Selasa, 17 September 2024

Improvisasi Sebuah Wejangan

     Apa yang disebut dengan Alam Semesta itu sesungguhnya adalah merupakan hasil karya cipta sekaligus menjadi kerajaan Tu(h)an Semesta Alam itu sendiri (ALLAH) dan makhluk yang namanya manusia adalah salah satu makhluk yang tinggal di dalam kerajaan ALLAH, Sebagai makhluk yang tinggal di dalam kerajaan ALLAH sudah semestinya manusia menjadikan Tu(h)an Semesta Alam sebagai satu-satu-Nya Rabb (pengatur), Malik (Raja), dan Illah (pusat pengabdian yang harus ditaati kehendak dan perintah-Nya) (Qs Al Mulk 67/1, Qs Al Baqarah 2/255).


 Memang Istilah dari sebuah Kerajaan ALLAH masih terasa asing terdengar di telinga orang-orang beragama, padahal sesungguhnya visi dan misi dakwah dari nabi Muhammad adalah memberi kabar gembira dan peringatan tentang akan bangkitnya kembali kerajaan ALLAH diatas muka bumi (Qs Al An'am 6/165 - Qs Al A'raf 7/129).
Apa yang di maksud dengan ' Dien ' di dalam Al Qur'an sesungguhnya adalah kesatuan di antara tiga unsur yaitu hukum, kekuasaan, dan jama'ah.
Pengabdian kepada Tu(h)an Semesta Alam, baru dapat di lakukan secara sempurna oleh manusia, jika ketiga unsur tersebut tegak/ berlaku diatas muka bumi (Qs An Nur 24/55 - Qs Al Baqarah 2/193).


Diutusnya semua nabi maupun rasul, dari sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad saw bahkan sampai zaman ini adalah dalam rangka untuk menegakkan sistem kehidupan ciptaan ALLAH, diatas segala Dien (sistem/hukum) lainnya di dalam kehidupan umat manusia (Qs As Saff 61/9).


Sunatullah atau tradisi Tu(h)an Semesta Alam dalam nengatur kehidupan seluruh makhluk-Nya adalah sudah pasti selalu pergiliran atau pergantian antara Dien (Sistem/Hukum) yang haq dan Dien (Sistem/Hukum) yang batil, antara Sistem/hukum ketunduk patuhan kepada Tu(h)an Semesta Alam dengan Sistem/hukum selain kepada Tu(h)an Semesta Alam (Thogut), antara kerajaan surga/jannah (Darussalam) dengan kerajaan (Neraka) Darur Al bawar, antara kerajaan ALLAH dengan kerajaan Setan (Qs Fatir 35/43 - Qs Al Fatihah, 1/7).
Sejak berakhirnya kerajaan ALLAH dizaman nabi Nuh, dimana kekuasaan dikuasai oleh kuasa kegelapan (Toghut), yaitu kerajaan yang dibangun diatas kepercayaan (ideologi) masing-masing bangsa.

 
Nabi Ibrahim selaku keturunan Ruh Nabi Nuh yang masih tersisa dan tetap konsisten dengan keimanannya atau aqidah kepada prinsip yang tauhid yaitu "Tidak ada Tuhan selain ALLAH" tidak ada yang haq untuk dijadikan Tu(h)an oleh manusia selain Tu(h)an Yang Maha Esa (ALLAH).
Nabi Ibrahim melakukan dakwah dalam rangka untuk mengajak kaumnya di Ur Kasdim (Babilonia) untuk meninggalkan segala bentuk kemusyrikan terhadap cara hidup dan kehidupan berkeyakinan kepada ideologi atau segala karya cipta dari manusia (berhala) dengan kembali kepada ajaran atau sistem kehidupan yang tauhid, hidup yang berdasarkan kepada ketunduk patuhan kepada Tu(h)an Yang Maha Esa (Ad Dien Al Islam). Akibat dari semua itu, otomatis maka penguasa Babilonia yaitu Raja Namrud melakukan tindakan represif terhadap gerakan dakwah Nabi Ibrahim. Tindakan membunuh gerakan ini dengan cara membakar konsep dakwah Nabi Ibrahim (menyebarkan berita hoax), akan tetapi ditanggapi dingin oleh Nabi Ibrahim dengan cara gerakan damai tanpa perlawanan fisik apapun (perang) (Qs Al A'raf, 7/3).

Setelah lolos dari usaha pembunuhan Nabi Ibrahim beserta pengikutnya diperintah oleh Tu(h)an Semesta Alam untuk berhijrah (exsodus) ke Haran dan berdiam di tanah Palestina.
Di Palestina Tu(h)an Semesta Alam menghampiri Nabi Ibrahim dan berjanji akan memberikan kekuasaan negeri-negeri itu kepada seluruh anak keturunan Ruh di kemudian hari (Qs Al Baqarah, 2/124).



         Di Sadur Kembali Oleh : ZIMRAN DAN GAVRA.

