PELAJARAN
DARI KASUS SUNHAJI
Penghinaan
yang berbuah kebahagiaan, itulah kasus yang terjadi pada seorang pedagang teh
setelah menerima ejekan dan hinaan dari seorang pemuka agama. Mayoritas manusia
memandang setiap kejadian bukan sebagai tanda-tanda dari kekuasaan Tuhan,
melainkan sekedar cerita yang tidak ada nilai pelajaran. Begitulah mereka juga
memperlakukan kisah-kisah dari Para Nabi dan Rasul didalam Al-Qur'an.
Kasus
Sunhaji, seorang pedagang teh yang menjajakan dagangannya pada acara keagamaan,
tidak lebih hanya sebatas kesombongan
yang diperlihatkan oleh yang merasa pandai dan merendahkan orang yang lemah.
Kemudian diviralkan dan mengundang rasa iba pada kebanyakan orang. Itulah nilai
yang hanya bisa diambil dari kasus seorang pedagang teh yang dizalimi karena
keterbatasan. Lalu adakah nilai yang lebih besar dari pelajaran tersebut?.
Barang
yang dijual Sunhaji adalah sesuatu yang diperoleh dari proses transaksi yang
jelas, dan ditawarkan kepada pembeli yang jelas pula, artinya secara hukum
jual-beli apa yang dilakukannya sudah benar dan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Semakin banyak yang membeli, maka keuntungan yang diperoleh akan
berkali lipat. Lalu bagaimana dengan tawaran yang disampaikan pemuka agama,
terhadap ajaran yang diyakininya?.
Dalam
perjalanan Para Nabi dan Rasul, misi kebenaran yang dilakukan ketika berdakwah
kepada manusia tidak mengharapkan sedikitpun imbalan atas apa yang disampaikan.
Bahkan segala penolakan harus di sambut dengan kebijaksanaan, tidak boleh
dibalas dengan ucapan kasar yang tidak mendasar. Mereka meyakini bahwa upahnya
sudah disiapkan Allah, Tuhan Semesta Alam. Sehingga balasan dari manusia tidak
boleh diharapkan, apalagi menuntut banyak dari apa yang sudah disampaikan.
Demikianlah ajaran Islam mengajarkan, untuk memperkuat pendapat ini mari kita
renungkan ingatan Allah dalam Kitab Suci Al-Qur'an di beberapa surat dibawah
ini:
اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِـوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَآءً وَّلَا شُكُوْرًا
"Sesungguhnya
kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami
tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu."
(QS.
Al-Insan 76: Ayat 9)
قُلْ مَاۤ اَسْـئَـلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ اِلَّا مَنْ شَآءَ اَنْ يَّـتَّخِذَ اِلٰى رَبِّهٖ سَبِيْلًا
"Katakanlah,
"Aku tidak meminta imbalan apa pun dari kamu dalam menyampaikan (risalah)
itu, melainkan (mengharapkan agar) orang-orang mau mengambil jalan kepada
Tuhannya.""
(QS.
Al-Furqan 25: Ayat 57)
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْــئَلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
"Ikutilah
orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk."
(QS.
Ya-Sin 36: Ayat 21)
Dengan
ketiga ayat ini, sangatlah jelas dan gamblang bahwa Allah tidak mengajarkan
kepada para pembawa risalah-Nya untuk memperjualbelikan ajaran-Nya karena
mengharapkan imbalan dari manusia. Kebenaran tidak boleh diatur oleh manusia,
memilih yang sesuai dengan selera nafsnya dan menyingkirkan yang bersinggungan
dengan kemauan dirinya. Itulah prinsip yang selama ini disembunyikan dan banyak
manusia tidak mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan Semesta Alam, Allah SWT.
Dari
tulisan singkat ini, semoga kita bisa menilai kedudukan Sunhaji dan Pemuka
agama yang sedang viral diberitakan.
Penulis:
Michael
Zahid Aditya