikinya. Para Nabi dan Rasul Allah adalah orang-orang yang bisa memahami pesan-pesan tersirat dari ayat-ayat Allah yang tersurat, termasuk dalam “membaca" alam sosial manusia. Di tangan Rasul Allah dan orang-orang beriman, Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk hidup dan menjadi penerang jalan di alam kegelapan.

Allah mencipta alam semesta di atas prinsip kesetimbangan dan kesepasangan, sehingga segala sesuatu memiliki ukuran dan pasangannya masing-masing. Secara alamiah, Dia mencipta langit dan bumi, malam dan siang, gelap dan terang, mati dan hidup, sebagai suatu kesepasangan Ketika matahari (sumber cahaya) terbenam, maka bumi akan mengalami kegelapan dan saat matahari (fajar) terbit, maka bumi akan terang kembali. Dalam dunia sosial manusia, ada kalanya manusia hidup pada zaman kegelapan dan ada kalanya manusia hidup pada zaman terang. Inilah dunia nilai dari kehidupan manusia yang dalam bahasa wahyu disebut “malam dan siang” (layl dan nahar), salah dan benar (batil dan haq): gelap dan terang (zulummat dan nur), atau kutuk dan berkat (ghadhab dan ni'mat).

Manusia dalam hidupnya sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Perubahan kondisi alam (cuaca: musim, misalnya) akan mempengaruhi dan mengubah perilaku manusia. Dalam kondisi malam, maka secara alamiah tubuh manusia meminta untuk beristirahat menanti fajar, dan pada siang hari (kondisi terang) menuntut manusia untuk bekerja mencari penghidupan lahir dan batin. Kondisi gelap dan terang (malam dan siang) ini terus berlangsung secara silih berganti dan tidak akan pernah berubah. Inilah wujud dan Tradisi Allah, Tuhan Semesta Alam (sunnatullah) pada kehidupan alam semesta Tidak bisa dibayangkan, jika kehidupan ini malam selamanya atau siang selamanya, maka kehidupan ini pasti akan binasa. Coba perhatikan Al-Qur'an surat Al-Qashash (28) ayat 71-73 berikut ini:

71. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Ilah (tuan) selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?

72. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Ilah (tuan) selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

73. Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karuniaNya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.

Dalam ayat di atas, secara fitrawi (alamiah), Allah sudah menciptakan kondisi malam sebagai masa bagi manusia untuk beristirahat dan kondisi siang sebagai masa bagi manusia untuk mencari karunia-Nya, bukan sebaliknya. Tapi, silih bergantinya antara malam dan siang adalah suatu kepastian yang tidak dapat berubah.

Pada alam sosial politik manusia, juga berlangsung hukum kehidupan yang sama seperti pada alam. Di kehidupan ini, hanya ada dua model kehidupan manusia, yakni model kehidupan batil yang dikuasai oleh Kerajaan Bangsa-Bangsa kafir musyrik (kekuasaan manusia) dan kehidupan haq yang dikuasai oleh Kerajaan Allah (kekuasaan Allah atau kekuasaan Wakil Allah: Khilafah). Saat Kerajaan Bangsa-bangsa yang berkuasa di dunia, maka hukum yang dipergunakan adalah hukum bangsa-bangsa (hukum manusia). Pada kondisi seperti ini, maka manusia disebut oleh Allah sedang berada dalam kondisi jahannam, manusia berada dalam kuasa kegelapan, tirani yang kafir dan zalim. Inilah yang disebut oleh wahyu dengan kondisi malam (layl; zhulummat).

Sebaliknya, saat Kerajaan Allah (Khilafah Allah) yang berkuasa di dunia, maka hukum yang dipergunakan adalah hukum Allah. Pada kondisi seperti ini, maka ummat manusia sedang berada dalam kondisi jannah (ni'mat), manusia berada dalam Kuasa Terang: Penguasa yang selalu melayani rakyatnya dengan Kasih Allah. Inilah yang disebut oleh wahyu dengan kondisi siang (nahar, nur).

