Selasa, 17 September 2024

Improvisasi Sebuah Wejangan

     Apa yang disebut dengan Alam Semesta itu sesungguhnya adalah merupakan hasil karya cipta sekaligus menjadi kerajaan Tu(h)an Semesta Alam itu sendiri (ALLAH) dan makhluk yang namanya manusia adalah salah satu makhluk yang tinggal di dalam kerajaan ALLAH, Sebagai makhluk yang tinggal di dalam kerajaan ALLAH sudah semestinya manusia menjadikan Tu(h)an Semesta Alam sebagai satu-satu-Nya Rabb (pengatur), Malik (Raja), dan Illah (pusat pengabdian yang harus ditaati kehendak dan perintah-Nya) (Qs Al Mulk 67/1, Qs Al Baqarah 2/255).


 Memang Istilah dari sebuah Kerajaan ALLAH masih terasa asing terdengar di telinga orang-orang beragama, padahal sesungguhnya visi dan misi dakwah dari nabi Muhammad adalah memberi kabar gembira dan peringatan tentang akan bangkitnya kembali kerajaan ALLAH diatas muka bumi (Qs Al An'am 6/165 - Qs Al A'raf 7/129).
Apa yang di maksud dengan ' Dien ' di dalam Al Qur'an sesungguhnya adalah kesatuan di antara tiga unsur yaitu hukum, kekuasaan, dan jama'ah.
Pengabdian kepada Tu(h)an Semesta Alam, baru dapat di lakukan secara sempurna oleh manusia, jika ketiga unsur tersebut tegak/ berlaku diatas muka bumi (Qs An Nur 24/55 - Qs Al Baqarah 2/193).


Diutusnya semua nabi maupun rasul, dari sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad saw bahkan sampai zaman ini adalah dalam rangka untuk menegakkan sistem kehidupan ciptaan ALLAH, diatas segala Dien (sistem/hukum) lainnya di dalam kehidupan umat manusia (Qs As Saff 61/9).


Sunatullah atau tradisi Tu(h)an Semesta Alam dalam nengatur kehidupan seluruh makhluk-Nya adalah sudah pasti selalu pergiliran atau pergantian antara Dien (Sistem/Hukum) yang haq dan Dien (Sistem/Hukum) yang batil, antara Sistem/hukum ketunduk patuhan kepada Tu(h)an Semesta Alam dengan Sistem/hukum selain kepada Tu(h)an Semesta Alam (Thogut), antara kerajaan surga/jannah (Darussalam) dengan kerajaan (Neraka) Darur Al bawar, antara kerajaan ALLAH dengan kerajaan Setan (Qs Fatir 35/43 - Qs Al Fatihah, 1/7).
Sejak berakhirnya kerajaan ALLAH dizaman nabi Nuh, dimana kekuasaan dikuasai oleh kuasa kegelapan (Toghut), yaitu kerajaan yang dibangun diatas kepercayaan (ideologi) masing-masing bangsa.

 
Nabi Ibrahim selaku keturunan Ruh Nabi Nuh yang masih tersisa dan tetap konsisten dengan keimanannya atau aqidah kepada prinsip yang tauhid yaitu "Tidak ada Tuhan selain ALLAH" tidak ada yang haq untuk dijadikan Tu(h)an oleh manusia selain Tu(h)an Yang Maha Esa (ALLAH).
Nabi Ibrahim melakukan dakwah dalam rangka untuk mengajak kaumnya di Ur Kasdim (Babilonia) untuk meninggalkan segala bentuk kemusyrikan terhadap cara hidup dan kehidupan berkeyakinan kepada ideologi atau segala karya cipta dari manusia (berhala) dengan kembali kepada ajaran atau sistem kehidupan yang tauhid, hidup yang berdasarkan kepada ketunduk patuhan kepada Tu(h)an Yang Maha Esa (Ad Dien Al Islam). Akibat dari semua itu, otomatis maka penguasa Babilonia yaitu Raja Namrud melakukan tindakan represif terhadap gerakan dakwah Nabi Ibrahim. Tindakan membunuh gerakan ini dengan cara membakar konsep dakwah Nabi Ibrahim (menyebarkan berita hoax), akan tetapi ditanggapi dingin oleh Nabi Ibrahim dengan cara gerakan damai tanpa perlawanan fisik apapun (perang) (Qs Al A'raf, 7/3).

Setelah lolos dari usaha pembunuhan Nabi Ibrahim beserta pengikutnya diperintah oleh Tu(h)an Semesta Alam untuk berhijrah (exsodus) ke Haran dan berdiam di tanah Palestina.
Di Palestina Tu(h)an Semesta Alam menghampiri Nabi Ibrahim dan berjanji akan memberikan kekuasaan negeri-negeri itu kepada seluruh anak keturunan Ruh di kemudian hari (Qs Al Baqarah, 2/124).



         Di Sadur Kembali Oleh : ZIMRAN DAN GAVRA.

  

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...