Hutan merupakan
sebuah hamparan dari daratan yang sangat luas dan terdiri dari beraneka ragam
dan atau berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan pepohonan maupun binatangnya,
Bila kita tarik garis lurus dari kehidupan pada makhluk yang namanya manusia
hari inipun tidak jauh berbeda, semuanya sama, baik dari karakter maupun dalam
strata sosial kehidupan dari manusia itu sendiri semua berbeda-beda, tetapi
bilamana kehidupan hutan itu kita sandingkan dengan arti kata kebun (jannah),
maka semua itu akan jauh berbeda, mengapa karena konotasi hutan itu cenderung
jauh lebih liar sedangkan kebun ( jannah) jauh lebih tertata, sebab karena
kalau kebun itu sudah pasti ada petugas yang mengurusinya, baik dari segi
penyenaian, pemupukkan maupun penyiraman semuanya selalu konsisten dan terus
menerus memperhatikannya sampai dengan batas waktu yang sudah ditentukan yaitu
pada saat menuai hasil itu tiba (Qs Asy Syu'ara, 26/57, Fir 'aun juga punya
kebun/ jannah).
Jika kita melihat dan
membaca kehidupan hari ini, maka hutan tidak jauh berbeda dengan kehidupan dari
sosial manusia saat ini, Dan lalu apa strategi maupun pola yang harus diambil
langkahnya agar kehidupan dari manusia hari ini bisa dapat terwujud seperti
kehidupan dari kebun (jannah) itu ?
Kembali kepada konsep Ad Dien Al Haq yaitu sistem hukum Sang Pencipta Ad Dien Al Islam (sistem hukum ketunduk patuhan, Qs Ali'Imran 3/83), yang semua termahtub didalam kitab suci maupun kehidupan dari Alam Semesta, semuanya terwujud dan tersaji sebagai bentuk pengajaran dan perlindungan dari Sang Pencipta (Qs Ali'Imran, 3/190-191).
Mudah saja bukan bila
kita memang sudah tahu dan paham akan Ilmu-Nya, secara sistematis maka
kehidupan dari manusia itu akan terwujud seperti halnya kehidupan dari sebuah
kebun (jannah) yang sudah tertata rapi itu, yaitu kehidupan yang damai
sejahtera (Qs Al Isra', 17/36).
Tak dapat dipungkiri
memang dari orang-orang yang serius dan konsisten kepada dambaan pola hidup
yang damai sejahtera itu, hanyalah dari segelintir orang saja, karena di luar
itu yang banyak hidupnya hanyalah menuruti dari ego keinginannya saja. Jujurlah
pada diri ini bahwa kehidupan dengan Ilmu, maka ujung prosesnya pasti hasilnya
akan jauh lebih baik dibandingkan dengan hidup yang dibentuk dari keinginan
egonya sendiri (Qs Al A'raf, 7/3). Semuanya bertolak belakang bukan, maka
gunakanlah dan fungsikanlah sarana dari modal kita miliki yaitu otak atau qalbu
kita (Qs Nahl, 16/78).