Jumat, 30 Mei 2025

Umpama Pohon

 Umpama Pohon

Sesungguhnya Tu(h)an Semesta Alam memerintahkan kepada manusia, agar manusia itu hidup menurut sistem/dien yang diciptakan-Nya Qs Ali'Imran 3/83, jangan menyimpang dari jalan kebenaran yaitu sistem kebenaran, tetapi jikalau manusia itu memilih jalan kesesatan, jalan kerusakan, maka Tu(h)an Yang Maha Esa pun mengizinkan, jadilah rusak sistem itu, kalau sudah rusak, wahai manusia tidak ada yang bisa mengembalikan sistem yang benar tadi kecuali oleh Tu(h)an Semesta Alam itu sendiri.
The Fonding Father nya negeri ini memang sudah berhasil mewujudkan ikatan dasar, walaupun pada saat itu mengalami perdebatan yang sangat panjang. Tidak ada didunia negara yang punya dasar filosofis kenegaraan yang begitu universal selain dari pada Nusantara ini, Amerika saja kalah karena dari Lima Dasar yang telah disusun itu sudah mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak ada didunia yang memiliki ikatan dasar lengkap. Lima dasar itu dijabarkan sebagai macam hukum, yang sekarang hari ini justru disitulah mandeknya tidak bisa dijabarkan sebagai sebuah tuntunan, Ketuhanan Yang Maha Esa itu bagaimana penjabarannya? Kemanusiaan yang Adil beradab itu bagaimana cara mencapai itu?
Makanya cita-cita luhur itu belum tergenapi, tercapai apa lagi terwujud yang terjadi justru sebaliknya, ini mesti harus menjadi kajian/renungan jangan ditinggalkan disini.
Kita tidak bisa menghandelnya dengan cara membentuk lembaga-lembaga yang sifatnya parsial, katakanlah demokrasi terpimpin, menjadi demokrasi pancasila, kemudian demokrasi liberal yang sekarang ini, itu belumlah terjawab.
Secara spiritual, Taurat, Injil dan Al Qur'an menerangkan atau berbicara masalah pohon. Dia mengajak kita berpikir, Ayat Tu(h)an Semesta Alam yang terkait masalah pohon, mari kita berpikir netral mendalam, berpikir tajam, Saya mengajak bangsa Nusantara ini untuk belajar kebenaran dari sebuah pohon, karena pohon itu firman Tu(h)an Semesta Alam, pohon itu fakta ilmiah, fakta kebenaran, karya cipta Tu(h)an Semesta Alam, wajah Tu(h)an Semesta Alam, prilaku/karakter Tu(h)an Semesta Alam, Saya berani berkata begitu, karena semua ini sudah saya sadari betul. Melalui bangun aktivitas malam, ispirasi ilham ruhyah dari memperdalam firman Allah, firman Tu(h)an Yang Maha Esa, firman Allah Subhana Wata'ala.jadi persoalan suatu sistem ada pada persoalan Akar, yang baik tergantung akar, yang jelekpun tergantung akar. Sederhana saja dalam kita memahami jalan kebenaran, coba kita perhatikan sebuah pohon maka disimpulkan bahwa " Tidak mungkin buah yang baik, berasal dari pohon yang buruk dan Tidak mungkin buah yang buruk berasal dari pohon yang baik, jelas isi kitab suci mengatakan begitu.
Kalau kita ingin memperbaiki negeri ini, mari kita bertitik tolak pada dasar prinsip-prinsip ini, karena sesungguhnya persoalan itu bukan pada batang dan dahannya pohon negeri ini berbuah jelek, tetapi sesungguhnya saya katakan pada Akar/Aqidah Qs Ibrahim 14/ 24-26.
                Disadur kembali oleh:
                      Zimran A.E.

