Minggu, 01 Juni 2025

JAHILIYAH

 

JAHILIYAH

Jalan pemikiran jahiliyah modern JAHILIYAH

Jalan pemikiran jahiliyah modern dewasa ini adalah menganggap bahwa sifat daripada kebudayaan adalah berkembang dari waktu ke waktu. Apa yang dulu 14 abad yang silam dianggap baik yang sesuai dengan kondisi pada saat itu belum tentu cocok untuk diterapkan dalam kehidupan masa kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, sistem komunikasi yang begitu cepat serta perkembangan teknologi dan sains yang begitu maju, maka ide untuk kembali menempatkan 'agama' sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia, menjadikan hukum-hukum 'agama' sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak populer lagi.

Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelamatkan 'agama' adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan dengan ritual sebagi aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Itulah pandang orang hari ini.

Kenapa Muhammad diutus di arab? Jawaban umum orang-orang hari ini adalah karena pada waktu itu bangsa arab adalah bangsa jahiliyah. Pengertian mereka tentang jahiliyah adalah hidup di tengah belantara padang pasir yang panasnya membakar sepanjang tahun, gunung-gunung batu yang tandus serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dikatakan jahiliyah karena sifatnya yang kejam, bodoh, dan barbar. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah (suku-suku) eksklusif. Jika satu suku bertemu dengan suku lainnya di padang pasir satu sama lain saling baku hantam.

Mereka hidup dari berniaga dari satu dusun ke dusun lainnya, dan ditengah jalan seringkali mereka dicegat penyamun yang merampok barang-barang dagangan mereka. Mereka juga tidak mengenal Tuhan Allah, yang mereka sembah adalah berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Di sekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh tiap kabilah yang datang ke rumah tua itu. Judi, miras, prostitusi, pemerkosaan, pembunuhan, perampokan adalah masalah-masalah biasa dan sudah menjadi kebudayaan mereka.

Hal yang demikian dapat terjadi karena bangsa Arab adalah bangsa yang ummi yakni bangsa yang buta huruf. Bahkan Muhammad diakui oleh pengikutnya sebagai Nabi yang buta huruf. Itulah gambaran massal manusia tentang pengertian Jahiliyah.

Di sini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan hukum. Allah sebagai satu-satunya pengatur yang mempunyai aturan/hukum yang harus ditaati oleh seluruh makhluk-Nya termasuk manusia. Hukum yang diciptakan oleh Allah dalam kehidupan manusia mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahannya agar orang tersebut kembali fitrah, tidak keluar dari garis fitrahnya, dengan demikian akan tercipta kondisi kehidupan manusia yang adil dan sejahtera.

Terdapat kesetimbangan yang luar biasa dalam seluruh gerakan dinamis alam semesta dan hal tersebut mengungkapkan bahwa kehidupan di semesta ini berlandaskan pada keseimbangan yang sangat cermat. Pergeseran yang sangat sedikit pun pada orbit benda-benda langit, bahkan hanya beberapa milimeter, dapat membawa akibat yang sangat serius. Beberapa di antaranya dapat sangat mengganggu sehingga kehidupan di bumi tidak mungkin terjadi.

Secara fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur. Yang berhak mengatur suatu makhluk adalah Sang Penciptanya sendiri, Maknluk tidak berwenang untuk mengatur makhluk lainya. Jika Rasul Allah menghukum seseorang, itu dilakukannya dalam kedudukannya selaku mandataris Allah dan atas izin Allah, bukan atas kemauannya sendiri. Itulah landasannya Allah membuat hukum yang kemudian diperintahkan kepada para rasulnya untuk ditegakkan di bumi manusia, agar manusia berhukum kepada hukum Allah, Perhatikan surat ke-5 ayat ke-49 :

"Dan hendaklah kamu menghukum dengan apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan rendah mereka."

Di samping hukum Allah, ada hukum bikinan manusia. Apa dasarnya bahwa hukum bikinan manusia adalah sesuatu yang rendah. Salah satu sifat dasar manusia adalah keinginannya untuk menguasai orang lain, atau - nafsu berkuasa. Kekuasaan dalam segala aspek kehidupan adalah alat untuk memiliki. Nah, dalam rangka memiliki itulah manusia membuat peraturan-peraturan hukum. Hukum adalah alat yang paling efektif untuk melindungi kepentingan. Jika sebuah orde kekuasaan membuat aturan hukum, esensinya untuk memuaskan keinginan atau nafsu syahwatnya atau kelompoknya.

Hampir semua ayat-ayat yang menyinggung istilah jahiliyah selalu dihubungkan dengan penolakan manusia terhadap seruan utusan Allah agar hendaknya manusia jangan mengabdi kepada selain Allah.

Umat Musa yang mengusulkan dibuatnya ilah-ilah lain sebagai pengganti Allah, disebut jahiliyah bukan karena bodoh dalam arti lawan dari kata pandai. Mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-ilah kepada Allah, tidak mau tunduk patuh kepada hukum Allah.

Iman kepada Allah tidak sebatas percaya kepada Allah atau Allah itu ada. Tetapi Iman kepada Allah adalah taat kepada perintah Allah, taat kepada hukum Allah itu sendiri, Iman mengandung esensi sebuah ketaatan, tidak hanya sebatas ketaatan batiniyah semata tetapi juga ketaatan secara fisik kepada hukum-Nya. Manakala hukum-Nya tidak diberlakukan, apakah bisa manusia taat kepada Allah?.

