Kamis, 12 Desember 2024

DOSA BESAR YANG TERLUPAKAN

 

DOSA BESAR YANG TERLUPAKAN

 

Saat ini mayoritas manusia memahami dosa itu, sebatas perbuatan yang nampak oleh mata telanjang. Padahal sesuatu yang terlihat dan dilakukan oleh kebanyakan orang, berasal dari dorongan yang berangkat dalam kesadaran. Artinya perbuatan seseorang adalah refleksi dari kesadaran. Ada sumber yang memicu perbuatan dosa terjadi dan berlangsung dalam keseharian. Sumber inilah yang luput dari penguasaan manusia, karena keterbatasan dalam pengetahuan. Celakanya, mereka memandang indah perbuatan dosa yang dilakukan dan tidak menyadari ada kemurkaan besar dari Tuhan. Bagaimana mungkin perbuatan baik dimata mereka, di batalkan nilainya oleh Sang Pencipta. Tetapi, itulah fakta kebenaran yang terjadi dalam kehidupan, segala sesuatu yang baik di sisi manusia belum tentu baik dan benar di sisi Allah Sang Pencipta.

Manusia lebih tertarik menata sesuatu yang terlihat daripada mengurus pekerjaan yang belum nampak. Dan mereka lebih takut dengan peringatan yang sudah ada dan dirasakan saat ini, ketimbang janji yang akan datang dan ancaman yang nanti terjadi. Begitulah rasionalitas manusia bekerja tanpa adanya bimbingan dari Sang Pencipta dirinya, menafikan kekuatan besar yang bekerja mengendalikan alam semesta beserta isinya.

Sepandai-pandainya manusia memaksimalkan intelektualnya, tidak akan mampu membuka tabir rahasia terbesar kehidupan, tanpa bimbingan-Nya. Manusia harus merendahkan diri untuk mengakui keagungan dan kemuliaan-Nya, serta menyerahkan solusi permasalahan sosialnya kepada Dia. Berbeda dengan binatang yang tidak memiliki tugas mulia dari pencipta-Nya, manusia diberikan dan dibekali dengan kelebihan untuk mengelola alam beserta isinya. Pengelolaan alam tanpa aturan yang ditetapkan-Nya, berakhir dengan kerusakan yang merugikan manusia. Akal pikiran yang berjalan sendiri, tanpa bimbingan Wahyu yang bersumber dari Tuhan Semesta Alam, akan menciptakan keserakahan, ketamakan dan ketidakadilan di seluruh lini kehidupan.

Pusat kendali yang mengarahkan dan menuntun akal pikiran, diluar bimbingan Tuhan Semesta Alam adalah nafsu syahwat (hawa nafsu) yang ada di dalam kesadaran. Dan tidak ada satu pun kekuatan, yang mampu mengendalikan dominasi hawa nafsu dalam pikiran kecuali Dia yang menciptakan. Inilah sumber kendali dari seluruh perbuatan manusia yang ada dimuka bumi, sumber inilah yang luput dari pengawasan dan perhatian. Tidak ada tekhnologi yang secanggih apapun di zamannya mampu mengendalikan dominasi hawa nafsu dalam diri manusia. Karena secara fisik inilah yang menghidupkan manusia, dan tanpa eksistensinya tidak ada kehidupan biologis di antara mereka.

Kiranya ingatan Tuhan, Allah S.W.T dalam Al-Qur'an surat Al-Furqan (25) ayat 43-45, menjadi landasan berpikir kita atas kondisi manusia saat ini;

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰٮهُۗاَفَاَ نْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا

"Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?"

اَمْ تَحْسَبُ اَنَّ اَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ اَوْ يَعْقِلُوْنَۗاِنْ هُمْ اِلَّا كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ سَبِيْلًا

"Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya."

Kemudian di surat  Ar-Rum (30) ayat 41-42;

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَ رْضِ فَا نْظُرُوْا كَيْفَ كَا نَ عَا قِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُۗكَا نَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ

"Katakanlah (Muhammad), "Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang menyekutukan (Allah)."

Dari ke-4 ayat pada dua surat tersebut, memberikan jawaban kepada kita bahwa hawa nafsu yang dijadikan Tuhan dalam kehidupan sosial manusia akan berbuah kerusakan baik di daratan maupun lautan, dan tidak ada solusi perbaikan selain kembali kepada-Nya. Lalu apakah bentuk dosa besar yang dirumuskan dari hawa nafsu manusia?...

 

Penulis:

Michael Zahid Aditya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...