#Indonesia Gelap, Kok baru tau sekarang?
Tajuk
"Indonesia Gelap" bermula dari tagar di media sosial sebagai respons
atas situasi negara yang dinilai kian memburuk. Di media sosial, tagar
#IndonesiaGelap disertai gambar burung garuda—simbol Indonesia—dengan latar
hitam, bahkan sempat menjadi trending topic di X pada 17 Februari
dengan unggahan mencapai lebih 81 ribu kali. Tajuk itu kemudian digunakan
sebagai slogan unjuk rasa mahasiswa.
Sementara
Koordinator Pusat Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia,
Herianto, pada 18 Februari mengatakan, slogan “Indonesia Gelap” digunakan untuk
menyimbolkan ketakutan dan kekhawatiran atas beragam kebijakan pemerintah yang
gelap dan tidak transparan, sekaligus simbol kontradiksi cita-cita pemerintah
terhadap generasi muda.
Menurut
Herianto, pemerintah berhasrat mencetak generasi emas 2045, namun kebijakan
yang diambil saat ini justru menghambat impian tersebut, seperti memotong
anggaran untuk sektor pendidikan dan kesehatan.
Para
pengunjuk rasa mengikuti demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Prabowo
Subianto, menyerukan berbagai tuntutan, termasuk tinjauan terhadap pemotongan
anggaran pemerintah dan program makanan bergizi gratis untuk sekolah di depan
barikade polisi di Jakarta pada 21 Februari 2025.
Siapa
yang menginisiasi?
Aksi
ini diprakarsai sejumlah kelompok mahasiswa, seperti Aliansi BEM SI dan BEM
Universitas Indonesia. Seiring waktu, aksi ini kemudian berkongsi dengan
koalisi masyarakat sipil.
Di
mana saja protes ini terjadi?
Di
Jakarta, protes ini telah berlangsung sejak Senin (17/2), lalu dilanjutkan pada
20 Februari yang bertepatan dengan pelantikan seluruh kepala daerah oleh
Prabowo di Istana Kepresidenan.
Selain
di Jakarta, protes serupa antara lain terjadi di Palembang, Bandung, Surabaya,
Bandar Lampung, Pekanbaru, Yogyakarta, Solo, dan Makassar.
Apa
tuntutan unjuk rasa "Indonesia Gelap"?
Para
pendemo membawa tuntutan beragam, namun salah satu yang sama adalah desakan
meninjau ulang Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang
pemangkasan anggaran negara. Para mahasiswa mengatakan pemotongan anggaran yang
juga menyasar sektor pendidikan berpotensi memberi dampak negatif, salah
satunya kenaikan biaya kuliah.
Mahasiswa
dan aktivis mengikuti aksi unjuk rasa bertajuk "Indonesia Gelap"
untuk menentang kebijakan pemotongan anggaran Presiden Prabowo di depan Gedung
DPRD Jawa Timur di Surabaya pada 21 Februari 2025. [Juni Kriswanto/AFP]
Tuntutan
lain adalah terkait transparansi pembangunan lantaran Proyek Strategis Nasional
dianggap justru merugikan masyarakat dengan melakukan penggusuran, menolak
Rancangan Undang-undang Mineral dan Batu Bara, menolak peran Tentara Nasional
Indonesia di kehidupan sipil, dan mendesak pengesahan Rancangan Undang-undang
Perampasan Aset.
Ada
pula tuntutan perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan secara nasional,
menolak impunitas pelaku pelanggaran hak asasi manusia berat, dan menolak
keikutsertaan mantan Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam pemerintahan
Prabowo.
Salah
seorang mahasiswa yang ikut unjuk rasa pada Kamis (20/2), Randi Syahrian
mengatakan, protes ini merupakan perlawan terhadap kebijakan-kebijakan Prabowo
yang dianggap tidak berdampak baik pada terhadap masyarakat.
Bagaimana
respons pemerintah?
Menteri
Sekretaris Negara Prasetyo Hadi sempat menghampiri para pendemo pada Kamis
(20/2). Prasetyo mengaku pemerintah menghargai sikap kritis mahasiswa dan
terbuka atas ragam tuntutan tersebut. Dia bahkan meminta mahasiswa menunjuk
perwakilannya untuk berdialog bersama pemerintah.