Jadi kesimpulannya, dapatkah sistem yang buruk dan kotor memperbaiki, meskipun para penegaknya diganti?..., silahkan saudara merenung untuk mendapatkan jawaban yang sejati.

By:

Michael Zahid Aditya

Senin, 17 Maret 2025

Indonesia Gelap Kok Baru Tau

 

#Indonesia Gelap, Kok baru tau sekarang?

Tajuk "Indonesia Gelap" bermula dari tagar di media sosial sebagai respons atas situasi negara yang dinilai kian memburuk. Di media sosial, tagar #IndonesiaGelap disertai gambar burung garuda—simbol Indonesia—dengan latar hitam, bahkan sempat menjadi trending topic di X pada 17 Februari dengan unggahan mencapai lebih 81 ribu kali. Tajuk itu kemudian digunakan sebagai slogan unjuk rasa mahasiswa.

Sementara Koordinator Pusat Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia, Herianto, pada 18 Februari mengatakan, slogan “Indonesia Gelap” digunakan untuk menyimbolkan ketakutan dan kekhawatiran atas beragam kebijakan pemerintah yang gelap dan tidak transparan, sekaligus simbol kontradiksi cita-cita pemerintah terhadap generasi muda.

Menurut Herianto, pemerintah berhasrat mencetak generasi emas 2045, namun kebijakan yang diambil saat ini justru menghambat impian tersebut, seperti memotong anggaran untuk sektor pendidikan dan kesehatan.

Para pengunjuk rasa mengikuti demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, menyerukan berbagai tuntutan, termasuk tinjauan terhadap pemotongan anggaran pemerintah dan program makanan bergizi gratis untuk sekolah di depan barikade polisi di Jakarta pada 21 Februari 2025.

Siapa yang menginisiasi?

Aksi ini diprakarsai sejumlah kelompok mahasiswa, seperti Aliansi BEM SI dan BEM Universitas Indonesia. Seiring waktu, aksi ini kemudian berkongsi dengan koalisi masyarakat sipil.

Di mana saja protes ini terjadi?

Di Jakarta, protes ini telah berlangsung sejak Senin (17/2), lalu dilanjutkan pada 20 Februari yang bertepatan dengan pelantikan seluruh kepala daerah oleh Prabowo di Istana Kepresidenan.

Selain di Jakarta, protes serupa antara lain terjadi di Palembang, Bandung, Surabaya, Bandar Lampung, Pekanbaru, Yogyakarta, Solo, dan Makassar.

Apa tuntutan unjuk rasa "Indonesia Gelap"?

Para pendemo membawa tuntutan beragam, namun salah satu yang sama adalah desakan meninjau ulang Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang pemangkasan anggaran negara. Para mahasiswa mengatakan pemotongan anggaran yang juga menyasar sektor pendidikan berpotensi memberi dampak negatif, salah satunya kenaikan biaya kuliah.

Mahasiswa dan aktivis mengikuti aksi unjuk rasa bertajuk "Indonesia Gelap" untuk menentang kebijakan pemotongan anggaran Presiden Prabowo di depan Gedung DPRD Jawa Timur di Surabaya pada 21 Februari 2025. [Juni Kriswanto/AFP]

Tuntutan lain adalah terkait transparansi pembangunan lantaran Proyek Strategis Nasional dianggap justru merugikan masyarakat dengan melakukan penggusuran, menolak Rancangan Undang-undang Mineral dan Batu Bara, menolak peran Tentara Nasional Indonesia di kehidupan sipil, dan mendesak pengesahan Rancangan Undang-undang Perampasan Aset.

Ada pula tuntutan perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan secara nasional, menolak impunitas pelaku pelanggaran hak asasi manusia berat, dan menolak keikutsertaan mantan Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam pemerintahan Prabowo.

