Senin, 28 April 2025

Kesalahan Yang Sama

 

Kesalahan Yang Sama

Manusia adalah tempatnya kesalahan dari semua makhluk yang diciptakan-Nya. Mengapa demikian?... karena pada dasarnya pada diri manusia ada segumpal daging yang diciptakan memiliki keistimewaan dibanding semua ciptaan-Nya. dia boleh memilih dari perintah yang diundangkan-Nya namun tidak untuk makhluk selainnya, mereka tidak punya pilihan atas apa yang ditetapkan untuk dirinya. Bahkan kesalahan yang berulang-ulang dan sama selalu dilakukannya. Tugas menata, mendidik, dan mensejahterakan diserahkan kepada manusia karena dia yang diciptakan memiliki perangkat yang dapat menunjang hal tersebut. Dengan kata lain dia memiliki tugas menjadi wakil Tuan di muka bumi.

Kesadaran ini tentunya diperoleh melalui proses belajar akan setiap kejadian yang di alaminya, tanpa adanya sikap mengambil pelajaran atas penggenapan terhadap dirinya maka kesalahan yang sama akan di ulanginya. Kemampuan menganalisa dan mengevaluasi setiap permasalahan ada pada diri manusia, oleh sebab itu Tuan memberikan contoh atas kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Semua itu harus dapat kita ambil sebagai acuan setiap langkah perbuatan kita. Meskipun kita menggenapi kesalahan dari peringatan-Nya, hendaknya jangan sampai terjadi secara berulang-ulang.

Banyak orang jarang belajar kesalahan dari pengalaman sebelumnya. Itulah makanya beberapa orang cenderung melakukan kesalahan yang sama. Orang yang mampu belajar dengan baik menunjukkan respons otak lebih besar ketika diberi tahu dia salah . Terlihat ada komunikasi yang baik antara bagian otak yang memantau kinerja dan bagian yang mengkoordinasikan indra dan tindakan fisik, Jadi betapa pentingnya belajar dari kesalahan. orang yang mampu belajar dengan baik menggunakan feedback atau umpan balik bukan hanya untuk melihat performanya di masa lalu, tetapi juga untuk menyesuaikan performanya di masa mendatang.

Untuk itu mari kita lebih banyak belajar dari kesalahan sekaligus tetap focus.

By: Michael Zahid Aditiya

Menjadi Satu (1)

 Menjadi Satu (1)

 
Orang beriman adalah orang yang sudah ahad dengan Allah, merupakan bagian dari Tuhan Semesta Alam.
 
Orang beriman itu bagian dari Allah, menyatu dengan Allah, tauhid dengan Allah. Muhammad adalah orang yang sudah bertauhid kepada Allah. Antara Allah dengan Muhammad tidak ada bedanya. Apa kata Muhammad adalah kata Allah.
 
Dalam bahasa amtsal, seorang Rasul atau mu min itu merupakan Al-Quran yang hidup atau Al-Quran yang menjadi manusia, orang yang berakhlak Khaliq-nya.
 
Akhlak Allah ditanamkan di dalam diri mu'min sehingga perbuatan mu'min adalah perbuatan Allah. Inilah yang sulit dipercayai kebanyakan manusia bahwa perbuatan Rasul adalah perbuatan Allah, perkataan Rasul adalah perkataan Allah. Seorang Rasul tidak pernah berkata melainkan apa yang diwahyukan atau diajarkan Allah kepadanya.
 
"dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),"
An-Najm Ayat 3&4
 
Prinsip ini bukan hanya kepada Rasul saja tetapi termasuk orang-orang yang mengikuti Rasul.
 
Inilah yang disebut dengan manusia beraqidah tauhid, "Tiada tuan yang dipatuhi kehendak dan perintahnya selain Tuhan Semesta Alam".
 
Dengan kata lain, segala perbuatan orang beriman atau hamba adalah perbuatan tuannya. Hamba yang patuh itu melaksanakan perintah tuannya.
 
Jika dia berbuat atas nama Tuhan Semesta Alam, berarti perbuatan hamba itu sebetulnya perbuatan Tuhan Semesta Alam.
 
Inilah yang harus dibersihkan dan diyakinkan bahwa orang mu'min adalah bagian dari kuasa Allah, tetapi bukan berarti dia menjadi Allah.
 
Anak-anak Allah adalah anak didik Allah. Allah itu Rabb yang memiliki arti pendidik, guru, bapak.
 
Dahulu orang tua menjadi Rabb sewaktu kita masih kecil sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Isra (17) ayat 24.
 
Pada waktu masih kecil yang menjadi Rabb adalah orang tua.
 
Setelah kita menjadi dewasa, maka Rabb dikembalikan kepada Tuhan Semesta Alam selaku Rabb manusia. Rabb memiliki fungsi yang sama yaitu pendidik. Allah adalah Pendidik manusia.
 