  

Senin, 16 September 2024

Hutan dan Kebun

 


Hutan merupakan sebuah hamparan dari daratan yang sangat luas dan terdiri dari beraneka ragam dan atau berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan pepohonan maupun binatangnya, Bila kita tarik garis lurus dari kehidupan pada makhluk yang namanya manusia hari inipun tidak jauh berbeda, semuanya sama, baik dari karakter maupun dalam strata sosial kehidupan dari manusia itu sendiri semua berbeda-beda, tetapi bilamana kehidupan hutan itu kita sandingkan dengan arti kata kebun (jannah), maka semua itu akan jauh berbeda, mengapa karena konotasi hutan itu cenderung jauh lebih liar sedangkan kebun ( jannah) jauh lebih tertata, sebab karena kalau kebun itu sudah pasti ada petugas yang mengurusinya, baik dari segi penyenaian, pemupukkan maupun penyiraman semuanya selalu konsisten dan terus menerus memperhatikannya sampai dengan batas waktu yang sudah ditentukan yaitu pada saat menuai hasil itu tiba (Qs Asy Syu'ara, 26/57, Fir 'aun juga punya kebun/ jannah).

Jika kita melihat dan membaca kehidupan hari ini, maka hutan tidak jauh berbeda dengan kehidupan dari sosial manusia saat ini, Dan lalu apa strategi maupun pola yang harus diambil langkahnya agar kehidupan dari manusia hari ini bisa dapat terwujud seperti kehidupan dari kebun (jannah) itu ?

Kembali kepada konsep Ad Dien Al Haq yaitu sistem hukum Sang Pencipta Ad Dien Al Islam (sistem hukum ketunduk patuhan, Qs Ali'Imran 3/83), yang semua termahtub didalam kitab suci maupun kehidupan dari Alam Semesta, semuanya terwujud dan tersaji sebagai bentuk pengajaran dan perlindungan dari Sang Pencipta (Qs Ali'Imran, 3/190-191).

Mudah saja bukan bila kita memang sudah tahu dan paham akan Ilmu-Nya, secara sistematis maka kehidupan dari manusia itu akan terwujud seperti halnya kehidupan dari sebuah kebun (jannah) yang sudah tertata rapi itu, yaitu kehidupan yang damai sejahtera (Qs Al Isra', 17/36).

Tak dapat dipungkiri memang dari orang-orang yang serius dan konsisten kepada dambaan pola hidup yang damai sejahtera itu, hanyalah dari segelintir orang saja, karena di luar itu yang banyak hidupnya hanyalah menuruti dari ego keinginannya saja. Jujurlah pada diri ini bahwa kehidupan dengan Ilmu, maka ujung prosesnya pasti hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan hidup yang dibentuk dari keinginan egonya sendiri (Qs Al A'raf, 7/3). Semuanya bertolak belakang bukan, maka gunakanlah dan fungsikanlah sarana dari modal kita miliki yaitu otak atau qalbu kita (Qs Nahl, 16/78).


                     Di Sadur Oleh :
               ZIMRAN & GAVRA.

IBRAHIM/ ABRAHAM BAPAKNYA PARA NABI

 



Ibrahim (Abraham) sebagai Bapak Para Nabi memiliki peran sentral dalam tradisi keagamaan besar dunia, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Ibrahim dikenal sebagai tokoh penting yang menjadi panutan dalam hal keimanan, ketaatan kepada Allah, serta perintis jalur kenabian dari mana banyak nabi-nabi besar lainnya berasal, termasuk Musa, Isa (Yesus), dan Muhammad. Dalam kedua kitab suci, Al-Qur’an dan Alkitab, Ibrahim digambarkan sebagai Bapak para Nabi karena dari garis keturunannya lahir para nabi dan rasul yang membawa ajaran-ajaran besar bagi umat manusia.

1. Ibrahim dalam Al-Qur'an
Dalam Islam, Nabi Ibrahim adalah figur yang sangat dihormati karena keimanannya yang kokoh kepada Allah, ketaatannya yang mutlak, serta keteguhannya dalam menyebarkan tauhid (mengesakan Allah). Ia dikenal sebagai salah satu ulul azmi atau nabi-nabi dengan keteguhan yang luar biasa dalam menghadapi ujian berat. Allah menyebut Ibrahim sebagai khalilullah (sahabat Allah) karena kedekatan dan kecintaannya kepada Tuhan.

Ibrahim dalam Al-Qur'an disebutkan berulang kali dalam berbagai konteks yang menyoroti ketaatannya kepada Allah, serta peran pentingnya dalam meletakkan dasar ajaran tauhid.

1.1 Firman Allah tentang Ibrahim sebagai Bapak Para Nabi
Ibrahim dikenal sebagai bapak para nabi karena dari keturunannya lahir nabi-nabi besar yang diakui dalam tradisi Islam. Anak-anaknya, Ismail dan Ishaq, menjadi nenek moyang dari banyak nabi lainnya, termasuk Rasulullah Muhammad yang merupakan garis dari keturunan Ismail.

Surah Al-An'am (6:84-87): "Dan Kami telah menganugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub; semuanya Kami beri petunjuk, dan kepada Nuh sebelum itu (Kami telah beri petunjuk), dan dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh. Dan Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)."