Salah seorang mahasiswa yang ikut unjuk rasa pada Kamis (20/2), Randi Syahrian mengatakan, protes ini merupakan perlawan terhadap kebijakan-kebijakan Prabowo yang dianggap tidak berdampak baik pada terhadap masyarakat.

Bagaimana respons pemerintah?

Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi sempat menghampiri para pendemo pada Kamis (20/2). Prasetyo mengaku pemerintah menghargai sikap kritis mahasiswa dan terbuka atas ragam tuntutan tersebut. Dia bahkan meminta mahasiswa menunjuk perwakilannya untuk berdialog bersama pemerintah.

“Berikan masukan terhadap poin-poin yang Saudara tuntut. Mari kita perbaiki bersama-sama,” kata Prasetyo kala itu.

Terlepas dari literasi yang dijelaskan tentang deskripsi "#Indonesia gelap" di atas, saya ingin mengajak pembaca menilainya dari sudut pandang sejarah peradaban umat manusia. Kehidupan ummat manusia di bumi terikat pada siklus, yakni putaran waktu yang merangkai kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan tidak akan didapati perubahan atasnya. Daur pergiliran antara peradaban mu'min dan peradaban kafir Itulah nilai pelajaran terbesar yang seharusnya dapat dipetik oleh pemelajar sejarah. Tak ada gunanya belajar sejarah apabila ia tak bermuara kepada pemahaman sunnatullah peradaban ummat manusia dan hidup menyelaraskan diri dengannya.

Saat ini, dunia sedang dikuasai oleh peradaban kekuasaan bangsa bangsa musyrik, dengan ideologi masing-masing yang tidak bersumber pada deologi Allah. Secara khusus, dunia saat ini dikuasai oleh dua ideologi besar, yakni ideologi Barat dengan paham liberal-kapitalis dan Ideologi Timur dengan paham komunis-sosialis. Secara politk, bangsa-bangsa yang berpaham liberal-kapitalis disebut sebagai bangsa-bangsa Blok Barat dan yang menganut paham komunis-sosialis bersekutu menjadi bangsa-bangsa Blok Timur. Pergumulan antara Barat dan Timur sesungguhnya selalu ada dalam sejarah kekuasaan bangsa-bangsa di dunia ini, seperti Blok Romawi (Barat), dan Blok Persia (Timur) di zaman nabi Muhammad. Bahkan dalam Al-Quran ada satu surat yang disebut surat Ar-Rum (Roma). Di tempat lain, saat ini negara-negara Islam atau negara dengan rakyatnya yang mayoritas ummat Islam, menjadi bangsa kelas tiga, menjadi negara boneka yang berkiblat ke Barat atau ke Timur.

Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 177 sebagai berikut:

"Bukanlah manghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat Itu Suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebajikan Itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian , malakat malaikat, kitab-kitab nabi-nabi dan memberikan harta dan yang dicintainya kepada kerabatnya, anak anak yatm, orang-orang miskin musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang orang yang menepati janjinya apabila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."

Allah menegaskan bahwa sistem Barat dan sistem Timur bukanlah sesuatu yang dapat membawa "kebaikan" dalam kehidupan manusia. Sistem yang dapat membawa manusia ke dalam kehidupan yang penuh kebaikan sejati adalah sistem keimanan (kepatuhan) kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, dengan menjalankan segala kehendak dan perintah-Nya.

Namun demikian, sudah menjadi tradisi Tuhan Semesta Alam bahwa semua sistem kekuasaan itu diberi waktu oleh Dia untuk berkuasa dan pada saatnya tiba, sistem kekuasaan yang tadinya berkuasa akan diruntuhkan (dimatikan) oleh Dia. Tentu saja, pergiliran antara kekuasaan bangsa-bangsa musyrik dengan ideologinya masing-masing dan kekuasaan Kerajaan Allah dengan ideologi yang haq (din al-haq) memiliki "masa" dan tempatnya tersendiri. Ini adalah dua hal yang tidak bisa bercampur, seperti pergiliran waktu antara malam hari dan siang hari. Namun demikian, setiap kejadian alam selalu ada tanda-tanda awalnya. Masuknya waktu malam ditandai dengan terbenamnya matahari dan binatang-binatang malam sudah mulai keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Sedangkan masuknya waktu Siang ditandai dengan terbitnya fajar di ufuk timur.