Senin, 19 Mei 2025

Perhiasan


Firman Allah dalam Qs Ali'Imran 3/14 berkata yang artinya: "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa-apa yang diinginkan berupa perempuan-perempuan, anak-anak harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang, itulah kesenangan hidup didunia disisi Allahlah tempat kembali yang baik" Artinya bukan berarti kita harus menjadi seperti, seorang sufi atau para petapa yang anti akan dunia, tidak. Namun semua materi itu sangatlah perlu dan juga penting bila semua itu hanya dijadikan komoditi sarana saja didalam menjalankan jihad fisabillah bukan untuk dijadikan sebagai prioritas utama didalam kehidupannya.
Namanya juga perhiasan cuma hanya bisa terlihat menempel saja walau ada keindahan disitu namun tidak ada keindahan nilai hakekat didalamnya. Mengapa karena semua itu hanyalah perwujudan dari tarik menarik antara hawahu dan nilai firman di dalam diri saja. Sadari sedari dini, sekarang mulai dari saat ini karena tidak ada yang tahu yang namanya ajal setiap mahkluk, semuanya rahasia Allah maka mawas dirilah dengan ilmu Allah Qs Al Ankabut 29/57.
Bila berkaca kepada kehidupan disekitar kita, lihatlah banyak dari kita yang justru sebaliknya dari yang seharusnya diperbuat merasa mati-matian atau mencari tetapi nilainya bukan ilmu tetapi materi dan itu seolah-olah merasa akan membuat hidup selama-selamanya dan kadang pula dengan mudahnya kita sering kali mengesampingkan Allah didalam segala urusan di dalam suatu kehidupan.
Jika hidup kita diukur hanya dengan dari nilai materi saja, maka yang terjadi hanyalah sebuah kehidupan fatamorgana saja yang hanya menipu pandangan dari manusia tersebut. Nafs merupakan komponen tubuh yang memang ada didalam diri guna menyempurnakan bentuk dari manusia itu, dan perlu diketahui pula bahwa memang sebenarnya fungsi dari nafs itu adalah bersifat netral tergantung dari tanggapan ilmu-Nya.
Ada ungkapan bahwa kebersihan itu sebagian dari pada iman, bila dihubung kaitkan dengan manusia ialah segala prilaku atau karekter manusia yang selalu berbuat dan yang dapat mendamai sejahterakan hidup kehidupan dari manusia lainnya. Cinta akan dunia harus diseimbangkan dengan fungsi dari tujuan manusia itu diciptakan Qs Az Zariyat 51/56.
By: Zimran A.E.

Eling


Semua Nabi dan Rasul Allah adalah seorang pembawa Risallah yang membawa konsep hukum yang sama dari Tu(h)an Semesta Alam yang Esa yaitu Ad Dien Al Islam Qs Ali'Imran 3/83-84. Tatkala seorang Rasul diutus itu pada saat dunia ini sudah dalam keadaan gelap itu dapat dilihat dan dapat dipahami dari dinamika kehidupan masyarakat manusia yang sudah kacau balau.
Jika suatu ilmu sudah dicabut dari muka bumi ini maka dunia itu akan menjadi gelap (jahiliyah). Sifat dari pada orang-orang musyrik adalah kebutaannya terhadap tanda-tanda (ayat) sunatullah yang berlaku pada Alam Semesta dan sejarah. Ketika para utusan Allah membacakan ayat-ayat sejarah sebagai bukti dari berlakunya hukum Allah dalam kehidupan masyarakat manusia, mereka banyak yang menolak, mendustakan bahkan juga menuduh bahwa para utusan Tu(h)an Semesta Alam itu pendustalah, tukang sihirlah dan lain sebagainya.
Ingat datangnya zaman kegelapan itu karena ummat manusia telah melanggar perjanjiannya dengan Allah, mengapa karena hukum Allah sudah tidak lagi menjadi undang-undang atau hukum pegangan hidup dari manusia penguasa (Raja/Presiden).
Sejarah mencatat bahwa semua para pembawa Risallah Allah itu melakukan kontrak perjanjian dengan Allah, sebelum para utusan itu melakukan pekerjaannya guna untuk mempromosikan karakter dari Allah itu sendiri untuk dapat diduplikasi kepada seluruh manusia agar mewujudkannya seperti kehidupan dari Alam Semesta yang selalu damai dan mensejahterakan Qs Al Ahzab 33/7. Kejujuran itu mahal karena bernilai tinggi dalam pandangan Allah, seperti halnya keinginan dari setiap kita yang merindukan kehidupan seperti Alam Semesta itu sendiri yaitu kehidupan yang saling mendamai sejahterakan. Namun fakta perbuatan dilapangan berkata lain karena sering diantara kita malah bersitem atau berpola hidup kepada keinginan hawa nafsunya saja Qs Al Jasiyah 45/23.
Untuk menghidupkan kehidupan yang sudah mati/gelap/jahiliyah Allah mengutus lagi manusia pilihan kepada manusia di zaman itu, jadi dapat disimpulkan bahwa setiap ummat di zamannya pasti ada Rasul Qs Al Nahl 16/36. Mengakui itu lebih mudah dari pada menduplikasi sesuatu karena disitu ada nilai perbuatan yang harus diuji terhadap orang yang ingin menduplikasi sesuatu itu.

