Manusia
Merdeka Manusia Sadar Fitrah
Sadar bahwa Tuan
Semesta Alam adalah Yang Maha mengatur, melindungi,
dan mendidik. Tidak ada makhluk yang
hidup tanpa aturan dari-Nya. Manusia
mempunyai fitrah hidup, suatu aturan yang harus
ditaati supaya ia menjadi makhluk yang fungsional dan merdeka.
Agar Manusia tidak menjadi makhluk yang sia-sia,
tidak tahu diri, dan tidak tahu fungsi maka harus terus mentafakkuri,
mentadabburi dan mentasyakkuri ilmu yang dimiliki.
Mengapa ada manusia
yang menderita dalam dunia dan semesta yang indah ini? Mengapa tidak
bisa hidup bersama dalam damai dan kerukunan, dalam kenikmatan segala yang
indah, benar dan baik dalam alam serta kehidupannya? Demikian kata Romo Mangun.
Jika ingin terhindar
dari penderitaan seperti yang direfleksikan Romo Mangun. Dan ingin
menjadi manusia merdeka, bahagia serta sadar akan fitrahnya maka
manusia harus memfungsikan akalnya. Kunci hidup ini ada pada akal manusia.
Semua berpusat pada rasio atau pikiran. Jika manusia hidup tanpa akal pikiran,
pastilah ia akan keluar dari garis fitrahnya.
Akal diciptakan agar
manusia mempelajari tentang tugas dan fungsinya, memahami
esensi dirinya dan menjadikannya manusia yang berkesadaran ilahiah.
Eric Weil seorang
filosof Jerman mengatakan, manusia memilih dua
kemungkinan. Pertama, menjadi
keras atau hidup irasional. Kehidupan seperti ini didasari pada
insting-insting hawa nafsu dan egoisme.
Kedua, memilih
kehidupan rasional yang merupakan kehidupan yang terbuka pada dialog serta
usaha konkret untuk membebaskan diri dari kekerasan. Memilih
untuk membebaskan diri dari kekerasan berarti hidup dalam jalan filsafat. (C.B
Mulyanto, 2019)
Mengutip Yuval Noah
Harari dalam 21 Lesson. Manusia
harus memahami dirinya sendiri, seperti pepatah Yunani Kuno:
gnothi seauton.
Manusia harus
mencoba mengakui sisi gelapnya dan memahami seberapa cerdas manusia
selama ini. Harari mencoba membawa manusia pada kerendahan hati bahwa manusia
bukanlah pusat dunia, namun hanyalah bagian dari dunia. Ia mengajak manusia
untuk mengkaji apakah kebajikan dan keadilan manusia sudah benar dan masih
relevan. (21 Lessons for the 21st Century)
Jika manusia telah
memahami keberadaan dirinya sebagai bagian dari makhluk alam yang sangat
beragam dan belum diketahui batasnya ini. Selanjutnya
apa yang harus diperbuat? apa yang
harus dilakukan dalam hidup ini? Tidak satupun makhluk pada alam semesta yang
tidak mempunyai tugas pokok dan fungsi
Salah satu tugas
berat namun mulia yang harus dilakukan manusia. Yakni
membebaskan budak dari perbudakan, saling memberikan rasa aman
serta saling menyejahterakan.
Tahukah kamu apakah
jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan
budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari
kelaparan, (kepada) anak
yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin
yang sangat fakir. (Al-Balad ayat: 12-16)
Seluruh makhluk
semesta, sekecil apapun mempunyai tupoksinya masing-masing. Secara naluriah, setiap
makhluk melaksanakan tugas dan fungsinya, mulai
dari matahari, bulan, bintang,
hewan, dan tumbuhan.
Mereka adalah ciptaan Tuan Semesta Alam berfungsi
sesuai dengan kehendakNya.
Tidak ada makhluk, sekecil
apapun yang tidak berguna atau tidak berfungsi (batil).
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran
ayat 191)
Para makhluk itu
selalu melaksanakan tugasnya dengan benar dan tidak pernah menyimpang dari
ketetapan-Nya. Makhluk mikro apapun
jenisnya, merupakan mata rantai dari kesetimbangan alam
semesta. Manusia yang merdeka dan sadar
fitrah, merupakan bagian terpenting dari alam semesta. Menjaga kesetimbangan
dan senantiasa selaras dengan apa yang menjadi kehendak dan rencana sang Maha
Pencipta. Manusia Merdeka, Manusia Sadar Fitrah
By:
Michael
Zahid Aditiya