Dalam ayat ini, jelas Allah menyebutkan para nabi yang merupakan keturunan Ibrahim. Ini menegaskan bahwa Ibrahim memiliki garis keturunan nabi yang panjang, sehingga layak disebut sebagai "Bapak para Nabi."

1.2 Ibrahim sebagai Peletak Dasar Tauhid
Ibrahim juga dikenal sebagai nabi yang menegakkan ajaran tauhid dan menentang penyembahan berhala. Kisah ini sering kali dirujuk dalam Al-Qur'an, seperti saat Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya.

Surah Al-Anbiya (21:52-56): "(Ingatlah), ketika ia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya dan kaumnya: 'Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?' Mereka menjawab: 'Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya.' Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya kamu dan nenek moyangmu berada dalam kesesatan yang nyata.' Mereka berkata: 'Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?' Ibrahim berkata: 'Sebenarnya Tuhanmu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan kesaksian atasnya.' "

Kisah ini menggambarkan peran Ibrahim sebagai seorang yang dengan tegas menyeru kepada tauhid dan menentang syirik (penyembahan berhala). Ajaran ini diwariskan oleh keturunannya dan terus ditegakkan oleh para nabi setelahnya.

1.3 Ujian Pengorbanan Ibrahim
Salah satu ujian terbesar yang dihadapi oleh Ibrahim adalah ketika Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail. Ini menjadi salah satu kisah penting dalam sejarah keimanan yang diabadikan dalam Al-Qur'an. Surah As-Saffat (37:102-107): "Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.' Ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk melaksanakan perintah Allah). Dan Kami memanggilnya: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.' Sungguh demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."

Kisah ini menggambarkan tingkat ketaatan dan kepasrahan Ibrahim kepada Allah, yang kemudian menjadi teladan bagi umat Islam.

2. Ibrahim dalam Alkitab (Bible)
Dalam tradisi umat Kristen dan Yahudi, Ibrahim (Abraham) juga dipandang sebagai tokoh besar yang memainkan peranan penting dalam sejarah keimanan mereka. Beliau dianggap sebagai bapak dari bangsa Israel dan nenek moyang dari banyak nabi. Ibrahim dikenal karena imannya yang begitu kuat kepada Tuhan dan atas perjanjiannya dengan Tuhan, yang menjadi dasar dari hubungan Tuhan dengan keturunannya.

2.1 Perjanjian Allah dengan Abraham
Salah satu tema utama dalam kisah Abraham di Alkitab adalah Perjanjian Allah dengan Abraham. Tuhan berjanji bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar dan bahwa tanah Kanaan akan diberikan kepada mereka. Ini menjadi landasan bagi keyakinan Yahudi dan Kristen bahwa Abraham adalah bapak bangsa Israel dan sekaligus menjadi umat yang diberkati Tuhan.

Kejadian 17:4-5 (Kitab Kejadian): "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa."

Perjanjian ini menjadikan Abraham sebagai tokoh sentral dalam iman Yahudi dan Kristen, dan ia dipandang sebagai bapak dari semua orang beriman yang dapat dipercaya.

2.2 Ujian Pengorbanan Ishak
Dalam Alkitab, kisah pengorbanan Abraham sedikit berbeda dengan versi Islam, karena yang diperintahkan untuk disembelih adalah Ishak, bukan Ismail. Namun, ujian yang diberikan kepada Abraham tetap menjadi tanda dari ketaatan dan iman yang luar biasa.

Kejadian 22:9-12 (Kitab Kejadian): "Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnya kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepadanya: 'Abraham, Abraham.' Sahutnya: 'Ya, Tuhan.' Lalu Ia berfirman: 'Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab sekarang Aku tahu, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."

Ujian ini, seperti dalam Islam, menunjukkan betapa besar ketaatan Abraham kepada Tuhan, yang kemudian dihargai dengan janji bahwa keturunannya akan diberkati juga.

2.3 Abraham sebagai Nenek Moyang Para Nabi
Dalam tradisi Kristen, Abraham dipandang sebagai Bapak Iman. Paulus dalam Perjanjian Baru menyebut Abraham sebagai bapak dari semua orang percaya, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Ini menegaskan peran Abraham sebagai pemimpin spiritual yang memiliki keturunan nabi-nabi besar.

Roma 4:16 (Surat Paulus kepada Jemaat di Roma): "Karena itulah kebenaran berdasarkan iman, supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup berdasarkan hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham, bapa kita semua."

Ayat ini menegaskan bahwa iman Abraham menjadi landasan bagi orang-orang percaya, baik Yahudi maupun non-Yahudi.

3. Ibrahim sebagai Simbol Ketaatan dan Keimanan
Baik dalam Al-Qur'an maupun Alkitab, Ibrahim atau Abraham dipandang sebagai simbol ketaatan yang mutlak kepada Allah. Ia tidak hanya menjadi bapak secara biologis dari para nabi, tetapi juga bapak spiritual bagi seluruh umat yang mengimani Tuhan Yang Maha Esa. Ketaatan Ibrahim, baik dalam ujian-ujian besar maupun dalam menjalankan perintah Allah, menjadikannya sosok yang dihormati dalam ketiga agama besar dunia: Islam, Kristen, dan Yahudi.