“Berikan
masukan terhadap poin-poin yang Saudara tuntut. Mari kita perbaiki
bersama-sama,” kata Prasetyo kala itu.
Terlepas
dari literasi yang dijelaskan tentang deskripsi "#Indonesia gelap" di
atas, saya ingin mengajak pembaca menilainya dari sudut pandang sejarah peradaban
umat manusia. Kehidupan ummat manusia di bumi terikat pada siklus, yakni
putaran waktu yang merangkai kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan
tidak akan didapati perubahan atasnya. Daur pergiliran antara peradaban mu'min
dan peradaban kafir Itulah nilai pelajaran terbesar yang seharusnya dapat
dipetik oleh pemelajar sejarah. Tak ada gunanya belajar sejarah apabila ia tak
bermuara kepada pemahaman sunnatullah peradaban ummat manusia dan hidup
menyelaraskan diri dengannya.
Saat
ini, dunia sedang dikuasai oleh peradaban kekuasaan bangsa bangsa musyrik,
dengan ideologi masing-masing yang tidak bersumber pada deologi Allah. Secara
khusus, dunia saat ini dikuasai oleh dua ideologi besar, yakni ideologi Barat
dengan paham liberal-kapitalis dan Ideologi Timur dengan paham
komunis-sosialis. Secara politk, bangsa-bangsa yang berpaham liberal-kapitalis
disebut sebagai bangsa-bangsa Blok Barat dan yang menganut paham
komunis-sosialis bersekutu menjadi bangsa-bangsa Blok Timur. Pergumulan antara
Barat dan Timur sesungguhnya selalu ada dalam sejarah kekuasaan bangsa-bangsa
di dunia ini, seperti Blok Romawi (Barat), dan Blok Persia (Timur) di zaman
nabi Muhammad. Bahkan dalam Al-Quran ada satu surat yang disebut surat Ar-Rum
(Roma). Di tempat lain, saat ini negara-negara Islam atau negara dengan
rakyatnya yang mayoritas ummat Islam, menjadi bangsa kelas tiga, menjadi negara
boneka yang berkiblat ke Barat atau ke Timur.
Dalam
hal ini, Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 177 sebagai
berikut:
"Bukanlah
manghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat Itu Suatu kebajikan akan tetapi
sesungguhnya kebajikan Itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian , malakat
malaikat, kitab-kitab nabi-nabi dan memberikan harta dan yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak anak yatm, orang-orang miskin musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta minta dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang orang yang menepati
janjinya apabila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."
Allah menegaskan bahwa sistem Barat dan sistem Timur
bukanlah sesuatu yang dapat membawa "kebaikan" dalam kehidupan
manusia. Sistem yang dapat membawa manusia ke dalam kehidupan yang penuh
kebaikan sejati adalah sistem keimanan (kepatuhan) kepada Allah, Tuhan Semesta
Alam, dengan menjalankan segala kehendak dan perintah-Nya.
Namun
demikian, sudah menjadi tradisi Tuhan Semesta Alam bahwa semua sistem kekuasaan
itu diberi waktu oleh Dia untuk berkuasa dan pada saatnya tiba, sistem
kekuasaan yang tadinya berkuasa akan diruntuhkan (dimatikan) oleh Dia. Tentu
saja, pergiliran antara kekuasaan bangsa-bangsa musyrik dengan ideologinya
masing-masing dan kekuasaan Kerajaan Allah dengan ideologi yang haq (din
al-haq) memiliki "masa" dan tempatnya tersendiri. Ini adalah dua hal
yang tidak bisa bercampur, seperti pergiliran waktu antara malam hari dan siang
hari. Namun demikian, setiap kejadian alam selalu ada tanda-tanda awalnya.
Masuknya waktu malam ditandai dengan terbenamnya matahari dan binatang-binatang
malam sudah mulai keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Sedangkan masuknya
waktu Siang ditandai dengan terbitnya fajar di ufuk timur.
Jadi
kesimpulannya, silahkan saudara menilainya ada pada kondisi apa Bangsa
Indonesia jika dilihat dari sudut pandang sejarah peradaban manusia?...Ada pada
kondisi malam yang gelap atau siang yang terang benderang.
Penulis:
Michael
Zahid Aditiya