Senin, 17 Maret 2025

Indonesia Gelap Kok Baru Tau

 

#Indonesia Gelap, Kok baru tau sekarang?

Tajuk "Indonesia Gelap" bermula dari tagar di media sosial sebagai respons atas situasi negara yang dinilai kian memburuk. Di media sosial, tagar #IndonesiaGelap disertai gambar burung garuda—simbol Indonesia—dengan latar hitam, bahkan sempat menjadi trending topic di X pada 17 Februari dengan unggahan mencapai lebih 81 ribu kali. Tajuk itu kemudian digunakan sebagai slogan unjuk rasa mahasiswa.

Sementara Koordinator Pusat Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia, Herianto, pada 18 Februari mengatakan, slogan “Indonesia Gelap” digunakan untuk menyimbolkan ketakutan dan kekhawatiran atas beragam kebijakan pemerintah yang gelap dan tidak transparan, sekaligus simbol kontradiksi cita-cita pemerintah terhadap generasi muda.

Menurut Herianto, pemerintah berhasrat mencetak generasi emas 2045, namun kebijakan yang diambil saat ini justru menghambat impian tersebut, seperti memotong anggaran untuk sektor pendidikan dan kesehatan.

Para pengunjuk rasa mengikuti demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, menyerukan berbagai tuntutan, termasuk tinjauan terhadap pemotongan anggaran pemerintah dan program makanan bergizi gratis untuk sekolah di depan barikade polisi di Jakarta pada 21 Februari 2025.

Siapa yang menginisiasi?

Aksi ini diprakarsai sejumlah kelompok mahasiswa, seperti Aliansi BEM SI dan BEM Universitas Indonesia. Seiring waktu, aksi ini kemudian berkongsi dengan koalisi masyarakat sipil.

Di mana saja protes ini terjadi?

Di Jakarta, protes ini telah berlangsung sejak Senin (17/2), lalu dilanjutkan pada 20 Februari yang bertepatan dengan pelantikan seluruh kepala daerah oleh Prabowo di Istana Kepresidenan.

Selain di Jakarta, protes serupa antara lain terjadi di Palembang, Bandung, Surabaya, Bandar Lampung, Pekanbaru, Yogyakarta, Solo, dan Makassar.

Apa tuntutan unjuk rasa "Indonesia Gelap"?

Para pendemo membawa tuntutan beragam, namun salah satu yang sama adalah desakan meninjau ulang Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang pemangkasan anggaran negara. Para mahasiswa mengatakan pemotongan anggaran yang juga menyasar sektor pendidikan berpotensi memberi dampak negatif, salah satunya kenaikan biaya kuliah.

Mahasiswa dan aktivis mengikuti aksi unjuk rasa bertajuk "Indonesia Gelap" untuk menentang kebijakan pemotongan anggaran Presiden Prabowo di depan Gedung DPRD Jawa Timur di Surabaya pada 21 Februari 2025. [Juni Kriswanto/AFP]

Tuntutan lain adalah terkait transparansi pembangunan lantaran Proyek Strategis Nasional dianggap justru merugikan masyarakat dengan melakukan penggusuran, menolak Rancangan Undang-undang Mineral dan Batu Bara, menolak peran Tentara Nasional Indonesia di kehidupan sipil, dan mendesak pengesahan Rancangan Undang-undang Perampasan Aset.

Ada pula tuntutan perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan secara nasional, menolak impunitas pelaku pelanggaran hak asasi manusia berat, dan menolak keikutsertaan mantan Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam pemerintahan Prabowo.

Salah seorang mahasiswa yang ikut unjuk rasa pada Kamis (20/2), Randi Syahrian mengatakan, protes ini merupakan perlawan terhadap kebijakan-kebijakan Prabowo yang dianggap tidak berdampak baik pada terhadap masyarakat.

Bagaimana respons pemerintah?

Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi sempat menghampiri para pendemo pada Kamis (20/2). Prasetyo mengaku pemerintah menghargai sikap kritis mahasiswa dan terbuka atas ragam tuntutan tersebut. Dia bahkan meminta mahasiswa menunjuk perwakilannya untuk berdialog bersama pemerintah.