Disadur kembali oleh
Zimran A.E

Jumat, 16 Mei 2025

Ibarat Fazzle


       Rancang bangun Tu(h)an Semesta Alam dalam menciptakan alam semesta ini, sebangun dengan sistem dari Alam Semesta itu sendiri, sehingga terwujudlah kesetimbangan, sama seperti sebagaimana halnya Tu(h)an Semesta Alam menghidupkan alam sosial manusia yang qalbunya condong kepada kesesatan akan nilai-nilai dari ayat-ayat makiyah yang syarat dengan kesan mutasabihat atau perumpamaan Qs Al An'am 6/122, maka dengan hanya melepaskan terompah lama yang biasa kita pakailah semua itu akan terwujud. Bumi yang mati artinya kehidupan masyarakat manusia karena memakai pola sistem hukum jahiliyah, jadi sesungguhnya sama halnya dengan kehidupkan kerajaan Tu(h)an Semesta Alam yang sudah mati, Bagaimanakah cara menghidupkannya? manusia itu sendiri yang harus berusaha atau berproses sampai paham dan mengerti akan hakikat dari firman-firman Allah dan terus selalu memupuk akan kualitas dirinya.
Apabila langit terbelah dilihat dari tanda-tanda datangnya kehidupan yang baru itu ditandai dengan diperlihatkannya halilitar yg membuat takut orang-orang kafir. Bagi orang-orang yang berakal/beriman, halilintar hanyalah merupakan sebuah kumpulan ion negatif dan ion positif yang berfungsi untuk mengisi ruang hampa sehingga menghasilkan getaran suara.
Perlu diketahui bahwa karena cahaya itu lebih cepat dari pada getaran suara.
       Demikianlah kami mengajarkan ,demikianlah kami mewahyukan dari seluruh makhluk-makhluk-Nya Qs Asy Syura 42/52.
Seluruh alam semesta ini merupakan wujud dari malaikat atau sebuah kekuatan, karena tidak ada ruang yang kosong didalam alam semesta ini.
Langit itu di cipta terlihat tanpa tiang yang akan tetapi sebenarnya ada, karena kalau tidak ada hubung kait dengan adanya tali maka terlemparlah planet bumi itu keluar dari garis edarnya.
Proses alam semesta itu sendiri merupakan esensi dari malaikat, itulah siklus sunatullah dari Allah dalam menciptakan sebuah kesetimbangan.
Ingat dasar Agama adalah kepercayaan bukan ilmu, jadi tidaklah paham seseorang akan Dien, bila dia tidak memfungsikan akalnya.
Bumi mengeluarkan isinya seperti halnya tanaman-tanaman, tanaman adalah amsal dari manusia. Kita sebenarnya sama dengan makhluk lain diatas muka bumi ini atau disebut juga dengan 'dabbah tul ardi' mahkluk melata dibumi.
Dabbatul ardi pelakunya adalah Raja Nabukadezar, Fira'un, Abu jahal dsb.
Fisik manusia berasal atau keluar dari bumi, berbeda dengan ruh yang merupakan mahluk langit karena ruh sifatnya abadi.
Adam adalah manusia buangan sehingga kita adalah makhluk berdosa di bumi, Tu(h)an Semesta Alam menjadikan sebelum kamu itu abadi, maka janganlah menggambarkan Tu(h)an Semesta Alam itu dilangit karena semua itu merupakan doktrin agamais, bumi adalah tempat untuk hukuman bagi manusia berdosa. Seorang mu'min dalam beribadah selalu membersihkan diri dari tarikan-tarikan nafnya. Bumi adalah kumpulan energi yang selalu patuh atas kehendak Tu(h)an Semesta Alam. Fitrah itu adalah menegakan Din bagi manusia.
Tidak ada rasa sakit selain rasa sakit saat melahirkan disitulah letak jihad fisabilillah.
Jika sesuatu diukur dengan cetakan lama atau doktrin, maka rusaklah segala urusan itu untuk itu maka kosongkanlah untuk selanjutnya diisi hanya dengan ruh Allah atau firman Allah.
Bila masih dikuasai oleh nafs maka gerak yang terjadi pasti tidak akan setabil.
Netralkan ketitik nol biar setimbang, ingat idul fitri itu artinya kembali suci, menurut hukum Allah atau konsep ridha Allah.
Setelah qiyaumiddin atau tegaknya sistem hukum Allah maka manusia itu akan terbagi menjadi tiga gollongan.