Kesimpulan:
Nabi Ibrahim memainkan peran penting sebagai bapak para nabi dalam tradisi Islam dan Yahudi-Kristen. Dari keturunannya banyak lahir nabi-nabi, dan melalui iman serta ketaatannya kepada Allah, ia menjadi teladan yang diikuti oleh para nabi dan umat setelahnya. Baik dalam Al-Qur'an maupun Alkitab, kisah Ibrahim menegaskan pentingnya ketundukan total kepada Allah dan kepercayaan pada rencana-Nya.


Azzaalfarizi Daren

Minggu, 15 September 2024

Negosiasi Diri


                      Sakit adalah merupakan sebuah ungkapan bahasa keluhan yang keluar tanpa kata dan makna, sebab hanya diam seribu bahasa, oleh karena menahan apa-apa yang sedang dirasakannya dan sedikitpun tak pernah ada gerakan perlawanan yang berarti dalam dirinya, sehingga yang timbul di pikiran hanya mencoba merenungi kejadian apa yang pernah dilakukan dalam dirinya sehingga kondisi keadaanya menyebabkan seperti ada suatu komponen pada tubuh yang rusak dan yang sehingga jelas mengganggu kedalam gerak di kehidupannya.

Terkadang di tengah-tengah rasa sakitpun, di pikiran kita cenderung sering melontarkan kata-kata umpatan bahkan juga sumpah serapah kepada Tu(h)an Semesta Alam. Memang mudah bila hanya menunjuk dan melempar suatu kesalahan kepada orang lain bahkan juga kepadaTu(h)an Semesta Alam, tanpa dengan adanya mencoba kembali menginterupsi diri, sudah benarkah apa-apa segala yang telah kita simpulkan ini. Tak dapat dipungkiri, memang kesadaran dalam berpikir jernihpun akan terasa sulit bila kita sedang dalam keadaan sakit, karena suatu jawaban yang semua ingin kita simpulkan akan menjadi buyar berantakan (gagal fokus) dengan adanya rasa sakit yang sedang dideritanya.

Kita terkadang sering menganggap remeh dengan pola hidup yang sehat dan bugar yang seharusnya memang harus selalu kita jaga dan juga merawatnya. Ada sebuah ungkapan yang benar bahwa sehat itu mahal, karena memang dengan tubuh yang sehat ini kita akan dapat dengan mudah melakukan segala aktivitas apapun, sehingga maka yang terjadi ditubuh yang sehat ini akan terwujudlah kesetimbangan dalam gerak di kehidupannya (QS Ar Arrahman 55/9). Banyak faktor yang bisa menyebabkan sehingga membuat tubuh ini menjadi lemah tak berdaya, bisa jadi dari makanan, minuman, dan juga bisa juga dari pola hidup keseharian yang salah, seperti malas berolah raga, merokok, banyak tidur ( Qs As Sajdah, 32/16), sering bangun tidur kesiangan dan lain sebagainya.
Ada sebuah motto yang sangat klasik mengatakan bahwa didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat dan sehingga semua itu akan dapat berefek kepada semua program-program yang telah disusun dan canangkan itu akan lebih pasti dengan mudah dapat terealisasi dan terwujud di dalam segala pelaksanaannya.
Ingat segala musibah bencana yang menimpa Alam semesta maupun manusia semuanya telah tertulis di dalam ketetapan Tu(h)an Semesta Alam (lauhmahfuz),sebelum Tu(h)an Semesta Alam mewujudkan-Nya, dan semua itu mudah bagi ALLAH (Qs Al Haddid, 57/22). Tinggal bagaimana dalam menyingkapi segala tragedi bencana yang sudah terjadi bisakah menjadi sebuah pelajaran atau bahkan mungkin hanya berisi makian rasa kecewa saja.


          By: ZIMRAN A E.

 

 

Jumat, 06 September 2024

KoMA Aja

 

          Pembiaran dari sebuah tradisi yang ada di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat sudah semakin jauh dan tidak berkesan untuk menjadi contoh, semua  hal itu seharusnya dilihat dari segala sisi setelah prosesi ritual itu terlaksana, cobalah anda rasakan adakah sesuatu yang membekas dalam gerak hidup dari karakter anda?  Bila tidak mengapa kita terkadang suka gelisah dari semua itu, sehingga seperti ada rasa bersalah di dalam diri, bilamana kita tidak ikut serta dalam melaksanakannya. Yang menjadi pas buat  sebutan dari semua itu, mungkin hanyalah sebuah  wujud aksi seremonial yang hanya menjadi sia-sia dan tidak akan berpengaruh, juga berdampak apa-apa, cuma seperti sebuah fatamorgana dari rasa percaya akan imbalan pahala yang akan di perolehnya, walaupun katanya  dengan hanya menyebut satu huruf saja, hingga hanya dengan mendengarnya saja (Qs a'raf 7/204-205).

