Pembiaran dari sebuah tradisi yang
ada di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat sudah semakin jauh dan tidak
berkesan untuk menjadi contoh, semua hal
itu seharusnya dilihat dari segala sisi setelah prosesi ritual itu terlaksana,
cobalah anda rasakan adakah sesuatu yang membekas dalam gerak hidup dari
karakter anda? Bila tidak mengapa kita
terkadang suka gelisah dari semua itu, sehingga seperti ada rasa bersalah di
dalam diri, bilamana kita tidak ikut serta dalam melaksanakannya. Yang menjadi
pas buat sebutan dari semua itu, mungkin
hanyalah sebuah wujud aksi seremonial
yang hanya menjadi sia-sia dan tidak akan berpengaruh, juga berdampak apa-apa,
cuma seperti sebuah fatamorgana dari rasa percaya akan imbalan pahala yang akan
di perolehnya, walaupun katanya dengan
hanya menyebut satu huruf saja, hingga hanya dengan mendengarnya saja (Qs a'raf
7/204-205).
Ketika generasi ruh Sang Pembebas
datang hadir dan berkuasa, maka secara otomatis dunia akan menjadi terang.
Terang sebagai kata lain/pengganti dari nur atau Ilmu. Disaat dunia di kuasai
oleh generasi ruh Sang Pembebas, manusia baik suka maupun terpaksa hidup
akan berdasarkan Ilmu dari Sang
Pencipta, baik Ilmu ALLAH yang berlaku pada alam akwan (alam fisika) yang
dikenal dengan sebutan science atau Ilmu pengetahuan maupun Ilmu hukum yang
melekat pada kehidupan manusia, sebagai sebuah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
Ilmu yang seharusnya ditegakkan berdirikan, untuk kemudian dibumikan ke dalam
kehidupan bermasyarakat. Tatkala Ilmu atau
hukum Sang Pencipta exsis, tampil, atau tegak, maka teranglah dunia ini.
Sebaliknya, di kala manusia sudah
meninggalkan dunia Ilmu, dalam arti tidak lagi menjadikan Ilmu sebagai bagian
dari dasar dalam berpikir, berkata, dan berbuat, maka kehidupan dunia manusia
akan terperosok ke dalam kebodohan dan kezhaliman, yang terwujud akhirnya
menjadi sebuah zaman kegelapan (zhulumat) (Qs Al Baqarah 2/256-257). Perlu
diketahui dalam zaman kebodohan atau zaman jahilliyah, yang menjadi ukuran
kebenaran dan kesalahan (dosa) bukan lagi Ilmu, bukan lagi hukum Sang Pencipta,
akan tetapi dengan hawa nafs semata.
Hawa adalah merupakan suatu
kekuatan atau suatu kekuasaan yang cenderung timbul dari daya nafs yang berada
didalam diri manusia.
Jika seseorang sudah dikuasai
oleh hawa nafs, otomatis maka sudah pasti akan menjadikan an nafs itu sebagai
tu(h)an-Nya, atau sebagai Illah-Nya (Qs Al Jasiyah 45/23).
Di Sadur
oleh '
ZIMRAN
& GAVRA.