Jadi kesimpulannya, silahkan saudara menilainya ada pada kondisi apa Bangsa Indonesia jika dilihat dari sudut pandang sejarah peradaban manusia?...Ada pada kondisi malam yang gelap atau siang yang terang benderang.

Penulis:

Michael Zahid Aditiya

Sabtu, 15 Maret 2025

PERENGGUT KEKUASAAN

 

Berbicara Al Qur'an Surah yang ke 79 yaitu pada surah An Nazi'at sesungguhnya dalam hal menceritakan permasalahan atau peristiwa tentang runtuhnya sebuah kekuasaan lama dengan munculnya sebuah peradaban atau kekuasaan baru (Qs Ali'Imran 3/26) Salah satu fakta sejarah dalam ayat tersebut sesungguhnya semua tertuang dalam sebuah kisah perjalanan peradaban Bani Israel,anak-anak Yaqub.Tu(h)an Semesta Alam menganugerahkan kepada mereka kekuasaan melalui tangan Musa dan mencabutnya kembali melalui kekuasaan Raja Nabukadnezar, terus tangan kanan-Nya menanugerahkan kembali kekuasaan kepada Isa Al Masih atau biasa disebut dengan Yesus dan selanjutnya mencabutnya kembali melalui Kekaisaran Romawi karena semua merupakan rancangan pasti Allah yang pasti terjadi.


  Mengetahui segala sunnatullah dan sunnah Rasul dalam rangkaian atau peristiwa sejarah peradaban umat manusia itu sangatlah penting. Dalam hal seorang utusan Tu(h)an Semesta Alam merupakan, sebagai bukti atau aktor bisa juga pelaku dari segala qadha Allah, maka Dia sendiri yang mengajarkan tentang sunnah-Nya di masa lampau dalam melaksanakan tugas rencana-rencana-Nya kedepan. Demikian halnya tangan- tangan kiri Allah, Dia juga yang mengizinkan Nabukadnezar mencabut kekuasaan dari Bani Israil. Dalam bahasa Al Qur'an (wahyu) Nabukadnezar merupakan cemeti Allah itu tertuang di Al Qur'an dalam surah Al Isra', surah ke 17 ayat ke 5.

      Istilah Kami bangkitkan kepadamu hamba-hamba Kami itu memiliki arti bahwa seluruh makhluk adalah hamba, jadi mu'min dan kafir itu seperti ibarat mu'min itu tangan kanan Allah, sedangkan kafir itu tangan kiri Allah. Dalam satu konteks sesuatu yang direnggut/cabut dari arti Nazi'at bukanlah mencabut/merenggut nyawa manusia yang menyebabkan mati fisik/ biologis, melainkan kematian kesadaran qalbu. Yang akan tetapi , dalam pengertian dan konteks sejarah peradaban, kata An Nazi'at bermakna "Perenggut kekuasaan". Dianugerahkan atau dicabutnya sebuah kekuasaan oleh Allah kepada suatu ummat, dibaratkan hidup dan matinya suatu ummat tersebut. Dan didalam bahasa hikmah, bangsa yang tertindas (terjajah) adalah bangsa yang mati, sedangkan bangsa yang berkuasa adalah bangsa yang hidup.
 