By: Michael Zahid Aditiya 

Al-Quran sebagai Hadist Perkataan Terbaik

 

Al-Quran sebagai Hadist Perkataan Terbaik

            Allah berkata-kata dalam bahasa Al-Quran yang sangat indah. Perkataan dalam bahasa Arab diartikan dengan hadist. Perkataan paling baik dan sempurna adalah perkataan Allah atau Al-Quran. Perkataan paling buruk adalah perkataan manusia yang ingin memadamkan cahaya Allah. Di dunia ini ada dua perkataan atau dua model hadist, yaitu hadist Allah dan hadist manusia. Hadist atau perkataan yang harus diikuti oleh manusia beriman adalah hadist dari Allah Tuan Semesta Alam yang dituangkan dalam ayat-ayat di dalam mushaf Al-Quran. Pernyataan bahwa hadist terbaik adalah hadist Allah dinyatakan dalam Al-Quran dibawah ini.

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. (QS. Az-Zumar (39): 23)

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah. (QS. An-Nisaa (4): 87)

            Allah menggaransi dan menjamin bahwa perkataan (hadist) paling baik benar adalah perkataan atau pernyataan dari Allah. Hadist Allah bertujuan untuk memberi petunjuk jalan kebenaran kepada manusia, sementara hadist atau perkataan manusia ingin menyesatkan manusia. Manusia pada hari ini dihadapkan oleh dua pilihan, yakni mengikuti hadist Allah atau hadist-hadist buatan manusia. Hadist Allah bersifat asli dan tidak terbantahkan secara ilmiah, sementara hadist manusia bersifat kepalsuan dan mudah ditumbangkan oleh teori manusia lainnya. Informasi bahwa hadist manusia ini bertujuan untuk menyesatkan manusia kepada jalan kebinasaan dinyatakan dalam firman Allah berikut ini.

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Lukman (31): 6)

Mereka ingin hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (QS. Ash-Shaff (61): 8)

Al-Quran sebagai Tafsir Penjelasan Terbaik

Al-Quran memiliki keajaiban bisa menafsirkan dirinya sendiri. Tiap-tiap ayat Al-Quran berhubungan atau kohenren dengan ayat lain di dalam surat lainnya. Satu ayat dengan ayat lainnya saling menjelaskan atau manafsirkan dirinya sendiri (ayatin mubayinatin). Al-Quran tidak membutuhkan penafsiran atau interpretasi manusia yang akan berujung pada perdebatan dan perpecahan umat manusia. Al-Quran sudah menyatakan bahwa ayat-ayat didalamnya merupakan penjelasan atau tafsir terbaik antar sesamanya, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah berikut ini.

Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (An-Nur (24): 46)

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqan (25): 32-33).

            Kebanyakan manusia terjebak pada tafsir dari sekelompok atau golongan manusia sehingga menciptakan bias dan kemajemukan pemahaman terhadap hakikat suatu ayat. Jika ayat ditafsirkan tidak kontekstual maka akan berakibat pada suatu penjelasan yang kabur dan tidak memiliki nilai petunjuk atau pelajaran. Oleh sebab itu, tafsir yang benar adalah tafir dari ayat-ayat di dalam Al-Quran itu sendiri. Setiap ayat bisa menjelaskan atau menafsirkan dengan ayat yang lainnya. Itulah salah satu bentuk “mukjizat” dari Al-Quran.

 

By: Michael Zahid Aditiya

Sabtu, 12 April 2025

PERANG TARIF DAN POTENSI KONFLIK

Assalamualaikum, salam sejahtera untuk kita semua.

Baru-baru ini dunia perekonomian mengalami sebuah getaran yang hebat, getarannya menjalar hampir ke seluruh penjuru dunia. Sebuah skema tarif baru di gaungkan oleh Amerika, skema yang dinilai adalah bentuk serangan balik dalam sebuah perang dagang melawan China. Namun ternyata penerapan ini tidak hanya menyasar satu negara, banyak negara lain yang ikut terkena dampaknya. Disadari atau tidak kondisi ini memicu eskalasi bidang ekonomi dan politik yang semakin memanas.

Sebenarnya sikap Amerika semacam ini bukanlah sesuatu yang baru. Masih ingat tatkala tahun 2001, Amerika mendapatkan sebuah serangan teror yang menyasar gedung ternama yang menjadi salah satu pusat bisnis dan komersil. Teror ini dikaitkan dengan organisasi Islam radikal dan dianggap sangat brutal sehingga Amerika saat memburu pelakunya mengeluarkan pernyataan "Anda bersama kami atau anda melawan kami".

Sikap ini sebenarnya bentuk kepentingan Amerika dalam membelakedaulatan negara nya sendiri, namun ketika di arahkan keluar seakan menunjuk ke segala arah yang sebenarnya tidak ada kaitan langsung dengan kepentingannya. Karena sikap ini, akhirnya memicu reaksi dari negara lain yang beranekaragam. Seakan sebuah reaksi fisika dan kimia berantai, yang dijelaskan dalam film "Oppenheimer". Kita bisa menebak akhir dari proses reaksi fisika dan kimia tersebut.