                 Disadur kembali oleh
                         Zimran A.E.


Senin, 12 Mei 2025

PERBUDAKAN DAN PENGABDIAN

 

PERBUDAKAN DAN PENGABDIAN

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengabdi kepada-Ku" (QS. AZ-ZARIYAT 56)

Selaku seorang hamba, sudah sepantasnya manusia hanya mengabdi kepada Allah, Tuan semesta alam. Wujudnya adalah dengan mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dimana perintah dan larangan tersebut sudah termaktub  didalam kitab-kitab-Nya. Sebenarnya segala aturan yang ada bukan untuk mengekang kebebasan manusia. Ibarat orang hidup disuatu negara. Orang bisa hidup didalam suatu negara apabila mau mengikuti aturan-aturan yang berlaku didalam negara tersebut. Itu merupakan hal yang wajar dan tak terbantahkan. Sebab apabila tidak demikian, maka bisa jadi alam semesta akan menjadi rusak diakibatkan keserakahan dan ketamakan manusia.

Jangan mengecilkan makna pengabdian dengan simbol-simbol yang ada. Jangan menjadi seorang pekerja yang bertutur kata dan bersikap manis didepan tuannya tetapi dibelakang tidak ada satu pun aturan yang ditaati. Seperti sebuah permisalan, Seorang mempunyai dua anak laki-laki. la pergi kepada anak sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.

Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata sama. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga ke kebun anggur. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya? Jawabnya adalah yang terakhir.

Pengabdian tidak sama dengan menyembah yang hanya dikotakkan  dengan simbolitas saja. Pengabdian merupakan suatu bentuk totalitas seorang hamba didalam menaati segala aturan tuannya.

Anak yang dititipkan kebun anggur untuk dirawat, dipelihara dengan baik. Artinya manusia diberikan amanat sebagai seorang pengganti (kholif) untuk mengelola bumi dengan tata aturan yang Allah berikan, agar tercipta kondisi aman, adil dan sejahtera. Karena hanya dengan sistem Allah dapat tercipta kondisi yang demikian tersebut.

Tetapi ternyata masih banyak manusia yang lebih senang diperbudak hawa nafsunya, materi menjadi tuan dalam hidupnya. Semua tindakan diukur dengan materi. Akibatnya tercipta kehidupan yang penuh tipu muslihat, saling tindas menindas, penuh kekerasan dan bahkan saling memperbudak. Yang kuat menindas yang lemah dan seseorang berpesta pora di atas penderitaan orang lain.