Pergiliran hidup dan matinya suatu ummat atau bangsa disepanjang sejarah peradaban dunia itu sudah seharusnya di jadikan konteks dasar sebuah makna atau arti di dalam seluruh Ayat-ayat Allah. Eksistensi dan essensi Ayat-ayat Allah itu tidak dapat dilakukan jika bersandar hanya kepada ilmu bahasa saja, perlu di ingat Al Qur'an adalah kumpulan Ayat-ayat (firman) Allah yang diterima oleh para Pembawa Risallah/Utusan Allah, dan oleh karena itu setiap usaha memahami Ayat-ayat Allah di dalamnya harus dikembalikan kepada sunnah-sunnah Rasul sebelumnya, maka perhatikanlah firman Allah dalam Al Qur'an surah Ar Rum, surah ke 30 ayat ke 9. Hancurnya sebuah kekuasaan thaghut, atau bangsa-bangsa musyrik yang oleh Allah semua dilakukan melalui kekuatan tentara-Nya (kaum mu'min), baik dalam sekala kecil maupun besar.


Disadur kembali oleh:

Zimbran A.E.

Minggu, 09 Maret 2025

SEBUAH SOLUSI MENGENAI #KABUR AJA DULU

 SOLUSI DARI #KABUR SAJA DULU

Semua manusia sangat berharap hidupnya berada dalam kondisi yang selamat dan sejahtera, betul apa benar?...

Ada gak manusia yang gak mau kehidupannya selamat sejahtera?Gak ada ya.

Binatang saja menginginkan hidupnya demikian, apalagi manusia yang memiliki kecerdasan berpikir.

Yang kedua ada gak manusia berani menjamin hidupnya pasti selamat dan sejahtera dari sekarang sampai yang akan datang?. Gak ada ya.

Selamat itu adalah berada dalam kondisi yang aman, tenang, dan damai. Fokusnya kepada batiniah atau spiritual. Ada pada kekuatan pikiran.

Sejahtera itu adalah berada dalam kondisi tercukupinya semua kebutuhan pangan, papan dan sandang. Fokusnya ke lahiriah atau biologis. Ada pada kekuatan usaha yang di dikelola.

Keselamatan itu bisa cepat diperoleh, namun tidak semudah yang dibayangkan karena dia butuh keseimbangan. Harus ada gaiden atau petunjuk yang menuntunnya ke arah itu.

Sementara kesejahteraan juga butuh sistem yang mendukung untuk dapat cepat meraihnya. Sebab, jika tidak ada sistem yang menunjang maka akan sangat lama dan harus berdarah-darah untuk meraihnya.

Mayoritas anak bangsa ini latar belakang keyakinannya adalah agama Islam, dan memiliki harapan pada setiap ritual sholat yang mereka lakukan. "Ihdinashshirotol mustaqiim" itulah do'a dan harapan yang setiap saat dipanjatkan. Pertanyaannya, apakah mereka sudah mendapatkan jawaban atas permohonan tersebut?.

Bukankah literasi yang dijelaskan diatas memberikan informasi tentang permohonan ini?. Keselamatan dan kesejahteraan adalah esensi dari do'a dan harapan mereka. Tetapi, sudahkah mereka mendapatkannya?. Mengapa mereka lebih memilih "#kabur saja dulu" sebagai jawabannya?.

Kesimpulan:
Nabi Muhammad adalah pribadi yang memiliki kecukupan dalam materi dunia. Namun kenapa dia pergi meninggalkan bangsanya?. Apakah karena ingin mencari kelebihan dari kesenangan materi yang ada?, atau ada alasan lain yang lebih mendasar sebagai penyebabnya?.

Dimensi manusia bukan hanya melulu mengurusi biologis atau darah daging semata. Ada yang lebih utama dan harus diperjuangkannya, yakni kenikmatan spiritual. Itulah yang sedari awal dicari dan diupayakan oleh Nabi Muhammad dan para pengikutnya. Harta dan jiwa dikorbankannya demi menjemput kehidupan yang “Selamat dan Sejahtera”.