Ketika generasi ruh Sang Pembebas datang hadir dan berkuasa, maka secara otomatis dunia akan menjadi terang. Terang sebagai kata lain/pengganti dari nur atau Ilmu. Disaat dunia di kuasai oleh generasi ruh Sang Pembebas, manusia baik suka maupun terpaksa hidup akan  berdasarkan Ilmu dari Sang Pencipta, baik Ilmu ALLAH yang berlaku pada alam akwan (alam fisika) yang dikenal dengan sebutan science atau Ilmu pengetahuan maupun Ilmu hukum yang melekat pada kehidupan manusia, sebagai  sebuah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Ilmu yang seharusnya ditegakkan berdirikan, untuk kemudian dibumikan ke dalam kehidupan bermasyarakat. Tatkala Ilmu atau  hukum Sang Pencipta exsis, tampil, atau tegak, maka teranglah dunia ini.

Sebaliknya, di kala manusia sudah meninggalkan dunia Ilmu, dalam arti tidak lagi menjadikan Ilmu sebagai bagian dari dasar dalam berpikir, berkata, dan berbuat, maka kehidupan dunia manusia akan terperosok ke dalam kebodohan dan kezhaliman, yang terwujud akhirnya menjadi sebuah zaman kegelapan (zhulumat) (Qs Al Baqarah 2/256-257). Perlu diketahui dalam zaman kebodohan atau zaman jahilliyah, yang menjadi ukuran kebenaran dan kesalahan (dosa) bukan lagi Ilmu, bukan lagi hukum Sang Pencipta, akan tetapi dengan hawa nafs semata.

Hawa adalah merupakan suatu kekuatan atau suatu kekuasaan yang cenderung timbul dari daya nafs yang berada didalam diri manusia.

Jika seseorang sudah dikuasai oleh hawa nafs, otomatis maka sudah pasti akan menjadikan an nafs itu sebagai tu(h)an-Nya, atau sebagai Illah-Nya (Qs Al Jasiyah 45/23).

 

              Di Sadur oleh '

                ZIMRAN & GAVRA.

MOMEN FALAQ

 

           Kepastian akan bergantinya suatu masa didalam sebuah peradaban atau dapat dikataksan sebagai sebuah peralihan sistem hukum menjadi suatu hal yang pasti dan sangat di nanti-nantikan bagi orang-orang yang jemu dengan kondisi keadaan yang ada di kehidupan saat ini ( Qs Ali' Imran, 3/190-191). Semua itu tidak terlepas dari peran orang-orang yang memang mahami itu, dan sedang berproses untuk berjalan memperjuangkan suatu perubahanan dari sebuah kondisi yang ada, menjadi sebuah zaman yang akan membawa suatu umat/kaum atau bangsa menuju masa ke emasannya kembali, seperti yang pernah terjadi pada sejarah dizaman nabi-nabi terdahulu.

Berbicara sa'ah memang benar masih sangatlah asing terdengar oleh kita dan terlebih di tengah masyarakat pada umumnya, hanya oleh orang-orang tertentulah telah membangun kesadarannyalah yang sedikitnya tahu akan prihal pergantian sa'ah itu, tetapi kapan sa’ah itu terjadi, itu hanya milik Sang Pencipta, kita hanya diminta untuk menganalisa memahami kondisi dari kejadia, demikejadian yang telah banyak ditampakkan dar alamnya sendiri, dan juga prilaku psikososial dimasyrakatnya sendiri.

Dari Sejarah yang tertulis dalam Sirrah Nabawiyyah diterangkan bahwa Sa'ah itu adalah merupakan hak preogratif ALLAH, Maka  dari itu kita dalam menyambut sa'ah-Nya, haruslah selalu dalam kondisi dan situasi waspada, dalam arti selalu hati-hati dan tetap terus mempersiapkan diri, guna memantaskan akan amanah dan mandat yang akan di berikan oleh Sang Pencipta, karena moment sa'ah itu kepastian datangnya secara tiba-tiba.

Bila kita memandang bahwa kehidupan di dunia ini baik-baik saja maka itu adalah pandangan pola pikir yang salah kaprah, sebab mengapa, karena predikat dari karakter Maha Pengasih dan Maha Penyayang-Nya Sang Pencipta menjadi seolah gugur akan semua ketetapan hukum yang telah diciptakan-Nya.

Sungguh beruntung dari orang-orang pilihan yang hidup pada zaman milinium ketiga saat ini, sebab karena semua itu merupakan sebuah karunia yang teramat indah dari Sang Pencipta, semua itu terjadi tidak terlepas dari upaya keingintahuan dari pelaksanaan kejanggalan dari sebuah sistem yang ada (Qs Ali'Imran, 3/83).

       Bila Sa'ah itu tiba dan terjadi, maka terwujudlah di tengah- tengah kehidupan yang ada dan secara otomatis,maka kebahagian hidup damai sejahtera akan selalu menghiasi di setiap gerak hidup dari seluruh lapisan masyarakatnya (Qs Al Anbiya, 21/107).

Opini penjenggalan pasti akan selalu ada karena mereka pun tidak akan pernah rela dan senang apabila sistem langit atau sistem Sang Pencipta tegak berdiri di dalam kehidupannya, sehingga dapat menjadi sebuah rahmat dan karunia yang besar didalam sebuah kehidupan.