Ketika manusia mau menjadi budak Allah, sesungguhnya manusia akan ditinggikan derajatnya menjadi seorang pengganti sebagai perpanjangan Allah untuk menerapkan undang-undang-Nya dimuka bumi. Tetapi jika kita melihat dengan jeli kondisi yang ada sesungguhnya manusia sedang diperbudak oleh sistem manusia, yang berorientasi pada pemenuhan materi, kekuasaan dan kepuasan libido. Sehingga sudah menjadi tugas penegak-penegak risalah untuk membebaskan budak dari perbudakan agar bisa kembali ke jalur yang benar, yaitu menjadi hamba Allah yang hanif. 

By:

Michael Zahid Aditiya

Pembuktian Dari Petunjuk

 

Pembuktian Dari Petunjuk

Pada dasarnya Allah menciptakan manusia tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengabdi pada-Nya (QS Az-Zariyat:56). Selayaknya orang mengabdi atau bekerja pada sebuah perusahaan, manusia tinggal menjalankan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Yang menjadi pertanyaan bagaimana manusia bisa mengabdi dengan benar kepada Allah? Haruskah Allah turun langsung kebumi untuk menjelaskan kepada manusia? Atau seperti apa?

Allah mengutus seorang juru bicara, Rasul atau Mesias yang membebaskan manusia dari “kebutaan” akan kehidupan dan menurunkan Al-Quran (kitab) sebagai petunjuk bagi manusia ketika Rasul tak ada.

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (Al-Baqarah ayat 185)

Dari petunjuk itulah manusia bisa mengambil acuan dalam mengabdi kepada Allah. Bukan hanya sekedar petunjuk, A-Quran juga sebagai bayyinat, artinya Al-Quran bisa menjelaskan petunjuk itu sendiri, agar manusia bisa benar-benar paham dan sadar.

Pada kondisi hari ini manusia hanya menjadikan Al-Quran sebagai mesin penghasil pahala dengan hanya sekadar dibaca tanpa dipahami dan dilaksanakan maknanya. Maka tidak heran sebagian besar manusia istiqomah untuk berbuat kerusakan di muka bumi.

Bahkan ada ahli filsuf yang mengatakan bahwa Kitab Suci adalah fiksi. Inilah bentuk "gagal paham" manusia abad ini yang hanya memposisikan Kitab Suci sebagai "Kitab Dongeng" yang tak dapat di aktualisasi.

By:

Michael Zahid Aditiya

Manusia Merdeka Manusia Sadar Fitrah

 

Manusia Merdeka Manusia Sadar Fitrah

Sadar bahwa Tuan Semesta Alam adalah Yang Maha mengatur, melindungi, dan mendidik. Tidak ada makhluk yang hidup tanpa aturan dari-Nya. Manusia mempunyai fitrah hidup, suatu aturan yang harus ditaati supaya ia menjadi makhluk yang fungsional dan merdeka. Agar Manusia tidak menjadi makhluk yang sia-sia, tidak tahu diri, dan tidak tahu fungsi maka harus terus mentafakkuri, mentadabburi dan mentasyakkuri ilmu yang dimiliki.

Mengapa ada manusia yang menderita dalam dunia dan semesta yang indah ini? Mengapa tidak bisa hidup bersama dalam damai dan kerukunan, dalam kenikmatan segala yang indah, benar dan baik dalam alam serta kehidupannya? Demikian kata Romo Mangun.

Jika ingin terhindar dari penderitaan seperti yang direfleksikan Romo Mangun. Dan ingin menjadi manusia merdeka, bahagia serta sadar akan fitrahnya maka manusia harus memfungsikan akalnya. Kunci hidup ini ada pada akal manusia. Semua berpusat pada rasio atau pikiran. Jika manusia hidup tanpa akal pikiran, pastilah ia akan keluar dari garis fitrahnya.