 

Penulis:

Michael Zahid Aditiya

Sabtu, 08 Maret 2025

KABUR AJA DULU APAKAH SOLUSI

 

#KABUR SAJA DULU, APAKAH SOLUSI?

Fenomena seperti "#kabur saja dulu" mungkin mencerminkan perasaan frustrasi atau kelelahan dari sebagian orang terhadap kondisi sosial, politik, atau ekonomi yang ada. Beberapa alasan yang mungkin mendasari fenomena ini antara lain:

Ketidakpuasan terhadap situasi politik: Banyak orang merasa frustrasi dengan kebijakan pemerintah, ketidakadilan sosial, atau ketidakmampuan pemimpin dalam membawa perubahan yang berarti, sehingga muncul dorongan untuk melarikan diri dari situasi tersebut.

Ekonomi yang sulit: Dalam beberapa kasus, kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh banyak orang—seperti pengangguran, tingginya biaya hidup, atau rendahnya daya beli—bisa mendorong seseorang merasa bahwa keluar dari negara adalah satu-satunya jalan untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Pencarian harapan baru: Beberapa individu mungkin merasa bahwa peluang dan kehidupan yang lebih baik ada di luar negeri, terutama di negara-negara dengan sistem sosial atau ekonomi yang lebih stabil.

Frustrasi terhadap sistem pendidikan dan pekerjaan: Banyak orang yang merasa bahwa sistem pendidikan atau pasar kerja di Indonesia tidak memberikan peluang yang cukup untuk berkembang, sehingga keinginan untuk "kabur" atau mencari peluang di luar negeri semakin kuat.

Mentalitas lelah dengan segala hal: Perasaan lelah karena melihat kondisi yang tidak kunjung membaik atau karena hidup terasa monoton bisa memicu perasaan ingin lari dari kenyataan.

Fenomena ini sering kali menggambarkan keinginan untuk mencari jalan keluar ketika seseorang merasa terhambat atau tidak mendapat kesempatan yang adil. Namun, tentu saja, setiap individu atau kelompok memiliki alasan yang berbeda-beda di balik pandangan ini.

Dalam diskusi kali ini, saya ingin pembaca melihat kasus ini dari perspektif sejarah Para Nabi dan Rasul dalam menyikapi bangsanya, ketika mereka berdakwah kepada kaumnya. Pemahaman yang out of the box pada awalnya selalu mengalami banyak penolakan, pencibiran, bahkan sampai kepada ancaman pembunuhan dan pengusiran.

Menariknya perjalanan awal ini dilandasi dengan fondasi keimanan atau kesadaran, bukan dengan pemaksaan. Tidak ada kekerasan yang dibalas dengan kekerasan, kebencian dibalas dengan kebencian. Mereka membalasnya dengan senyum dan kesantunan, karena menyadari orang-orang yang menzaliminya berada dalam kebodohan.

Mereka berjuang dilandasi semangat yang luar biasa untuk merubah keadaan. Membawa konsep kebenaran dan menyampaikannya kepada seluruh eksponen bangsa untuk ditawarkan. Tidak ada keinginan untuk menggulingkan kekuasaan, karena masalah itu adalah soal pergiliran. Kuasa galap dan terang adalah kekuasaan yang saling bergantian, kehadirannya tidak akan bertemu secara bersamaan.

Puncak penyampaian atau dakwan Para Nabi dan Rasul beserta orang yang setia menyertainya adalah penolakan. Dan menariknya mereka memilih mengalah untuk keluar dari Bangsanya. Tidak ada perlawanan mereka menerimanya sebagai bagian dari perjalanan.

Kesimpulan: Membandingkan kisah yang ditorehkan para pejuang konsep kebenaran sangatlah berbeda, dengan mereka yang lari dari kenyataan. Dan yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mereka lari dari permasalahan?, Apakah mereka memiliki konsep untuk merubah keadaan?. Next kita lanjutkan diskusi ini pada tulisan berikutnya

 

Penulis:

Michael Zahid Aditiya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...