Jumat, 02 Mei 2025

Maha Tinggi dan Mulia

 Maha Tinggi dan Mulia

     Perlu di sadari dan di pahami jika kita yakin bahwa Allah itu Yang Maha Tinggi atau Maha Mulia, maka kitapun seharusnya di mata Tu(h)an Semesta Alam semestinya juga menjadi hamba yang mulia, sebenarnya semua itu bisa kita dapatkan dan diwujudkan dengan proses belajar yang panjang dalam arti memahami ilmu Allah sehingga Tu(h)an Semesta Alam yang selalu menyoroti semua makhluknya akan pula memandang kita sebagai hamba yang paling tinggi dan mulia, di bandingkan dengan manusia lainnya atau hakekatnya adalah orang yang telah mampu memahami kehendak dan rencana Tu(h)an Semesta Alam atau mampu merofa, dan juga bisa meningkatkan derajat yang tertinggi dari pada diantara manusia lainnya, yang sudah pasti memang belum mengenal dan memahami dari kehendak dan rencana Tu(h)an Semesta Alam Qs Al A'la 87/1.
       Kata 'Sabaha' dalam istilah Al Qur'an adalah bermakna berenang atau bisa disebut juga beraktivitas, mengapa? karena semua makhluk-Nya itu sudah merupakan sebuah ketetapan hukum dari-Nya, sehingga semua makhluk yang ada di Alam Semesta ini baik suka maupun terpaksa akan selalu atau sedang bertasbih juga bisa dikatakan sedang meng-Akbarkan Tu(h)an Semesta Alam menurut hukum yang di undangkan atau ditetapkan kepada setiap makhluk-makhluk-Nya Ali' Imran, 3/83.
     Maka jika diungkapkan, secara filosofi dari istilah berenang adalah bergerak atau aktif, perumpamaannya seperti ibarat sebuah tubuh, tangan dan kakinya bila tidak kita gerakan maka dengan otomatis kita pasti akan tenggelam, jadi artinya kita hidup harus sesuai dengan aturan atau undang-undang hukum Allah yang telah ditetapkan-Nya. Maka dengan selalu Memaha Sucikan Tu(h)an Semesta Alam di dalam hidup kehidupan ini, artinya seluruh prilaku hidup kita jangan sampai berbuat syirik atau musyrik. Pengertian dari zikir disini bukanlah dalam hal hanya dengan ikrar bilisani saja, tetapi paham sehingga kita mampu menjaga segala hukum-hukum dan kehendak-Nya yang ada didalam isi kitab-kitab suci-Nya.
     Menurut pemahaman Al Qur'an yang dimaksud dengan shirotal mustaqim itu baru sekedar teori sebuah cara dari jalan kebenaran maka harus dilanjutkan ke arah lebih tinggi dan bernilai yaitu fisabillah atau melakukan praktek dakwah dengan mengajak kepada orang-orang yang sedang kehilangan pegangan hidupnya.
    Para mu'min mubalig itu sebenarnya ibarat tanaman-tanaman Allah, yang harus berbuah pada setiap musimnya, tentu saja semua itu juga atas izin-Nya. Syahadat sebenarnya adalah pangkal atau awal dari diri ini yang memang ingin menjadi orang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya Qs Al Mumtahanah, 60/12.

          Disadur kembali oleh: Zimran A.E.

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...