Namun keyakinan dan rasa optimis dari orang-orang yang telah di pilih dan di perjalankan oleh Sang Tu(h)an akan tetap selalu menjadi sebuah keyakinan bahwa Sang Tu(h)an Semesta Alam pasti akan meridhai utusan-Nya dalam memenangkan sebuah Sistem hukum-Nya (Ad Dien Al Islam - sistem hukum ketunduk patuhan) (Qs Al Mujadilah, 58/21).

 

                      BY:  ZIMRAN & GAVRA.

Jaring Pahala


      Benturan antara kesadaran dengan keniscayaan yang terus digaungkan ternyata hanya demi untuk memuaskan dari darah dan daging saja. Tetapi Ironisnya semua itu terjadi  di setiap pelosok dan juga tayang di mana-mana. Padahal iming-iming sebuah pahala hanya di jadikan semboyan untuk komoditi sebuah alasan guna menutupi segala kebodohan dan kemalasan  dirinya.

Betapa repotnya memang bila kita dalam memahami dan menerima sesuatu ajaran secara mentah tanpa adanya proses berfikir yang benar sehingga dapat dikatakan seperti taklik buta, sehingga segala bentuk ibadah yang dikerjakan itu sebenarnya tidak akan pernah berbuah dan  bernilai apa-apa, hanya seolah-olah saja di pandang dan terlihat baik bagi orang-orang di luar sana.

Ingat, setiap kita adalah sama, yang telah di berikan oleh Sang Pencipta tiga sarana pendukung yang harus di syukuri yang seharusnya mampu difungsikan untuk dapat memahami sebuah keilmuan,  yaitu: penglihatan, pendengaran dan alat pikir/otak ( qalbu ) . ( Qs al iIsra' 17/36 )

Jadi Ini salahnya siapa? bukankah ulama atau orang yang mengeti isi kitab suci yang ada,  fungsinya adalah tempat untuk orang bertanya tentang sesuatu? Sehingga lihatlah yang terjadi semua hanya menjadi ungkapan kosong yang melelahkan dan akan terus mendominasi dari segala aktivitas ibadah yang ada, karena ujung dari segala hasil usaha itu sebenarnya  hanya akan menjadi kotoran semata atau pepesan kosong belaka.

Pahamilah segala gerak hidup dari yang sedang kita kerjakan, sudahkah bernilai obyektif ilmiah atau jangan-jangan hanya merupakan perwujudan dari  prasangkaan kita saja, maka dari itu hanya kembali kepada  kejujuran sepiritualah yang  mampu menjawabnya.

Lihatlah dan pandangilah, sebagus dan seindah apapun bentuknya semua hanya akan menjadi sebuah hiasan kosong belaka,  bahkan saat ini juga di gunakan hanya untuk menjadi tempat berwisata saja, sehingga fungsi dari tempat ibadah itu seperti hilang akan nilai sepiritualnya dan tidak akan berdampak apa-apa dari sebuah tujuan hidup yang sebenarnya.

           Shiratal mustaqim adalah merupakan jalan kebenaran sejati, jalan yang sebenarnya banyak dicari dan di cita-citakan oleh setiap insan, akan tetapi kebanyakan dari  orang-orang belum tentu mau memahami bagaimana caranya dalam menapaki dari jalan shiratal mustaqim itu? Dan apabila kita kembali merujuk kepada apa kata petunjuk yang ada di dalam kitab suci, maka kita akan paham  segala tata cara dalam hal pelaksanaanya.

Bicara shiratal mustaqim itu bukanlah berbicara hidup setelah mati tetapi sebuah proses rill di kehidupan nyata, karena semua itu sudah pernah terwujud dan pernah dijalankan oleh orang terdahulu, menjadi sebuah kenyataan di dalam kisah-kisah peristiwa sejarah perjalanan hidup para nabi-nabi dan umat-umatnya terdahulu.(Qs an Nisa' 4/68-69) .

By: ZIMRAN A E .

Rabu, 04 September 2024

Tergelincirnya Demokrasi Sebagai Sebuah Bacaan.




Tergelincirnya Demokrasi dari panggung perpotikkan dunia sebagai sebuah tanda, sekaligus bisa dimaknai sebagai bacaan dari sebuah Siklus zaman yang dapat dipelajari, yang sebelumnya ditandai dengan hadirnya Ochlocracy/ Okhlokrasi sebagai sebuah sistem, yang tanpa disadari sebagai peralihan sebuah zaman. Okhlokrasi sendiri memiliki dua kata kunci: awam dan kekacauan. 

Apa yang sekiranya dapat terjadi apabila sebuah kekuasaan yang dalam hal ini sebuah struktur pemerintahan yang dikuasai oleh orang-orang awam yang sejatinya tidak mengerti apalagi memahami betul bangaimana menjalankan sebuah pemerintahan dengan benar, dalam sebuah  pemerintahan yang menggunakan sistem demokrasi sebagai dasar landasan dalam menerapkan sistem pemerintahan disebuah negara.