Akal diciptakan agar manusia mempelajari tentang tugas dan fungsinya, memahami esensi dirinya dan menjadikannya manusia yang berkesadaran ilahiah.

Eric Weil seorang filosof Jerman mengatakan, manusia memilih dua kemungkinan. Pertama, menjadi keras atau hidup irasional. Kehidupan seperti ini didasari pada insting-insting hawa nafsu dan egoisme.

Kedua, memilih kehidupan rasional yang merupakan kehidupan yang terbuka pada dialog serta usaha konkret untuk membebaskan diri dari kekerasan. Memilih untuk membebaskan diri dari kekerasan berarti hidup dalam jalan filsafat. (C.B Mulyanto, 2019)

Mengutip Yuval Noah Harari dalam 21 Lesson. Manusia harus memahami dirinya sendiri, seperti pepatah Yunani Kuno: gnothi seauton.

Manusia harus mencoba mengakui sisi gelapnya dan memahami seberapa cerdas manusia selama ini. Harari mencoba membawa manusia pada kerendahan hati bahwa manusia bukanlah pusat dunia, namun hanyalah bagian dari dunia. Ia mengajak manusia untuk mengkaji apakah kebajikan dan keadilan manusia sudah benar dan masih relevan. (21 Lessons for the 21st Century)

Jika manusia telah memahami keberadaan dirinya sebagai bagian dari makhluk alam yang sangat beragam dan belum diketahui batasnya ini. Selanjutnya apa yang harus diperbuat? apa yang harus dilakukan dalam hidup ini? Tidak satupun makhluk pada alam semesta yang tidak mempunyai tugas pokok dan fungsi

Salah satu tugas berat namun mulia yang harus dilakukan manusia. Yakni membebaskan budak dari perbudakan, saling memberikan rasa aman serta saling menyejahterakan.

Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. (Al-Balad ayat: 12-16)

Seluruh makhluk semesta, sekecil apapun mempunyai tupoksinya masing-masing. Secara naluriah, setiap makhluk melaksanakan tugas dan fungsinya, mulai dari matahari, bulan, bintang, hewan, dan tumbuhan. Mereka adalah ciptaan Tuan Semesta Alam berfungsi sesuai dengan kehendakNya.

Tidak ada makhluk, sekecil apapun yang tidak berguna atau tidak berfungsi (batil). "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran ayat 191)

Para makhluk itu selalu melaksanakan tugasnya dengan benar dan tidak pernah menyimpang dari ketetapan-Nya. Makhluk mikro apapun jenisnya, merupakan mata rantai dari kesetimbangan alam semesta. Manusia yang merdeka dan sadar fitrah, merupakan bagian terpenting dari alam semesta. Menjaga kesetimbangan dan senantiasa selaras dengan apa yang menjadi kehendak dan rencana sang Maha Pencipta. Manusia Merdeka, Manusia Sadar Fitrah

By:

Michael Zahid Aditiya

PERBUDAKAN

 

PERBUDAKAN

 

Mendengar istilah perbudakan mungkin kita akan teringat kondisi bangsa arab ketika masih disebut sebagai bangsa jahiliyah, dimana perbudakan merupakan hal yang biasa pada saat itu.

Sekumpulan orang berkumpul dihamparan tanah yang luas, dibawah panas teriknya matahari. Ada yang sedang membawa bebatuan, ada yang sedang memalu, ada juga yang sedang terkena cambuk dari sang mandor karena tidak bekerja secara benar dan yang lain ada membawa payung melindungi tuannya dari cahaya yang membakar tubuh. Dengan tubuh yang basah oleh keringat, mereka bekerja mematuhi perintah tuannya.

Perbudakan adalah sebuah kondisi di mana terjadi pengontrolan terhadap seseorang (yang disebut sebagai budak) oleh pihak lain. Sehingga dengan kata lain, budak adalah seseorang yang memiliki tuan.

