Minggu, 16 Februari 2025

AL-QUR’AN BACAAN KHUSUS YANG DIULANG

 

AL-QUR’AN BACAAN KHUSUS YANG DIULANG

Secara etimologi Al-Qur'an berasal dari kata قرأ yang artinya membaca atau mengumpulkan, karena mendapatkan ال diawalnya maka kedudukannya sebagai isim ma'rifat atau yang tertentu/khusus. Sementara arti Qur'an sendiri yang merupakan mashdar (turunan dari kata kerja) berarti bacaan, jadi Al-Qur'an artinya bacaan khusus yang dibaca berulang kali, dan kata ini berbentuk mufrod (tunggal). Karena dia tunggal maka membutuhkan pasangan agar berfungsi dengan benar. Apa pasangan Al-Qur'an?, akal pikiran manusia, artinya Al-Qur'an dapat berfungsi dengan sebenarnya apabila manusia memaksimalkan penggunaan akal pikirannya untuk mempelajari Al-Qur'an.

Penyusunan Al-Qur'an sebagai mushaf terjadi pada zaman Khalifah Utsman bin Affan (25 H, 646-650M), sekitar 14-19 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad (11 H, 632 M) dengan tujuan untuk menjaga kesatuan umat Islam dan meminimalkan perbedaan dalam pembacaan Al-Qur'an. Pada saat kekhalifahan Abu Bakar, terjadi perang Yamamah yang menyebabkan banyak penghafal Al-Quran yang gugur. Atas saran Umar bin Khattab, Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al-Qur'an dalam satu naskah (mushaf). Ini adalah tahap awal pengumpulan Al-Qur'an dalam bentuk tulisan yang terorganisasi.

Pada masa Utsman, perbedaan cara membaca Al-Qur'an (qira'at) mulai muncul di berbagai wilayah. Hal ini berpotensi menyebabkan perselisihan di antara umat Islam. Utsman kemudian memerintahkan penyalinan Al-Qur'an menjadi satu standar mushaf resmi (dikenal sebagai Mushaf Utsmani) berdasarkan dialek Quraisy, bahasa asli Nabi Muhammad. Proyek ini juga dipimpin oleh Zaid bin Tsabit, bersama beberapa sahabat lainnya. Mushaf-mushaf yang disusun ini kemudian disebarkan ke berbagai wilayah Islam.

Demikianlah sejarah singkat tentang Al-Qur'an yang menjadi Kitab Suci umat Islam saat ini dan maknanya secara etimologi. Lalu sekarang bagaimana dengan kedudukan kebenaran dari Al-Qur'an itu sendiri, apakah anda yakin dengan kebenarannya?. Silahkan buka surat Al-Baqarah (2) ayat 147:

اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ

"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu."

Kitab Suci Al-Qur'an adalah sumber kebenaran yang berasal dari Tuhan, Sang Pencipta. Ketika tidak yakin dengan kebenarannya, itu artinya ragu-ragu. Orang bisa ragu karena kurang informasi, takut salah, pengalaman buruk, atau kurang percaya diri. Tidak mengenal dengan baik siapa yang memberikan informasi, kecenderungan untuk menetapkan standar yang sangat tinggi dan seringkali tidak realistis, baik untuk diri sendiri maupun orang lain (perfeksionis). Kan dia Nabi pasti bisa lah menjalankan isi dari Al-Qur'an, kalau saya apa?, manusia kotor yang bermain dilumpur. Terus-menerus mengulang pengalaman buruk dalam pikiran dan tidak mengalihkan pada hal-hal positif yang bermanfaat, kekecewaan dulu dalam perjalanan sebelumnya ketika dizalimi. Itulah faktor penyebab keraguan ada didalam diri setiap orang. Kalau begitu, bagaimana caranya meyakinkan diri ini agar tidak menjadi ragu?

Apa manfaatnya mengetahui periodesasi dalam melaksanakan perintah?

Tidak mengetahui tahapan atau periodesasi dapat membuat suatu proses menjadi lebih sulit, tidak terorganisir, dan rentan terhadap berbagai masalah yang seharusnya bisa dihindari dengan pemahaman yang tepat.

Mengetahui periodesasi sebuah perintah berarti memahami urutan waktu dan tahapan pelaksanaan perintah tersebut. Hal ini memastikan tindakan dilakukan secara terorganisir, tepat waktu, dan sesuai prioritas untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Mengetahui tahapan dalam perjuangan berarti memahami langkah-langkah strategis yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Ini penting untuk merencanakan strategi yang tepat, mengatasi tantangan di setiap tahap, dan menjaga fokus serta semangat hingga tujuan perjuangan tercapai.

contoh melakukan tugas berdasarkan tahapan: (seminar)

ada persiapan, pelaksanaan(hari H), ada evaluasi. Dengan mengetahui periodesasi ini, setiap tahap dapat dijalankan secara sistematis, efisien, dan tepat waktu.

Contoh lagi: ada malam dan ada siang, malam untuk beristirahat dan siang untuk bekerja, kenapa?

Saat malam, tubuh memproduksi lebih banyak melatonin (hormon tidur), membuat kita merasa mengantuk. Sebaliknya, siang hari, tubuh lebih terjaga karena paparan cahaya matahari yang menghambat produksi melatonin.

Siang hari, tubuh memiliki lebih banyak energi untuk beraktivitas karena metabolisme berada pada puncaknya. Malam hari, metabolisme melambat, sehingga tubuh lebih cocok untuk istirahat dan pemulihan.

Manusia secara biologis dirancang untuk aktif di siang hari karena penglihatan kita bergantung pada cahaya. Malam yang gelap membuat manusia kurang efisien untuk bekerja dibandingkan siang hari.

Malam hari adalah waktu penting bagi tubuh untuk memperbaiki jaringan, mengisi kembali energi, dan mengonsolidasi memori. Istirahat malam yang cukup membantu menjaga kesehatan fisik dan mental.

Pertanyaannya, apakah periode yang kita jalani saat ini?, Adakah kesamaan kondisi antara kehidupan saat ini dengan kehidupan di era Muhammad Rasulullah ketika beliau hadir memperjuangkan Kitab Suci?

Ketika ada pengulangan yang sama secara kondisi, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama pula dalam mengaplikasikan kandungan isi dari pada Al-Qur’an?. Lalu bagaimana kita mengulangi kembali (menduplikasi), bacaan yang sama seperti Nabi Muhammad Rasulullah ajarkan kepada para sahabatnya?

Mari mencari jawaban atas berbagai pertanyaan ini, semoga ada ruang diskusi untuk menemukan semua ini.

Penulis:

Michael Zahid Aditya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...