DOSA
BESAR YANG TERLUPAKAN
Saat
ini mayoritas manusia memahami dosa itu, sebatas perbuatan yang nampak oleh
mata telanjang. Padahal sesuatu yang terlihat dan dilakukan oleh kebanyakan
orang, berasal dari dorongan yang berangkat dalam kesadaran. Artinya perbuatan
seseorang adalah refleksi dari kesadaran. Ada sumber yang memicu perbuatan dosa
terjadi dan berlangsung dalam keseharian. Sumber inilah yang luput dari
penguasaan manusia, karena keterbatasan dalam pengetahuan. Celakanya, mereka
memandang indah perbuatan dosa yang dilakukan dan tidak menyadari ada kemurkaan
besar dari Tuhan. Bagaimana mungkin perbuatan baik dimata mereka, di batalkan
nilainya oleh Sang Pencipta. Tetapi, itulah fakta kebenaran yang terjadi dalam
kehidupan, segala sesuatu yang baik di sisi manusia belum tentu baik dan benar
di sisi Allah Sang Pencipta.
Manusia
lebih tertarik menata sesuatu yang terlihat daripada mengurus pekerjaan yang
belum nampak. Dan mereka lebih takut dengan peringatan yang sudah ada dan
dirasakan saat ini, ketimbang janji yang akan datang dan ancaman yang nanti
terjadi. Begitulah rasionalitas manusia bekerja tanpa adanya bimbingan dari
Sang Pencipta dirinya, menafikan kekuatan besar yang bekerja mengendalikan alam
semesta beserta isinya.
Sepandai-pandainya
manusia memaksimalkan intelektualnya, tidak akan mampu membuka tabir rahasia
terbesar kehidupan, tanpa bimbingan-Nya. Manusia harus merendahkan diri untuk
mengakui keagungan dan kemuliaan-Nya, serta menyerahkan solusi permasalahan
sosialnya kepada Dia. Berbeda dengan binatang yang tidak memiliki tugas mulia
dari pencipta-Nya, manusia diberikan dan dibekali dengan kelebihan untuk
mengelola alam beserta isinya. Pengelolaan alam tanpa aturan yang
ditetapkan-Nya, berakhir dengan kerusakan yang merugikan manusia. Akal pikiran
yang berjalan sendiri, tanpa bimbingan Wahyu yang bersumber dari Tuhan Semesta
Alam, akan menciptakan keserakahan, ketamakan dan ketidakadilan di seluruh lini
kehidupan.
Pusat
kendali yang mengarahkan dan menuntun akal pikiran, diluar bimbingan Tuhan
Semesta Alam adalah nafsu syahwat (hawa nafsu) yang ada di dalam kesadaran. Dan
tidak ada satu pun kekuatan, yang mampu mengendalikan dominasi hawa nafsu dalam
pikiran kecuali Dia yang menciptakan. Inilah sumber kendali dari seluruh
perbuatan manusia yang ada dimuka bumi, sumber inilah yang luput dari
pengawasan dan perhatian. Tidak ada tekhnologi yang secanggih apapun di
zamannya mampu mengendalikan dominasi hawa nafsu dalam diri manusia. Karena
secara fisik inilah yang menghidupkan manusia, dan tanpa eksistensinya tidak
ada kehidupan biologis di antara mereka.
Kiranya
ingatan Tuhan, Allah S.W.T dalam Al-Qur'an surat Al-Furqan (25) ayat 43-45,
menjadi landasan berpikir kita atas kondisi manusia saat ini;
اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰٮهُ ۗ اَفَاَ نْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا
"Sudahkah
engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya.
Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?"
اَمْ تَحْسَبُ اَنَّ اَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ اَوْ يَعْقِلُوْنَ ۗ اِنْ هُمْ اِلَّا كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ سَبِيْلًا
"Atau
apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami?
Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya."
Kemudian
di surat Ar-Rum (30) ayat 41-42;
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
"Telah
tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia;
Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَ رْضِ فَا نْظُرُوْا كَيْفَ كَا نَ عَا قِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُ ۗ كَا نَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ
"Katakanlah
(Muhammad), "Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan
orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang menyekutukan
(Allah)."
Dari
ke-4 ayat pada dua surat tersebut, memberikan jawaban kepada kita bahwa hawa
nafsu yang dijadikan Tuhan dalam kehidupan sosial manusia akan berbuah
kerusakan baik di daratan maupun lautan, dan tidak ada solusi perbaikan selain
kembali kepada-Nya. Lalu apakah bentuk dosa besar yang dirumuskan dari hawa
nafsu manusia?...
Penulis:
Michael
Zahid Aditya