Minggu, 02 Februari 2025

MENGABAIKAN KITAB SUCI


Kekhawatiran seorang pembawa risalah terhadap warisan yang ditinggalkannya selalu terjadi di zaman sesudahnya. Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad, adalah para pembawa risalah Tuhan Semesta Alam yang sudah membuktikan keberhasilan di setiap zaman mereka. Mereka semuanya berhasil mengemban tugas dari Tuhannya, dan bukti keberhasilannya bisa kita rasakan dari Kitab Suci yang diwariskannya.

Kitab Suci yang mereka tuliskan adalah petunjuk yang datang dari Tuhannya, atas solusi permasalahan yang dihadapi dan selanjutnya menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya. Artinya, cerita yang ada dalam Kitab Suci adalah kisah-kisah teladan yang memiliki nilai petunjuk bagi sang pembaca. Ketika tidak ada yang bisa dicontoh dari setiap ayat yang diceritakannya, maka nilai yang terkandung padanya adalah dongeng semata atau dalam bahasa mereka disebutkan "kitab suci adalah fiksi"

Pernyataan bahwa "kitab suci adalah fiksi" bukanlah pandangan yang dipegang oleh semua orang, dan ada banyak perdebatan tentang hal ini. Biasanya, pandangan ini muncul dari perspektif ateisme atau pandangan materialisme yang berfokus pada penjelasan rasional atau ilmiah. Salah satu tokoh yang pernah mengemukakan pandangan bahwa cerita dalam kitab suci bisa dilihat sebagai mitos atau fiksi adalah Richard Dawkins, seorang ahli biologi dan ateis terkenal, dalam bukunya The God Delusion.

Dawkins dan orang-orang dengan pandangan serupa melihat banyak cerita dalam kitab suci sebagai produk budaya dan mitologi, yang mencerminkan pemahaman manusia pada zaman tertentu. Mereka berpendapat bahwa cerita-cerita ini mungkin memiliki makna simbolis atau moral, tetapi tidak bisa dipandang sebagai kebenaran literal atau faktual.

Alasan mereka menyebut kitab suci sebagai fiksi adalah karena, menurut pandangan mereka, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim-klaim supernatural atau keajaiban yang digambarkan dalam kitab suci, sehingga mereka melihatnya sebagai karya manusia yang lebih cenderung sebagai mitos atau cerita rekaan.

Namun, tentu saja, ini adalah perspektif yang sangat kontroversial dan bertolak belakang dengan pandangan banyak orang beragama yang meyakini kitab suci sebagai wahyu atau petunjuk Tuhan yang Maha Benar.

Rocky Gerung, seorang filsuf dan pengamat publik Indonesia, memiliki pandangan yang kontroversial tentang kitab suci. Ia menyatakan bahwa kitab suci adalah fiksi dalam beberapa kesempatan, terutama dalam konteks berbicara tentang narasi atau cerita-cerita yang ada di dalamnya. Pandangan ini bisa dipahami sebagai bagian dari pendekatannya yang lebih filosofis dan kritis terhadap berbagai klaim kebenaran yang bersifat dogmatis.

Alasan yang dia kemukakan terkait pandangannya ini adalah bahwa kitab suci, seperti halnya karya sastra lainnya, mengandung narasi yang bisa dipandang sebagai hasil dari konstruksi budaya, imajinasi manusia, atau simbolisme. Menurutnya, banyak bagian dalam kitab suci yang memiliki elemen mitos dan metafora, dan oleh karena itu bisa disebut sebagai fiksi dalam arti bahwa mereka bukanlah narasi literal yang bisa diuji kebenarannya melalui metode ilmiah.

Namun, penting untuk dicatat bahwa pandangan ini tidak bermaksud merendahkan agama atau keyakinan umat beragama. Rocky Gerung lebih banyak mengajak masyarakat untuk berpikir kritis terhadap berbagai narasi yang sering kali diterima begitu saja tanpa analisis mendalam. Ia melihat bahwa banyak klaim agama, termasuk yang ada dalam kitab suci, harus dihadapi dengan pemikiran rasional dan terbuka terhadap interpretasi yang lebih luas.

Pandangan Rocky ini tentu saja menuai kritik dari banyak kalangan, terutama mereka yang memegang keyakinan agama dengan kuat, namun juga mendapat perhatian sebagai sebuah upaya untuk mendorong diskusi tentang hubungan antara agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan.

Pandangan dari kedua tokoh ini tentunya harus kita uji, apakah benar Kitab Suci nilainya adalah fiksi atau kebenaran ilmiah yang sudah terbukti?. Jangan sampai pandangan ini membuat para pengikutnya menjadi abai, terhadap seluruh pesan Tuhan yang memiliki nilai petunjuk dari segala permasalahan sosial dalam kehidupan ini.

Sebagai kesimpulan dari tulisan singkat ini, mari kita renungkan dua ayat Tuhan yang disampaikan dalam Kitab Suci Al-Qur’an, yang terdapat di surat Yusuf (12) ayat 111 dan Al-Mukminun (23) ayat 50 di bawah ini:

"Sesungguhnya pada cerita mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) ini bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."

“Dan Rasul berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan.'’

Semoga dua ayat Tuhan yang ada dalam Al-Qur’an ini, membuka ruang diskusi kita untuk tidak menyalahkan atau bersikap tidak peduli dengan kandungan yang ada dalam Kitab Suci. Mari mencari titik temu dari kekacauan berpikir kita dalam memahami kedudukan Kitab Suci.

Penulis:

Michael Zahid Aditya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...