“Berikan masukan terhadap poin-poin yang Saudara tuntut. Mari kita perbaiki bersama-sama,” kata Prasetyo kala itu.

Terlepas dari literasi yang dijelaskan tentang deskripsi "#Indonesia gelap" di atas, saya ingin mengajak pembaca menilainya dari sudut pandang sejarah peradaban umat manusia. Kehidupan ummat manusia di bumi terikat pada siklus, yakni putaran waktu yang merangkai kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan tidak akan didapati perubahan atasnya. Daur pergiliran antara peradaban mu'min dan peradaban kafir Itulah nilai pelajaran terbesar yang seharusnya dapat dipetik oleh pemelajar sejarah. Tak ada gunanya belajar sejarah apabila ia tak bermuara kepada pemahaman sunnatullah peradaban ummat manusia dan hidup menyelaraskan diri dengannya.

Saat ini, dunia sedang dikuasai oleh peradaban kekuasaan bangsa bangsa musyrik, dengan ideologi masing-masing yang tidak bersumber pada deologi Allah. Secara khusus, dunia saat ini dikuasai oleh dua ideologi besar, yakni ideologi Barat dengan paham liberal-kapitalis dan Ideologi Timur dengan paham komunis-sosialis. Secara politk, bangsa-bangsa yang berpaham liberal-kapitalis disebut sebagai bangsa-bangsa Blok Barat dan yang menganut paham komunis-sosialis bersekutu menjadi bangsa-bangsa Blok Timur. Pergumulan antara Barat dan Timur sesungguhnya selalu ada dalam sejarah kekuasaan bangsa-bangsa di dunia ini, seperti Blok Romawi (Barat), dan Blok Persia (Timur) di zaman nabi Muhammad. Bahkan dalam Al-Quran ada satu surat yang disebut surat Ar-Rum (Roma). Di tempat lain, saat ini negara-negara Islam atau negara dengan rakyatnya yang mayoritas ummat Islam, menjadi bangsa kelas tiga, menjadi negara boneka yang berkiblat ke Barat atau ke Timur.

Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 177 sebagai berikut:

"Bukanlah manghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat Itu Suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebajikan Itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian , malakat malaikat, kitab-kitab nabi-nabi dan memberikan harta dan yang dicintainya kepada kerabatnya, anak anak yatm, orang-orang miskin musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang orang yang menepati janjinya apabila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."

Allah menegaskan bahwa sistem Barat dan sistem Timur bukanlah sesuatu yang dapat membawa "kebaikan" dalam kehidupan manusia. Sistem yang dapat membawa manusia ke dalam kehidupan yang penuh kebaikan sejati adalah sistem keimanan (kepatuhan) kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, dengan menjalankan segala kehendak dan perintah-Nya.

Namun demikian, sudah menjadi tradisi Tuhan Semesta Alam bahwa semua sistem kekuasaan itu diberi waktu oleh Dia untuk berkuasa dan pada saatnya tiba, sistem kekuasaan yang tadinya berkuasa akan diruntuhkan (dimatikan) oleh Dia. Tentu saja, pergiliran antara kekuasaan bangsa-bangsa musyrik dengan ideologinya masing-masing dan kekuasaan Kerajaan Allah dengan ideologi yang haq (din al-haq) memiliki "masa" dan tempatnya tersendiri. Ini adalah dua hal yang tidak bisa bercampur, seperti pergiliran waktu antara malam hari dan siang hari. Namun demikian, setiap kejadian alam selalu ada tanda-tanda awalnya. Masuknya waktu malam ditandai dengan terbenamnya matahari dan binatang-binatang malam sudah mulai keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Sedangkan masuknya waktu Siang ditandai dengan terbitnya fajar di ufuk timur.

Jadi kesimpulannya, silahkan saudara menilainya ada pada kondisi apa Bangsa Indonesia jika dilihat dari sudut pandang sejarah peradaban manusia?...Ada pada kondisi malam yang gelap atau siang yang terang benderang.

Penulis:

Michael Zahid Aditiya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...