JALAN
TERJAL KEBENARAN
Ungkapan "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke
tepian" adalah sebuah peribahasa dalam bahasa Indonesia. Peribahasa ini
mengandung makna bahwa seseorang harus bersusah payah terlebih dahulu (berjuang
atau bekerja keras) sebelum menikmati hasil atau kesenangan di kemudian hari.
Ungkapan ini sekedar mendeskripsikan, betapa beratnya jalan yang ditempuh untuk
meraih kemenangan. Segala kesulitan, kepayahan, keperihan, kelaparan, kehausan,
kekhawatiran dan ketakutan menjadi jalan terjal yang harus dilewati dan
diselesaikan.
Begitulah tangga perjalanan yang harus dilalui dan
ditelusuri tahap demi tahap menuju puncak perjuangan. Tidak ada hasil maksimal
yang dapat dirasakan banyak orang, diperoleh dengan cara yang instan. Hal ini
pasti melalui banyak pengorbanan dan upaya yang melelahkan. Jika jalan pintas
yang menjadi landasan, maka kenikmatan sesaat yang didapat namun merugikan
banyak orang sebagai akibatnya kemudian. Bukan hanya kekurangan harta tapi juga
jiwa menyertakan, tidak sedikit materi yang dikeluarkan dan juga perasaan yang
harus dikorbankan. Kehilangan harta dan jiwa menjadi resiko yang harus diterima
sebagai hiasan utama dari ujian yang menjadi konsekuensinya. Itulah jalan
terjal menuju keberhasilan, lalu bagaimana dengan perjuangan meraih kebenaran,
adakah kesulitan yang sangat berat dilalui bagi mereka yang melakoni?.
Kebenaran menurut manusia sangatlah bertolak belakang
dengan kebenaran yang datang Tuhan Sang Pencipta. Sejatinya kebenaran bersifat
universal dan diterima oleh seluruh manusia, tanpa alasan apapun yang melatar
belakangi suku dan bahasanya. Ketika kebenaran berdasarkan klaim kesukuan atau
kebangsaan, sesungguhnya dia bukan kebenaran. Karena bagaimana mungkin, Tuhan
Yang Esa mengajarkan hal yang berbeda-beda kepada suku bangsa disetiap zamannya.
Kebenaran haruslah bersifat tetap, tanpa mengalami
perubahan, pergantian atau penyimpangan. Prinsip ini tidak berlaku dalam
kehidupan sosial manusia yang dilandasi oleh prinsip sektarian atau
mengutamakan kelompok dan golongannya. Berganti kepemimpinan pasti diikuti
dengan bergantinya kebijakan, tidak peduli betapapun bagusnya kebijakan
sebelumnya. Kebenaran juga mengutamakan kebersamaan, tidak ada keuntungan yang
hanya dinikmati oleh segelintir orang, padahal dia hidup dari penderitaan
banyak orang.
Keserakahan dan ketamakan membuat manusia sulit diatur
dengan kebersamaan karena kedua sifat ini bertentangan dengan nilai-nilai dasar
yang diperlukan untuk hidup bersama, seperti saling berbagi, kerja sama, dan
rasa saling percaya. Berikut adalah alasan mendalamnya:
1. Fokus pada Kepentingan Pribadi
Keserakahan memotivasi seseorang untuk mendapatkan lebih
banyak dari yang sebenarnya diperlukan, sering kali dengan mengorbankan orang
lain.
Ketamakan mendorong seseorang untuk mengambil lebih banyak
tanpa memedulikan dampaknya terhadap orang lain.
Akibatnya, orang dengan sifat ini cenderung mendahulukan
kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama, sehingga sulit menciptakan
harmoni dalam kelompok.
2. Merusak Kepercayaan
Dalam kebersamaan, kepercayaan adalah fondasi penting.
Namun, sifat serakah dan tamak sering kali menyebabkan tindakan manipulatif
atau eksploitasi, yang dapat merusak rasa saling percaya di antara anggota
kelompok.
3. Menyebabkan Ketimpangan
Keserakahan sering kali menyebabkan ketimpangan dalam
pembagian sumber daya. Orang yang tamak cenderung mengambil lebih banyak
daripada yang seharusnya, sehingga orang lain merasa dirugikan. Ketimpangan ini
menciptakan konflik dan perpecahan.
4. Menghambat Kerja Sama
Kebersamaan membutuhkan sikap saling membantu dan
pengorbanan demi tujuan bersama. Orang yang serakah biasanya enggan berbagi
atau bekerja sama jika hal itu tidak memberikan keuntungan langsung bagi
mereka, sehingga sulit mencapai tujuan kolektif.
5. Mendorong Konflik
Ketika setiap individu hanya fokus pada keinginan pribadi
tanpa peduli pada kepentingan orang lain, persaingan yang tidak sehat muncul.
Persaingan ini sering kali berkembang menjadi konflik terbuka, yang
menghancurkan kebersamaan.
Keserakahan dan ketamakan adalah sifat alami manusia yang
dapat muncul, tetapi keduanya bisa dikendalikan jika individu dan kelompok
memiliki kesadaran moral yang tinggi dan sistem sosial yang mendukung keadilan
serta kebersamaan, kapankah sistem yang mendukung kesadaran moral dan keadilan
itu terwujud?..ooh nampaknya inilah jalan terjal kebenaran.
Penulis:
Michael
Zahid Aditya