Lalu pertanyaan nya, apakah wajar sebuah Negara Besar menyatakan sikap seperti itu yang bisa kita lihat potensi perkembangannya ke arah mana. Bandingkan hal tersebut dengan yang terjadi dalam keseharian kita. Kita pasti pernah menghadapi kondisi dimana kita menjadi sebuah pihak yang dirugikan atau tersakiti. Lalu bagaimana umumnya reaksi kita? Adakah yang bereaksi dengan amarah membara, hingga segenap daya upaya dikerahkan untuk membalasnya, atau adakah yang menjadikan hal itu sebuah pukulan yang sangat melemahkan hingga akhirnya tidak ada gairah lagi, meyakini bahwa hidup ini tidak adil, dan dunia lah yang bersalah kepadanya, bagaimana dengan sikap yang mengambil hal itu sebagai pelajaran dan kembali bergerak dengan semangat baru dengan pemahaman baru, beraktifitas lebih baik, lebih lincah menghindari kesalahan agar tidak terulang.

Seringkali kita tidak sadar begitu besar dampak yang diakibatkan oleh sikap kita baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun semua pilihan sikap itu dikembalikan kepada kita, apakah kita hendak bersikap menurut petunjuk dan pedoman yang ada, atau tidak. Jika "the Law of attraction" memang nyata, bukan tidak mungkin hasil dari sikap yang positif akan menciptakan sebuah karakter personal yang positif juga, hingga akhirnya menarik personal lain dengan vibes yang sama, berkumpul, bergerak beraktifitas yang sama membangun sebuah komunitas dan bahkan BUKAN TIDAK MUNGKIN sebuah peradaban BARU. Jika Sebuah "Butterfly Effect" hal yang kecil dapat mengakibatkan Chaos, bukan tidak mungkin dengan effort positif yang sama besar bisa tercipta peradaban DUNIA BARU yang penuh pengharapan.

Pertanyaan nya kapan bisa kita mulai membentuk nya?

Jawabannya adalah


SEKARANG!!

Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai nya, segera perbaiki diri mejadi karakter yang positif, dan satu hal lagi..


CARI!!


Carilah mereka yang memiliki vibes yang sama... Karena hanya ada dua hasil Akhir yang akan terwujud, dan anda sudah faham arah mana yang mau anda tuju

Semangat dan tetap beraktivitas


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh,
Salam Sejahtera untuk kita semua

*Note : Butterfly Effect adalah sebuah konsep dimana sebuah ilustrasi yang digambarkan dari kepakan sayap kupu-kupu di satu belahan dunia mengakibatkan badai topan di belahan dunia lain

Penulis ; Yeremia Teguh Miftah

Kamis, 03 April 2025

Terjadinya Gelap

Terjadinya Gelap


      Ada tertulis didalam kitab suci Al Qur'an surah Al Baqarah surah 2 ayat 65, Tu(h)an Semesta Alam berfirman yang artinya 'Dan sungguh kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran diantara kamu pada hari sabtu, lalu kami katakan kepada mereka " jadilah kamu kera yang hina " Itu mengisyaratkan bahwa Allah akan sangat marah kepada orang-orang yang telah melakukan pelanggaran atas janjinya yang telah diikrarkan kepada-Nya. Sejarah peristiwa turunnya ayat ini pernah terjadi pada masa kepemimpinan Nabi Musa, karena para pengikutnya yaitu Bani Israil telah berzina dengan ideologi dari bangsa-bangsa. Dan sebuah peristiwa yang menjadi sejarah itu akan terus terulang kembali karena Sunahtullah-Nya memang sudah begitu. Perlu diingat berzina disini, bukanlah dalam konteks bentuk zina fisik tetapi sebuah perumpamaan semisal ada sebuah umat yang sudah mempunyai daulah kepemimpinan-Raja/Presiden berkongsi atau koalisi dengan kepemimpinan-Raja/Presiden bangsa lain diluar Pemimpin Bani Israil apakah itu Bangsa Romawi atau Bangsa Persia. Seperti kondisi keadaan pada hari ini, kebanyakan dari kita tidak sadar bahwa kita sesungguhnya sedang terjajah mengapa? karena kekuasaan yang ada kini sudah tidak lagi menggunakan atau memakai hukum Allah tetapi dengan menerapkan hukum atau ideologi buatan manusia coba lihat kondisi kehidupan hari ini semua saling menjatuhkan satu sama lain, kekacauan dimana-mana belum lagi bencana atau musibah yang sering terjadi dan itu sudah pasti tidak akan pernah bisa mewujudkan kehidupan yang kita semua idam-idamkan yaitu kehidupan yang damai sejahtera seperti kehidupan benda-benda langit yang selalu setimbang tidak saling bertabrakan, begitupun seharusnya gerak hidup kehidupan dari insan manusia seharusnya saling mendamai sejahterakan.
     Pergiliran Hukum Allah dan Hukum Setan/Thogho akan terus terulang silih berganti seperti siang dan malam itulah yang disebut Sunnatullah yang tidak akan pernah berubah, karena semua berasal dari Dia (Allah) dan kembali kepada Dia (Allah) Qs Ar Rum 30/30.
                      By: Zimran A.E

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...