GAYA
BAHASA AL-QUR’AN
Gaya bicara seseorang bisa mencerminkan sebagian dari
kepribadiannya. Misalnya, orang yang berbicara dengan penuh keyakinan atau
tegas mungkin cenderung percaya diri atau memiliki posisi yang kuat dalam
menghadapi situasi. Sementara orang yang lebih santai dan tidak terburu-buru
dalam berbicara bisa menunjukkan kepribadian yang lebih tenang atau fleksibel.
Selain itu, intonasi, pilihan kata, dan cara menyampaikan pesan juga bisa
memberi petunjuk tentang cara berpikir atau nilai-nilai yang diyakini
seseorang. Gaya bicara sering kali menjadi salah satu cara orang
mengekspresikan dirinya.
Ketika kita tidak bisa memahami gaya bahasa orang lain,
beberapa akibat yang mungkin terjadi antara lain:
1.
Kesalahpahaman:
Gaya bahasa yang berbeda bisa menyebabkan kita salah memahami maksud atau
tujuan dari seseorang. Misalnya, seseorang yang berbicara dengan nada serius
mungkin dianggap marah padahal mereka hanya ingin berbicara tegas, atau
sebaliknya, seseorang yang berbicara santai bisa dianggap tidak serius.
2.
Gangguan Komunikasi:
Ketika kita tidak memahami cara orang lain berbicara, informasi yang
disampaikan bisa terpotong atau tidak sampai dengan jelas. Ini bisa menghambat
efisiensi komunikasi, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional.
3.
Konflik:
Perbedaan dalam cara berkomunikasi bisa memicu perasaan tidak dihargai atau
disalahpahami, yang akhirnya dapat menyebabkan konflik. Misalnya, seseorang
yang lebih langsung dalam berbicara bisa dianggap kasar oleh orang yang lebih
berhati-hati dalam memilih kata-kata.
4.
Kurangnya
Keterhubungan Emosional: Pemahaman yang kurang terhadap gaya bahasa
orang lain bisa menghalangi terbentuknya ikatan emosional yang lebih dalam.
Gaya komunikasi sering kali mencerminkan bagaimana seseorang merasa, dan jika
kita tidak bisa memahami atau merespon dengan tepat, kita mungkin kehilangan
kesempatan untuk terhubung secara lebih dekat.
5.
Stres atau
Ketegangan: Kesulitan dalam memahami gaya bahasa orang lain dapat
menambah ketegangan, baik dalam interaksi sehari-hari maupun dalam situasi yang
lebih formal, karena kita mungkin merasa cemas atau tidak yakin bagaimana
sebaiknya merespon.
Dengan lebih memahami gaya bahasa orang lain, kita bisa
berkomunikasi lebih efektif dan memperkuat hubungan antar individu.
Lalu sekarang
pertanyaannya, jika kita tidak bisa memahami gaya bahasa Al-Qur'an, apa
akibatnya?. Kesalahpahaman sudah pasti, konflik pasti terjadi, tidak mampu
merespon dengan tepat, itu yang akan menghiasi.
Al-Qur'an menggunakan dua gaya bahasa dalam penggunaannya,
mutasybihat dan muhkamat. Masing-masing dari keduanya, memiliki ciri khas yang
disesuaikan dengan aplikasinya pada periode yang berbeda. Ayat dengan gaya
bahasa mutasybihat diturunkan di periode awal masa perjuangan Muhammad
Rasulullah dengan para sahabatnya, masa ini dikenal dengan makiyah. Sementara
ayat muhkamat turun pada periode setelahnya, dan dikenal sebagai ayat madaniah.
Ayat mutasybihat memiliki ciri-ciri, abstrak, simbolis,
samaran, atau perumpamaan. Gaya bahasa ini digunakan untuk menyederhanakan
pemahaman yang luas dan kompleks, sehingga mudah dimengerti oleh si pembaca.
Dalam literatur bahasa, dia digunakan untuk menekankan masalah yang prinsip
sebagai fondasi dasar dalam kehidupan. Prinsip ini, berbicara tentang , dan
karakter yang membentuk kepribadian seseorang.
Banyak yang terkecoh dan gagal paham dengan ayat-ayat
mutasybihat ini, karena hanya memahaminya ditataran permukaan. Sementara ayat
ini membutuhkan kedamalam berpikir, dan keaslian pemahaman tanpa campur tangan
kepentingan manusia. Dan yang lebih celaka ayat mutasyabihat ditafsirkan dengan
muhkamat, akibatnya tidak ada nilai pelajaran yang dapat di ambil untuk menjadi
teladan. Kesalahan dalam memahami ayat ini, akan berbuah kesesatan berpikir dan
kekacauan dalam perbuatan.
Sebagai kesimpulannya, mari kita renungkan firman Tuhan
dalam Kitab Suci Al-Quran di surat Ali- Imron (3) ayat 7 di bawah ini:
“Dia lah yang menurunkan
kitab (Al-Qur'an) kepadamu. Di antara ayat-ayatnya ada yang muhkamat (tegas)
itu adalah pokok-pokok isi kitab, dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (samaran).
Adapun orang-orang yang dalam hatinya terdapat kecenderungan kepada kesesatan,
mereka mengikuti bagian yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah
dan untuk mencari-cari ta’wilnya. Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya
selain Allah, Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami beriman
kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.' Dan
tiadalah yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal."
Jika saudara belum juga
menangkap maksud yang tersembunyi dari ayat di atas ini, mari kita berdiskusi untuk
mendapatkan pencerahan dari permasalahan ini.
Penulis:
Michael Zahid Aditiya