Jumat, 21 Februari 2025

GAYA BAHASA AL-QUR’AN

 

GAYA BAHASA AL-QUR’AN

Gaya bicara seseorang bisa mencerminkan sebagian dari kepribadiannya. Misalnya, orang yang berbicara dengan penuh keyakinan atau tegas mungkin cenderung percaya diri atau memiliki posisi yang kuat dalam menghadapi situasi. Sementara orang yang lebih santai dan tidak terburu-buru dalam berbicara bisa menunjukkan kepribadian yang lebih tenang atau fleksibel. Selain itu, intonasi, pilihan kata, dan cara menyampaikan pesan juga bisa memberi petunjuk tentang cara berpikir atau nilai-nilai yang diyakini seseorang. Gaya bicara sering kali menjadi salah satu cara orang mengekspresikan dirinya.

Ketika kita tidak bisa memahami gaya bahasa orang lain, beberapa akibat yang mungkin terjadi antara lain:

1.            Kesalahpahaman: Gaya bahasa yang berbeda bisa menyebabkan kita salah memahami maksud atau tujuan dari seseorang. Misalnya, seseorang yang berbicara dengan nada serius mungkin dianggap marah padahal mereka hanya ingin berbicara tegas, atau sebaliknya, seseorang yang berbicara santai bisa dianggap tidak serius.

2.            Gangguan Komunikasi: Ketika kita tidak memahami cara orang lain berbicara, informasi yang disampaikan bisa terpotong atau tidak sampai dengan jelas. Ini bisa menghambat efisiensi komunikasi, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional.

3.            Konflik: Perbedaan dalam cara berkomunikasi bisa memicu perasaan tidak dihargai atau disalahpahami, yang akhirnya dapat menyebabkan konflik. Misalnya, seseorang yang lebih langsung dalam berbicara bisa dianggap kasar oleh orang yang lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata.

4.            Kurangnya Keterhubungan Emosional: Pemahaman yang kurang terhadap gaya bahasa orang lain bisa menghalangi terbentuknya ikatan emosional yang lebih dalam. Gaya komunikasi sering kali mencerminkan bagaimana seseorang merasa, dan jika kita tidak bisa memahami atau merespon dengan tepat, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk terhubung secara lebih dekat.

5.            Stres atau Ketegangan: Kesulitan dalam memahami gaya bahasa orang lain dapat menambah ketegangan, baik dalam interaksi sehari-hari maupun dalam situasi yang lebih formal, karena kita mungkin merasa cemas atau tidak yakin bagaimana sebaiknya merespon.

Dengan lebih memahami gaya bahasa orang lain, kita bisa berkomunikasi lebih efektif dan memperkuat hubungan antar individu.

   Lalu sekarang pertanyaannya, jika kita tidak bisa memahami gaya bahasa Al-Qur'an, apa akibatnya?. Kesalahpahaman sudah pasti, konflik pasti terjadi, tidak mampu merespon dengan tepat, itu yang akan menghiasi.

Al-Qur'an menggunakan dua gaya bahasa dalam penggunaannya, mutasybihat dan muhkamat. Masing-masing dari keduanya, memiliki ciri khas yang disesuaikan dengan aplikasinya pada periode yang berbeda. Ayat dengan gaya bahasa mutasybihat diturunkan di periode awal masa perjuangan Muhammad Rasulullah dengan para sahabatnya, masa ini dikenal dengan makiyah. Sementara ayat muhkamat turun pada periode setelahnya, dan dikenal sebagai ayat madaniah.

Ayat mutasybihat memiliki ciri-ciri, abstrak, simbolis, samaran, atau perumpamaan. Gaya bahasa ini digunakan untuk menyederhanakan pemahaman yang luas dan kompleks, sehingga mudah dimengerti oleh si pembaca. Dalam literatur bahasa, dia digunakan untuk menekankan masalah yang prinsip sebagai fondasi dasar dalam kehidupan. Prinsip ini, berbicara tentang , dan karakter yang membentuk kepribadian seseorang.

Banyak yang terkecoh dan gagal paham dengan ayat-ayat mutasybihat ini, karena hanya memahaminya ditataran permukaan. Sementara ayat ini membutuhkan kedamalam berpikir, dan keaslian pemahaman tanpa campur tangan kepentingan manusia. Dan yang lebih celaka ayat mutasyabihat ditafsirkan dengan muhkamat, akibatnya tidak ada nilai pelajaran yang dapat di ambil untuk menjadi teladan. Kesalahan dalam memahami ayat ini, akan berbuah kesesatan berpikir dan kekacauan dalam perbuatan.

Sebagai kesimpulannya, mari kita renungkan firman Tuhan dalam Kitab Suci Al-Quran di surat Ali- Imron (3) ayat 7 di bawah ini:

“Dia lah yang menurunkan kitab (Al-Qur'an) kepadamu. Di antara ayat-ayatnya ada yang muhkamat (tegas) itu adalah pokok-pokok isi kitab, dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (samaran). Adapun orang-orang yang dalam hatinya terdapat kecenderungan kepada kesesatan, mereka mengikuti bagian yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya. Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya selain Allah, Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.' Dan tiadalah yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal."

Jika saudara belum juga menangkap maksud yang tersembunyi dari ayat di atas ini, mari kita berdiskusi untuk mendapatkan pencerahan dari permasalahan ini.

Penulis:

Michael Zahid Aditiya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...