Istilah budak mempunyai persamaan makna dengan kata hamba. Setiap manusia pada hakekatnya merupakan hamba Allah (Maryam:93). Berarti bisa dikatakan bahwa manusia merupakan budak yang dimiliki Allah. Allah adalah tuan bagi manusia, yang kemudian kata tuan mengalami penghalusan makna menjadi tuhan. Allah sebagai Tuhan semesta alam artinya Allah yang telah menciptakan, mengatur maupun memelihara alam semesta. Itulah peranan Allah sebagai Rabbul alamin di Al Fatihah ayat dua.

Jadilah budak yang baik, yang selalu taat kepada perintah tuan. Seorang budak tidak pantas untuk membuat aturan sendiri, sebab itu merupakan sebuah makar. Tetapi Tuhan Allah memberikan kebebasan untuk memilih. Ingin menjadi budak Allah atau diperbudak oleh hawa nafsu manusia?

Sebagai Sang Tuan, Dia membuat aturan untuk menjadi petunjuk bagi hamba-Nya. Hawa nafsu yang ada pada diri manusia hanya akan tunduk dan berbuat sesuai sesuai fitrahnya yakni menciptakan keselarasan untuk mewujudkan perdamaian apabila mengikuti petunjuk Sang Penciptanya.

Namun demikian, manusia lebih suka hidup berdasarkan hawa nafsu tanpa petunjuk dari Tuannya. Sehingga yang terjadi adalah perbudakan manusia oleh hawa nafsunya dan melahirkan kerusakan dan kekacauan belaka.

By:

Michael Zahid Aditiya

HIDUP BERDASARKAN PETUNJUK

 

HIDUP BERDASARKAN PETUNJUK

Alam semesta dan manusia diciptakan oleh Tuan Semesta Alam hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Manusia sebagai makhluk ciptaan yang paling canggih di bumi dengan institusi akal, mata dan telinga yang dimilikinya harus hidup mengabdi sesuai dengan kehendak dan rencana Sang Pencipta.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz Dzariat (51):56). Bentuk pengabdian manusia kepada Sang Pencipta adalah dengan tunduk dan patuh pada aturan hukum yang telah ditetapkan-Nya, yaitu senantiasa melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya.

Ekosistem dan kehidupan sosial merupakan dua hal yang sangat relevan, dimana keduanya memiliki hubungan timbal-balik yang saling membutuhkan. Manusia membutuhkan alam sebagai fasilitas guna melangsungkan aktivitas kehidupan, demikian halnya alam semesta diciptakan sebagai sumber daya pemenuhan kebutuhan manusia. Berbicara tentang sebuah kondisi yang tak terpisahkan ini, yakni antara alam dan manusia maka Allah menyertakan sebuah life guidance (petunjuk hidup) agar manusia hidup dengan pola yang benar, dan memanfaatkan sumber daya yang telah disediakan dalam rangka melaksanakan kontinyuitas pengabdian kepada Allah. Petunjuk itu adalah Al Quran.

Al-Quran merupakan ilmu Allah dan Jalan Kebenaran bagi umat manusia yang meyakininya. “...diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil (Al Baqarah (2:185).

Untuk memastikan fungsi Al-Quran, maka kita harus paham tentang adanya huda (petunjuk) yang sudah termaktub di dalam redaksi Al-Quran, huda itu kita cocokkan dengan keadaan kita pada saat ini. Atau apapun fenomena yang terjadi adalah perwujudan daripada huda yang sudah tertulis atau disebut sebagai bayyinat minal huda.

Jika hal tersebut sudah kita temukan, maka kita harus mengambil sikap Untuk menentukan pola pikir dan tingkah laku berikutnya. Kemana arah langkah pengabdian kita? Kepada Allah atau kepada sistem rekayasa yang menjadikan manusia-manusia sebagai majikan yang menyaingi Allah selaku Majikan Tunggal.

