Kasus BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yang salah
sasaran, seperti digunakan oleh orang kaya atau bahkan koruptor, adalah masalah
sistemik yang melibatkan berbagai pihak. Berikut beberapa kemungkinan
penyebabnya:
1. Ketidaktepatan Verifikasi Data
Kesalahan dalam pendataan atau verifikasi penerima manfaat.
Data yang tidak valid, usang, atau kurang diperbarui bisa menyebabkan orang
yang seharusnya tidak berhak tetap terdaftar.
2. Kurangnya Pengawasan
Lemahnya pengawasan dalam pelaksanaan program membuat celah
bagi penyalahgunaan. Sistem pengawasan internal yang tidak memadai memungkinkan
manipulasi data atau penyalahgunaan kartu BPJS.
3. Kesadaran Masyarakat Rendah
Orang kaya atau pihak yang sebenarnya mampu membayar layanan
kesehatan bisa saja dengan sengaja memanfaatkan BPJS untuk menghemat biaya,
meskipun itu tidak etis.
4. Korupsi atau Penyalahgunaan Wewenang
Jika ada unsur korupsi di tingkat pengelolaan, seperti
manipulasi data untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu, ini menjadi
akar masalah.
5. Ketidakseimbangan Sistem Jaminan Sosial
BPJS didesain untuk melayani seluruh masyarakat, termasuk
yang mampu membayar (peserta mandiri), tapi ketidakseimbangan dalam pembagian
manfaatnya bisa menciptakan persepsi salah sasaran.
Solusi:
·
Validasi Data Berkala:
Pemerintah perlu memperkuat sistem pendataan, memastikan hanya mereka yang
benar-benar berhak mendapatkan subsidi.
·
Penegakan Hukum: Sanksi
tegas untuk pelaku penyalahgunaan, baik individu maupun institusi.
·
Peningkatan Transparansi:
Publikasi data penerima manfaat secara anonim untuk audit masyarakat.
·
Edukasi dan Kesadaran:
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hak dan kewajiban mereka dalam
program BPJS.
Kesimpulan:
Masalah ini adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, dan lembaga terkait. Kasus Harvey Moeis hanyalah salah satu dari
banyak Harvey Moeis lainnya yang disembunyikan, sudah saatnya pemerintah pusat
mengambil tindakan dan jangan cuma menjadi penonton atas kegaduhan.
Sebagai wong cilik, apa yang bisa kita lakukan?, menjadi
penonton yang hanya menghujat dan mencaci maki pelaku kejahatan atau peranan
apa yang bisa dimainkan?. Dalam sebuah pesan Muhammad Rasulullah
mengingatkan: "Barangsiapa di
antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya.
Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan
hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim, no.
49).
Pertanyaannya dari ingatan ini adalah, Bagaimana saudara
mengetahui dan memastikan bahwa hati ini sudah bisa mencegah dan mengubah
kejahatan?...
Penulis:
Michael Zahid Aditya