PERBUDAKAN
Mendengar istilah perbudakan mungkin kita akan teringat
kondisi bangsa arab ketika masih disebut sebagai bangsa jahiliyah, dimana
perbudakan merupakan hal yang biasa pada saat itu.
Sekumpulan orang berkumpul dihamparan tanah yang luas, dibawah
panas teriknya matahari. Ada yang sedang membawa bebatuan, ada yang sedang
memalu, ada juga yang sedang terkena cambuk dari sang mandor karena tidak
bekerja secara benar dan yang lain ada membawa payung melindungi tuannya dari
cahaya yang membakar tubuh. Dengan tubuh yang basah oleh keringat, mereka
bekerja mematuhi perintah tuannya.
Perbudakan adalah sebuah kondisi di mana terjadi
pengontrolan terhadap seseorang (yang disebut sebagai budak) oleh pihak lain.
Sehingga dengan kata lain, budak adalah seseorang yang memiliki tuan.
Istilah budak mempunyai persamaan makna dengan kata hamba.
Setiap manusia pada hakekatnya merupakan hamba Allah (Maryam:93). Berarti bisa
dikatakan bahwa manusia merupakan budak yang dimiliki Allah. Allah adalah tuan
bagi manusia, yang kemudian kata tuan mengalami penghalusan makna menjadi
tuhan. Allah sebagai Tuhan semesta alam artinya Allah yang telah menciptakan,
mengatur maupun memelihara alam semesta. Itulah peranan Allah sebagai Rabbul
alamin di Al Fatihah ayat dua.
Jadilah budak yang baik, yang selalu taat kepada perintah
tuan. Seorang budak tidak pantas untuk membuat aturan sendiri, sebab itu
merupakan sebuah makar. Tetapi Tuhan Allah memberikan kebebasan untuk memilih.
Ingin menjadi budak Allah atau diperbudak oleh hawa nafsu manusia?
Sebagai Sang Tuan, Dia membuat aturan untuk menjadi
petunjuk bagi hamba-Nya. Hawa nafsu yang ada pada diri manusia hanya akan
tunduk dan berbuat sesuai sesuai fitrahnya yakni menciptakan keselarasan untuk
mewujudkan perdamaian apabila mengikuti petunjuk Sang Penciptanya.
Namun demikian, manusia lebih suka hidup berdasarkan hawa
nafsu tanpa petunjuk dari Tuannya. Sehingga yang terjadi adalah perbudakan
manusia oleh hawa nafsunya dan melahirkan kerusakan dan kekacauan belaka.
By:
Michael Zahid Aditiya