Dengan demikian berarti kita sudah paham bagaimana isi daripada Al-Quran, dimana Al-Quran tidak pernah membahas di luar dari Dien (sistem hukum) Allah, dan redaksi Al-Quran tidak pernah disakralkan dengan cara apapun.

Rasulullah Muhammad SAW tidak pernah menggjarkan culture dari bangsanya, tetapi beliau mengajarkan bagaimana hidup secara natural, dengan misi penyelamatan seluruh manusia. Jelas bahwa Al-Quran ini adalah naskah yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita setiap hari dan jantung Al-Quran adalah menegakkan Dien Allah.

Untuk itu mari kita selamatkan semua orang yang kita cintai dengan cara mengajak mereka kembali mengabdi kepada Allah semata. “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Qur'an) dan Dien yang benar untuk dimenangkanNya atas segala Dien, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai".

By:

Michael Zahid Aditiya

Rabu, 07 Mei 2025

Bumi Berganti Bumi

 



         Dikalaseorang mu'min berdiri diatas bukit dalam waktu yang terang, maka orang mu'min itu pasti akan dapat melihat dengan jelas apa-apa yang dilihatnya, itulah perumpamaan dari orang-orang beriman yang sudah memahami sunnahtullah dari hakekat ilmu Allah. Perlu disadari dan dipahami bahwa sesungguhnya setan itu tidak akan bisa dan juga mampu membawa wahyu Allah, hanya seorang Rasul-lah yang mampu berbicara prihal sebuah wahyu atau firman Allah Qs An Najm 53/3-4. Istilah shalat disini adalah dalam arti berjuang jihad fisabillah guna untuk menggemakan takbir Allahhuakbar, itulah esensi bentuk komando perang yang diiringi dengan ucapan Bismillah dan diakhiri sampai dengan Asalammu'alaikum Qs Al Hajj 22/39. Dalam Allah berbicara tentang Alam, karena pada Alam itu sendiri mengajarkan seluruh makluknya untuk selalu menyelaraskan kehidupannya agar kehidupan ini menjadi seimbang dan saling mendamai sejahterakan Qs Ali'Imran 3/83. Allah mencipta manusia atas potret diri-Nya.


Dalam kehidupan psikososial manusia sangatlah membutuhkan yang namanya sebuah khilafah/sulton atau kekuasaan agar terciptalah keseimbangan damai sejahtera atau menduplikasi kehidupan yang sudah terwujud pada kehidupan Alam semesta ini. Kehidupan ini adalah kepastian dari silih bergantinya antara kehidupan yang haq dan yang batil, dikala kehidupan ini terang, maka manusia harus menyelaraskannya agar kehidupannya menjadi setimbang, tetapi dikala kehidupan ini gelap manusia harus menyingkir agar dia tidak terseret kedalam kehidupan binasa. Sebuah konsep khilafah akan dapat
terwujud hanya dengan di utusnya seorang utusan Allah untuk memberikan ilmu atau petunjuk jalan yang benar terhadap manusia lainnya. Konsekwensi Rasul sebagai Sang pembebas adalah untuk menebus dosa manusia dengan mengorbankan seluruh anwal dan anfusnya (harta dan jiiwa). Tatkala manusia dikuasai oleh internal an nafs-nya, maka manusia itu akan condong kepada perbuatan yang buruk, walaupun sebenarnya an nafs itu sebenarnya positif karena agar manusia menjadi pengurus segala keindahan dari kehidupan ini, Sebab tanpa Allah memberikan gaya tarik dari hubussyahwat dalam diri, maka matilah keberlangsungan kehidupannya. Tugas rasul bersama para pengikutnya memang untuk menebus dosa-dosa manusia. Tatkala orangtua dari umat ini melakukan kesalahan dengan menukar kehidupan nikmat dengan kehidupan nista, maka terkutuklah umat itu. Orang2 yang memahami akan kesalahannya maka manusia itu akan sadar dan kembali bertobat kepada Allah sehingga diakat kembali oleh Allah kederajat yang tinggi.



Disadur kembali oleh


   Zimran A.E.

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...