AL-QUR’AN
BACAAN KHUSUS YANG DIULANG
Secara etimologi Al-Qur'an berasal dari kata قرأ
yang artinya membaca atau mengumpulkan, karena mendapatkan ال diawalnya maka
kedudukannya sebagai isim ma'rifat atau yang tertentu/khusus. Sementara arti
Qur'an sendiri yang merupakan mashdar (turunan dari kata kerja) berarti bacaan,
jadi Al-Qur'an artinya bacaan khusus yang dibaca berulang kali, dan kata ini
berbentuk mufrod (tunggal). Karena dia tunggal maka membutuhkan pasangan agar
berfungsi dengan benar. Apa pasangan Al-Qur'an?, akal pikiran manusia, artinya
Al-Qur'an dapat berfungsi dengan sebenarnya apabila manusia memaksimalkan
penggunaan akal pikirannya untuk mempelajari Al-Qur'an.
Penyusunan Al-Qur'an sebagai mushaf terjadi pada zaman
Khalifah Utsman bin Affan (25 H, 646-650M), sekitar 14-19 tahun setelah
wafatnya Nabi Muhammad (11 H, 632 M) dengan tujuan untuk menjaga kesatuan umat
Islam dan meminimalkan perbedaan dalam pembacaan Al-Qur'an. Pada saat kekhalifahan
Abu Bakar, terjadi perang Yamamah yang menyebabkan banyak penghafal Al-Quran
yang gugur. Atas saran Umar bin Khattab, Abu Bakar memerintahkan Zaid bin
Tsabit untuk mengumpulkan Al-Qur'an dalam satu naskah (mushaf). Ini adalah
tahap awal pengumpulan Al-Qur'an dalam bentuk tulisan yang terorganisasi.
Pada masa Utsman, perbedaan cara membaca Al-Qur'an
(qira'at) mulai muncul di berbagai wilayah. Hal ini berpotensi menyebabkan
perselisihan di antara umat Islam. Utsman kemudian memerintahkan penyalinan Al-Qur'an
menjadi satu standar mushaf resmi (dikenal sebagai Mushaf Utsmani) berdasarkan
dialek Quraisy, bahasa asli Nabi Muhammad. Proyek ini juga dipimpin oleh Zaid
bin Tsabit, bersama beberapa sahabat lainnya. Mushaf-mushaf yang disusun ini
kemudian disebarkan ke berbagai wilayah Islam.
Demikianlah sejarah singkat tentang Al-Qur'an yang menjadi
Kitab Suci umat Islam saat ini dan maknanya secara etimologi. Lalu sekarang
bagaimana dengan kedudukan kebenaran dari Al-Qur'an itu sendiri, apakah anda
yakin dengan kebenarannya?. Silahkan buka surat Al-Baqarah (2) ayat 147:
اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ
"Kebenaran
itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang
ragu."
Kitab Suci Al-Qur'an adalah sumber kebenaran yang berasal
dari Tuhan, Sang Pencipta. Ketika tidak yakin dengan kebenarannya, itu artinya
ragu-ragu. Orang bisa ragu karena kurang informasi, takut salah, pengalaman
buruk, atau kurang percaya diri. Tidak mengenal dengan baik siapa yang memberikan
informasi, kecenderungan untuk menetapkan standar yang sangat tinggi dan
seringkali tidak realistis, baik untuk diri sendiri maupun orang lain
(perfeksionis). Kan dia Nabi pasti bisa lah menjalankan isi dari Al-Qur'an,
kalau saya apa?, manusia kotor yang bermain dilumpur. Terus-menerus mengulang
pengalaman buruk dalam pikiran dan tidak mengalihkan pada hal-hal positif yang
bermanfaat, kekecewaan dulu dalam perjalanan sebelumnya ketika dizalimi. Itulah
faktor penyebab keraguan ada didalam diri setiap orang. Kalau begitu, bagaimana
caranya meyakinkan diri ini agar tidak menjadi ragu?
Apa manfaatnya mengetahui periodesasi dalam melaksanakan
perintah?
Tidak mengetahui tahapan atau periodesasi dapat membuat
suatu proses menjadi lebih sulit, tidak terorganisir, dan rentan terhadap
berbagai masalah yang seharusnya bisa dihindari dengan pemahaman yang tepat.
Mengetahui periodesasi sebuah perintah berarti memahami
urutan waktu dan tahapan pelaksanaan perintah tersebut. Hal ini memastikan
tindakan dilakukan secara terorganisir, tepat waktu, dan sesuai prioritas untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Mengetahui tahapan dalam perjuangan berarti memahami
langkah-langkah strategis yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Ini penting
untuk merencanakan strategi yang tepat, mengatasi tantangan di setiap tahap,
dan menjaga fokus serta semangat hingga tujuan perjuangan tercapai.
contoh melakukan tugas berdasarkan tahapan: (seminar)
ada persiapan, pelaksanaan(hari H), ada evaluasi. Dengan
mengetahui periodesasi ini, setiap tahap dapat dijalankan secara sistematis,
efisien, dan tepat waktu.
Contoh lagi: ada malam dan ada siang, malam untuk
beristirahat dan siang untuk bekerja, kenapa?
Saat malam, tubuh memproduksi lebih banyak melatonin
(hormon tidur), membuat kita merasa mengantuk. Sebaliknya, siang hari, tubuh
lebih terjaga karena paparan cahaya matahari yang menghambat produksi
melatonin.
Siang hari, tubuh memiliki lebih banyak energi untuk
beraktivitas karena metabolisme berada pada puncaknya. Malam hari, metabolisme
melambat, sehingga tubuh lebih cocok untuk istirahat dan pemulihan.
Manusia secara biologis dirancang untuk aktif di siang hari
karena penglihatan kita bergantung pada cahaya. Malam yang gelap membuat
manusia kurang efisien untuk bekerja dibandingkan siang hari.
Malam hari adalah waktu penting bagi tubuh untuk
memperbaiki jaringan, mengisi kembali energi, dan mengonsolidasi memori.
Istirahat malam yang cukup membantu menjaga kesehatan fisik dan mental.
Pertanyaannya, apakah periode yang kita jalani saat ini?,
Adakah kesamaan kondisi antara kehidupan saat ini dengan kehidupan di era
Muhammad Rasulullah ketika beliau hadir memperjuangkan Kitab Suci?
Ketika ada pengulangan yang sama secara kondisi, mengapa
kita tidak melakukan hal yang sama pula dalam mengaplikasikan kandungan isi
dari pada Al-Qur’an?. Lalu bagaimana kita mengulangi kembali (menduplikasi),
bacaan yang sama seperti Nabi Muhammad Rasulullah ajarkan kepada para
sahabatnya?
Mari mencari jawaban atas berbagai pertanyaan ini, semoga
ada ruang diskusi untuk menemukan semua ini.
Penulis:
Michael
Zahid Aditya