Bila kita melihat dari sebuah Teori yang disampaikan oleh Polybius, yang menerangkan bahwa sistem demokrasi akan tergeser atau berganti sistem Okhlokrasi, menurut pendapat pribadi sebagai sistem peralihan, sebab pemerintahan yang dijalankan tidak dijalankan oleh orang-orang yang memang memahami bagaimana menjalankan sebuah sistem pemerintahan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian dari Okhlokrasi cukup singkat. Yaitu, pemerintahan yang dipegang oleh kaum awam.

Pergeseran atau pergantian dapat juga kita sebut sebagai sebuah siklus, Thery Polybius lebih detil menjelaskan, celah pada sistem demokrasi yang dapat membuatnya melanggengkan kebebasan penuh dengan pelarangan yang dianggap sebagai pengekangan, instabilitas politik, korup serta posisi kursi pemerintahan di tangan orang-orang yang tidak kompeten (salah).

Sekitar tahun 1930-an, Amerika juga pernah merasakan oklokrasi, melalui sebuah kekuatan terselubung (Mafia) dari kalangan keluarga mafia disana yang mengendalikan negara dengan secara ilegal dan inskonstitusional, demokrasi yang sudah tergelincir, menurut para ahli tata negara dapat disebut sebagai oklokrasi. Ciri-cirinya yang tampak adalah demokrasi, tapi yang terjadi didalamnya justru malah banyak terjadi kebobrokan di sana-sini. Selain itu oklokrasi juga sarat dengan tindak korupsi dalam roda pemerintahan, hingga didalam penyelenggaraan negara.

Oklokrasi diambil dari bahasa Latin ochlocratia. Pemerintah dalam oklokrasi legal terpilih melalui sistem demokrasi. Dalam kasus khusus dan kondisi spesifik, pemerintah oklokrasi akan melakukan penggiringan opini. Penggunaan mayoritas dan sentimen massa sangat lumrah dalam kelompok ini. Diawali dengan menghembuskan intimidasi dan pertikaian. Oklokrasi sendiri merupakan bentuk pemerintahan yg dipegang oleh orang-orang yang tidak memahami tentang pemerintahan, sehingga akan mungkin mengakibatkan terjadinya sebuah kekacauan. Jadi intinya bukanlah awam atau tidak awam. Orang awam pun, apabila nuraninya berfungsi dengan benar, ya orang-orang yang dipimpinnya pun pasti akan merasakan kedamaian dan keadilan.

Secara pribadi saya berpendapat, bahwa tidak masalah bila pucuk sebuah kepemimpinan tertinggi, misal dalam suatu negara, dipegang oleh orang yang awam. Asalkan, secara Uji kelayakan (fit and proper test) bukan dalam ranah akademisnya saja, seharusnya calon yang diproyeksikan sebagai pemimpin, memahami dan mengerti akan sebuah fungsi kesadarannya dalam berfikir, mampu menganalisa permasalahan dan mampu menempatkannya pada porsi skala prioritas, dalam rancangan program-program kerjannya, sebagai bukti awal cara berfikirnya dalam mengidentifikasi sebuah permasalahan hingga dapat meramu sebuah solusi yang tepat, yang harus terjamin dan tidak memiliki indikasi adanya sebuah masalah yang dapat mengganggu, baik secara nurani dan akalnya(qolbu).

 

P. Radik Tyaga

Selasa, 03 September 2024

Original Konsep

 

     Segala suatu bencana yang terjadi pada alam semesta maupun di dalam kehidupan sosial manusia, semuanya  telah tertulis di dalam ketetapan Sang Pencipta (lauh mahfuz), sebelum Sang Pencipta itu sendiri yang mewujudkannya, karena memang semua itu sangatlah  mudah bagi Sang Pencipta. (Qs al Hadid 57/22)

Kesadaran yang sensitif  dalam diri itu harus disyukuri sehingga kita tidak larut ke dalam duka yang berkepanjangan dari suatu musibah atau bencana yang sedang menimpa kita. Ingat Sang Pencipta tidak  pernah menzhalim makhluk ciptaannya karena,  Sang Pencipta berkarakter Maha Pengasih dan Maha Penyayang (Bismillahirrahmannirrahim).

Setiap musibah dan bencana yang menimpa,  sangat  pasti bisa kita lewati , karena Sang Pencipta dalam memberikan segala ujian tidak  pernah bahkan  melebihi  kapasitas kemampuan dari seorang  manusia itu sendiri.

Jadi yakinlah  bahwa,  di balik suatu kesulitan itu pasti ada kemudahan yang bisa kita temukan di semua persoalan yang terjadi, (Qs al Insyirah 9/4-5) karena tidak ada permasalahan yang tidak ada jawabannya atau tidak ada solusinya, akan tetapi semua pasti ada jawaban dan solusinya.

Terkadang kita sering  melontarkan makian dan sumpah serapah  terhadap  Sang Pencipta atas segala musibah dan bencana yang menimpa kita, dan kadang pula di dalam diri juga sering terlintas  ungkapan sebuah  kesimpulan keputusan yang menganggap bahwa Sang Pencipta itu tidak sayang atau tidak adil terhadap kita.

