AGUS
BUNTUNG YANG TIDAK BERUNTUNG
Belum
lama ini kita dikagetkan, dengan berita yang menurut logika kebanyakan orang
tidak mungkin bisa dilakukan. Seorang disabilitas yang tidak memiliki kedua
tangan, dapat melakukan tindakan asusila terhadap lawan jenis dan hebatnya
tidak sedikit yang menjadi korban. Bahkan korban pertama yang diberitakan,
memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan bukan orang yang bodoh untuk jadi
korban. Tetapi begitulah fakta yang terjadi dan sudah ramai jadi perbincangan.
Beberapa orang menganggap bahwa polisi hanya mencari sensasi dan mencari
keuntungan dari kasus yang terjadi, tetapi terlepas dari sentimen negatif
sebagian besar anak bangsa ini terhadap perilaku polisi, mari kita kesampingkan
dulu polemik ini dan kita membahasnya dari sisi lain yang lebih memiliki nilai
positif untuk dijadikan pelajaran.
Orang
dengan keterbatasan atau disabilitas sering kali mampu melakukan hal-hal luar
biasa yang bahkan melebihi kemampuan orang tanpa disabilitas. Hal ini bisa
terjadi karena beberapa alasan berikut:
1. Ketahanan
Mental yang Tinggi
Orang
dengan disabilitas sering menghadapi tantangan sejak dini, seperti
diskriminasi, keterbatasan akses, atau hambatan fisik. Hal ini membentuk
ketahanan mental yang kuat, yang membuat mereka lebih gigih dan berusaha lebih
keras untuk mencapai tujuan mereka.
2. Kreativitas
dalam Mengatasi Hambatan
Karena
mereka harus menghadapi keterbatasan tertentu, mereka sering mengembangkan
cara-cara kreatif dan inovatif untuk menyelesaikan masalah. Mereka berpikir
"di luar kotak" untuk mencari solusi yang tidak biasa.
3. Motivasi
dan Determinasi yang Luar Biasa
Disabilitas
sering kali menjadi pendorong untuk membuktikan bahwa mereka tidak kalah dengan
orang lain. Keinginan untuk menunjukkan kemampuan dan melampaui ekspektasi
membuat mereka bekerja lebih keras dan lebih fokus.
4. Pengembangan
Keterampilan Lain
Ketika
salah satu kemampuan mereka terbatas, mereka cenderung mengembangkan
keterampilan lain sebagai kompensasi. Misalnya, seseorang yang kehilangan
penglihatan mungkin memiliki indra pendengaran atau sentuhan yang lebih tajam.
5. Dukungan
Komunitas dan Lingkungan
Banyak
orang dengan disabilitas memiliki jaringan pendukung yang kuat, baik dari
keluarga, teman, atau komunitas yang mendorong mereka untuk terus berkembang
dan mencapai impian mereka.
6. Pandangan
Hidup yang Berbeda
Orang
dengan disabilitas sering memiliki pandangan hidup yang lebih positif dan penuh
rasa syukur. Mereka lebih menghargai apa yang dimiliki dan fokus pada apa yang
bisa mereka lakukan, bukan pada keterbatasan mereka.
Contoh
Nyata:
Stephen
Hawking: Meskipun hidup dengan ALS, ia menjadi salah satu fisikawan paling
brilian di dunia.
Nick
Vujicic: Lahir tanpa tangan dan kaki, tetapi menjadi pembicara motivasi
yang menginspirasi jutaan orang.
Leani
Ratri Oktila: Atlet para-badminton Indonesia yang meraih banyak prestasi di
tingkat dunia.
Kesimpulan:
Orang
dengan disabilitas menunjukkan bahwa batasan fisik atau mental bukanlah
penghalang untuk mencapai hal-hal besar. Ketahanan, kreativitas, dan fokus
mereka sering kali menjadi kelebihan yang memungkinkan mereka melampaui
pencapaian orang yang dianggap "normal."
Tulisan
di atas tentang kekuatan orang yang disabilitas adalah kekuatan positif yang
dimiliki mereka, tetapi dalam kasus Agus buntung bukanlah sisi positif yang
dilakukan tetapi kekuatan negatif yang membuat kebencian banyak orang. Secara
bawaan manusia memiliki hawa nafsu sebagai sumber penggerak kehidupan, tetapi
bahayanya hawa nafsu ini cenderung negatif kecuali yang sudah diberikan
bimbingan oleh Tuhan Semesta Alam.
Contoh
ketiga orang hebat disabilitas yang disebutkan diatas, namun mampu keluar dari
keterbatasannya dan melampaui kemampuan manusia normal pada umumnya, adalah
bukti bahwa mereka orang-orang yang diberikan bimbingan oleh Tuhan, seperti
Stephen Hawking yang pada pencarian puncak pencerahannya, dia memasrahkan
seluruhnya kepada Tuhan dan disanalah dirinya mendapatkan keajaiban, berupa
kesembuhan dari penyakit secara ilmu kedokteran mustahil untuk dapat
disembuhkan.
Sebagai
dasar pelajaran dari Agus buntung dalam tulisan ini, mari kita tafakuri firman
Tuhan dalam surat Yusuf (12) ayat 53:
وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَ مَّا رَةٌ بِۢا لسُّوْٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Dan
aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu
itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Penulis:
Michael
Zahid Aditya