 

Berlanjut....

By:

Michael Zahid Aditiyan dewasa ini adalah menganggap bahwa sifat daripada kebudayaan adalah berkembang dari waktu ke waktu. Apa yang dulu 14 abad yang silam dianggap baik yang sesuai dengan kondisi pada saat itu belum tentu cocok untuk diterapkan dalam kehidupan masa kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, sistem komunikasi yang begitu cepat serta perkembangan teknologi dan sains yang begitu maju, maka ide untuk kembali menempatkan 'agama' sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia, menjadikan hukum-hukum 'agama' sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak populer lagi.

Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelamatkan 'agama' adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan dengan ritual sebagi aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Itulah pandang orang hari ini.

Kenapa Muhammad diutus di arab? Jawaban umum orang-orang hari ini adalah karena pada waktu itu bangsa arab adalah bangsa jahiliyah. Pengertian mereka tentang jahiliyah adalah hidup di tengah belantara padang pasir yang panasnya membakar sepanjang tahun, gunung-gunung batu yang tandus serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dikatakan jahiliyah karena sifatnya yang kejam, bodoh, dan barbar. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah (suku-suku) eksklusif. Jika satu suku bertemu dengan suku lainnya di padang pasir satu sama lain saling baku hantam.

Mereka hidup dari berniaga dari satu dusun ke dusun lainnya, dan ditengah jalan seringkali mereka dicegat penyamun yang merampok barang-barang dagangan mereka. Mereka juga tidak mengenal Tuhan Allah, yang mereka sembah adalah berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Di sekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh tiap kabilah yang datang ke rumah tua itu. Judi, miras, prostitusi, pemerkosaan, pembunuhan, perampokan adalah masalah-masalah biasa dan sudah menjadi kebudayaan mereka.

Hal yang demikian dapat terjadi karena bangsa Arab adalah bangsa yang ummi yakni bangsa yang buta huruf. Bahkan Muhammad diakui oleh pengikutnya sebagai Nabi yang buta huruf. Itulah gambaran massal manusia tentang pengertian Jahiliyah.

Di sini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan hukum. Allah sebagai satu-satunya pengatur yang mempunyai aturan/hukum yang harus ditaati oleh seluruh makhluk-Nya termasuk manusia. Hukum yang diciptakan oleh Allah dalam kehidupan manusia mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahannya agar orang tersebut kembali fitrah, tidak keluar dari garis fitrahnya, dengan demikian akan tercipta kondisi kehidupan manusia yang adil dan sejahtera.

Terdapat kesetimbangan yang luar biasa dalam seluruh gerakan dinamis alam semesta dan hal tersebut mengungkapkan bahwa kehidupan di semesta ini berlandaskan pada keseimbangan yang sangat cermat. Pergeseran yang sangat sedikit pun pada orbit benda-benda langit, bahkan hanya beberapa milimeter, dapat membawa akibat yang sangat serius. Beberapa di antaranya dapat sangat mengganggu sehingga kehidupan di bumi tidak mungkin terjadi.

Secara fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur. Yang berhak mengatur suatu makhluk adalah Sang Penciptanya sendiri, Maknluk tidak berwenang untuk mengatur makhluk lainya. Jika Rasul Allah menghukum seseorang, itu dilakukannya dalam kedudukannya selaku mandataris Allah dan atas izin Allah, bukan atas kemauannya sendiri. Itulah landasannya Allah membuat hukum yang kemudian diperintahkan kepada para rasulnya untuk ditegakkan di bumi manusia, agar manusia berhukum kepada hukum Allah, Perhatikan surat ke-5 ayat ke-49 :

"Dan hendaklah kamu menghukum dengan apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan rendah mereka."

Di samping hukum Allah, ada hukum bikinan manusia. Apa dasarnya bahwa hukum bikinan manusia adalah sesuatu yang rendah. Salah satu sifat dasar manusia adalah keinginannya untuk menguasai orang lain, atau - nafsu berkuasa. Kekuasaan dalam segala aspek kehidupan adalah alat untuk memiliki. Nah, dalam rangka memiliki itulah manusia membuat peraturan-peraturan hukum. Hukum adalah alat yang paling efektif untuk melindungi kepentingan. Jika sebuah orde kekuasaan membuat aturan hukum, esensinya untuk memuaskan keinginan atau nafsu syahwatnya atau kelompoknya.

Hampir semua ayat-ayat yang menyinggung istilah jahiliyah selalu dihubungkan dengan penolakan manusia terhadap seruan utusan Allah agar hendaknya manusia jangan mengabdi kepada selain Allah.

Umat Musa yang mengusulkan dibuatnya ilah-ilah lain sebagai pengganti Allah, disebut jahiliyah bukan karena bodoh dalam arti lawan dari kata pandai. Mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-ilah kepada Allah, tidak mau tunduk patuh kepada hukum Allah.

Iman kepada Allah tidak sebatas percaya kepada Allah atau Allah itu ada. Tetapi Iman kepada Allah adalah taat kepada perintah Allah, taat kepada hukum Allah itu sendiri, Iman mengandung esensi sebuah ketaatan, tidak hanya sebatas ketaatan batiniyah semata tetapi juga ketaatan secara fisik kepada hukum-Nya. Manakala hukum-Nya tidak diberlakukan, apakah bisa manusia taat kepada Allah?.

 

Berlanjut....

By:

Michael Zahid Aditiya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...