Sang  Pencipta memberikan segala permasalahan hidup itu sebenarnya guna untuk menaikan derajat bagi makhluknya yang di sebut manusia. ( Mahkomam mahmuda ) Bila kita amanah dalam menjalankan segala apa yang kita pahami dari dalam isi kitab suci maka,  keberhasilan gemilang hidup bahagia akan dirasakan dan terwujud nyata pada saat  waktunya tiba.

Mengaplikasikan atau mewujudkan gerak arti hidup dari sebuah makna kitab suci haruslah ada suatu bentuk hasil kerja nyata, bukan hanya sekedar lipsing saja, atau hanya  dengan omong doang. (QS as Saff 61/2). Segala permasalahan dan  persoalan dari seputar manusia semuanya  itu  tidak terlepas dari permasalahan dan persoalan  atas perut, perut dan bawah perut, atau lebih spesifik dan umumnya adalah  harta, tahta dan wanita, padahal essensi kekuatan dari manusia itu sendiri sebenarnya adalah  yang memahami segala kandungan makna dari isi ayat-ayat ALLAH, karena dengan semua itu kita dapat menapaki kehidupan dimasa depan berdasarkan landasan dari kisah-kisah sejarah  kehidupan yang benar dimasa lalu yang telah diridhoi-Nya, sebab sesungguhnya hanya ada dua jalan hidup dan kehidupan yang di Ridhai oleh  Sang Pencipta atau yang tidak berdasarkan petunjuk dan tuntunan-Nya.

Musibah dan bencana yang menimpa baik maupun buruk, sikapi semua itu dengan keikhlasan dan penuh kesabaran, jangan sampai kita terjebak oleh prasangkaan yang terbalik terhadap  Sang Pencipta. (Baik menurut kita belum tentu baik menurut ALLAH, Tapi baik menurut ALLAH, sudah pasti baik pula untuk kita.)

                    By:  ZIMRAN A E

Senin, 02 September 2024

Devil Inside You

 

            Semua orang mungkin mengetahui bahwa Tu(h)an Yang Maha Esa tidak mau diduakan, akan tetapi didalam kenyataannya kebanyakan dari kita cenderung lupa atau bahkan lalai, di sebabkan kesadaran dari diri seperti hilang pada saat beraktivitas baik dalam kegiatan keseharian atau pun dalam hal ritual keibadatan  yang selalu kita laksanakan sebagai seorang hamba, padahal bisa jadi aktivitas ritual yang dilakukan itu sebenarnya justru dilarang oleh Sang Pencipta karena kebanykan manusia sesungguhnya ber-prilaku menduakan Tu(h)an Yang Maha Esa. (QsLukman31/13).

Dan Ingatlah bahwa setan di dalam kitab suci di katakan sebagai musuh yang nyata bagi manusia (Qs az zukhruf 43/62 ), jadi berhati-hatilah dari segala bentuk kegiatan dan aktivitas ritual yang kita kerjakan itu, sudahkah semua itu menurut standar kebenaran yang datang dari SangPencipta? Yang telah tertulis didalam kitab-kitab Suci-Nya.

Coba bila kita membaca sejarah yang tertulis didalam catatan-catatan yang ada, atau mungkin didalam "SIRAH NABAWIYAH" disitu tertulis, Ketika perang badar usai dan kaum muslimin dalam kegembiraan karena menang perang dari kaum quraysi pada saat itu ada sahabat Rasulullah Muhammad saw bertanya, Ya Rasulullah adakah perang yang lebih besar dari perang ini ( badar )? Rasulullah Muhammad saw menjawab 'Ada ; "PERANG MELAWAN HAWA NAFSU ". Di Situ jelas sudah bahwa perang fisik belumlah di katakan perang besar dibandingkan dengan perang melawan keinginan dan hawa nafsu.

Kita harus kembali kepada kesadaran akan sebuah karakter yang benar yang bersumber dari Sang Pencipta, sehingga kita bisa melepasakan hingga terlepas bebas dari perilaku yang disebut dengan mempersekutukan ALLAH.

Menduakan ALLAH bukanlah seperti padangan orang pada umumnya seperti: percaya kurafat, minta pertolongan dukun ( orang pintar red ) menyembah atau menuhankan: patung, pohon angker, kuburan, keris, batu dan yang lainnya, namun bagi ALLAH semua itu adalah aktivitas pekerjaan dari orang-orang penakut yang bodoh dan yang tidak memiliki kepercaya diri, namun semua itu bukanlah suatu hal yang sangat krusial yang sehingga dapat menjadikan ALLAH cemburu terhadap apa yang kita kerjakan tersebut. Jadi aktivitas apa saja yang akan membuat ALLAH cemburu?

Di dalam kitab suci di katakan salah satunya adalah bahwa bila kita hanya fokus kepada menuruti segala keinginan dari nafsu sahwat duniawi kita saja, maka itu sudah dapat dikategorikan bahwa kita telah menduakan Tu(h)an Yang Maha Esa.( Qs al jasiyah 45/23 )

                                ZIMRAN A E.

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...