JAHILIYAH
Jalan pemikiran jahiliyah modern JAHILIYAH
Jalan pemikiran jahiliyah modern dewasa ini adalah
menganggap bahwa sifat daripada kebudayaan adalah berkembang dari waktu ke
waktu. Apa yang dulu 14 abad yang silam dianggap baik yang sesuai dengan
kondisi pada saat itu belum tentu cocok untuk diterapkan dalam kehidupan masa
kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, sistem komunikasi yang
begitu cepat serta perkembangan teknologi dan sains yang begitu maju, maka ide
untuk kembali menempatkan 'agama' sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia,
menjadikan hukum-hukum 'agama' sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak
populer lagi.
Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk
menyelamatkan 'agama' adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya
untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan
dengan ritual sebagi aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Itulah
pandang orang hari ini.
Kenapa Muhammad diutus di arab? Jawaban umum orang-orang
hari ini adalah karena pada waktu itu bangsa arab adalah bangsa jahiliyah.
Pengertian mereka tentang jahiliyah adalah hidup di tengah belantara padang
pasir yang panasnya membakar sepanjang tahun, gunung-gunung batu yang tandus
serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dikatakan jahiliyah karena
sifatnya yang kejam, bodoh, dan barbar. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah
(suku-suku) eksklusif. Jika satu suku bertemu dengan suku lainnya di padang
pasir satu sama lain saling baku hantam.
Mereka hidup dari berniaga dari satu dusun ke dusun lainnya,
dan ditengah jalan seringkali mereka dicegat penyamun yang merampok
barang-barang dagangan mereka. Mereka juga tidak mengenal Tuhan Allah, yang
mereka sembah adalah berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Di
sekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh
tiap kabilah yang datang ke rumah tua itu. Judi, miras, prostitusi,
pemerkosaan, pembunuhan, perampokan adalah masalah-masalah biasa dan sudah
menjadi kebudayaan mereka.
Hal yang demikian dapat terjadi karena bangsa Arab adalah
bangsa yang ummi yakni bangsa yang buta huruf. Bahkan Muhammad diakui oleh
pengikutnya sebagai Nabi yang buta huruf. Itulah gambaran massal manusia
tentang pengertian Jahiliyah.
Di sini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan
hukum. Allah sebagai satu-satunya pengatur yang mempunyai aturan/hukum yang
harus ditaati oleh seluruh makhluk-Nya termasuk manusia. Hukum yang diciptakan
oleh Allah dalam kehidupan manusia mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu
membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahannya agar orang tersebut kembali
fitrah, tidak keluar dari garis fitrahnya, dengan demikian akan tercipta
kondisi kehidupan manusia yang adil dan sejahtera.
Terdapat kesetimbangan yang luar biasa dalam seluruh gerakan
dinamis alam semesta dan hal tersebut mengungkapkan bahwa kehidupan di semesta
ini berlandaskan pada keseimbangan yang sangat cermat. Pergeseran yang sangat
sedikit pun pada orbit benda-benda langit, bahkan hanya beberapa milimeter,
dapat membawa akibat yang sangat serius. Beberapa di antaranya dapat sangat
mengganggu sehingga kehidupan di bumi tidak mungkin terjadi.
Secara fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur. Yang
berhak mengatur suatu makhluk adalah Sang Penciptanya sendiri, Maknluk tidak
berwenang untuk mengatur makhluk lainya. Jika Rasul Allah menghukum seseorang,
itu dilakukannya dalam kedudukannya selaku mandataris Allah dan atas izin
Allah, bukan atas kemauannya sendiri. Itulah landasannya Allah membuat hukum
yang kemudian diperintahkan kepada para rasulnya untuk ditegakkan di bumi
manusia, agar manusia berhukum kepada hukum Allah, Perhatikan surat ke-5 ayat
ke-49 :
"Dan hendaklah kamu menghukum dengan apa yang
diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan rendah mereka."
Di samping hukum Allah, ada hukum bikinan manusia. Apa
dasarnya bahwa hukum bikinan manusia adalah sesuatu yang rendah. Salah satu
sifat dasar manusia adalah keinginannya untuk menguasai orang lain, atau -
nafsu berkuasa. Kekuasaan dalam segala aspek kehidupan adalah alat untuk
memiliki. Nah, dalam rangka memiliki itulah manusia membuat peraturan-peraturan
hukum. Hukum adalah alat yang paling efektif untuk melindungi kepentingan. Jika
sebuah orde kekuasaan membuat aturan hukum, esensinya untuk memuaskan keinginan
atau nafsu syahwatnya atau kelompoknya.
Hampir semua ayat-ayat yang menyinggung istilah jahiliyah
selalu dihubungkan dengan penolakan manusia terhadap seruan utusan Allah agar
hendaknya manusia jangan mengabdi kepada selain Allah.
Umat Musa yang mengusulkan dibuatnya ilah-ilah lain sebagai
pengganti Allah, disebut jahiliyah bukan karena bodoh dalam arti lawan dari
kata pandai. Mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-ilah kepada Allah,
tidak mau tunduk patuh kepada hukum Allah.
Iman kepada Allah tidak sebatas percaya kepada Allah atau
Allah itu ada. Tetapi Iman kepada Allah adalah taat kepada perintah Allah, taat
kepada hukum Allah itu sendiri, Iman mengandung esensi sebuah ketaatan, tidak
hanya sebatas ketaatan batiniyah semata tetapi juga ketaatan secara fisik
kepada hukum-Nya. Manakala hukum-Nya tidak diberlakukan, apakah bisa manusia
taat kepada Allah?.
Berlanjut....
By:
Michael Zahid Aditiyan dewasa ini adalah
menganggap bahwa sifat daripada kebudayaan adalah berkembang dari waktu ke
waktu. Apa yang dulu 14 abad yang silam dianggap baik yang sesuai dengan
kondisi pada saat itu belum tentu cocok untuk diterapkan dalam kehidupan masa
kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, sistem komunikasi yang
begitu cepat serta perkembangan teknologi dan sains yang begitu maju, maka ide
untuk kembali menempatkan 'agama' sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia,
menjadikan hukum-hukum 'agama' sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak
populer lagi.
Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk
menyelamatkan 'agama' adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya
untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan
dengan ritual sebagi aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Itulah
pandang orang hari ini.
Kenapa Muhammad diutus di arab? Jawaban umum orang-orang
hari ini adalah karena pada waktu itu bangsa arab adalah bangsa jahiliyah.
Pengertian mereka tentang jahiliyah adalah hidup di tengah belantara padang
pasir yang panasnya membakar sepanjang tahun, gunung-gunung batu yang tandus
serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dikatakan jahiliyah karena
sifatnya yang kejam, bodoh, dan barbar. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah
(suku-suku) eksklusif. Jika satu suku bertemu dengan suku lainnya di padang
pasir satu sama lain saling baku hantam.
Mereka hidup dari berniaga dari satu dusun ke dusun lainnya,
dan ditengah jalan seringkali mereka dicegat penyamun yang merampok
barang-barang dagangan mereka. Mereka juga tidak mengenal Tuhan Allah, yang
mereka sembah adalah berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Di
sekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh
tiap kabilah yang datang ke rumah tua itu. Judi, miras, prostitusi,
pemerkosaan, pembunuhan, perampokan adalah masalah-masalah biasa dan sudah
menjadi kebudayaan mereka.
Hal yang demikian dapat terjadi karena bangsa Arab adalah
bangsa yang ummi yakni bangsa yang buta huruf. Bahkan Muhammad diakui oleh
pengikutnya sebagai Nabi yang buta huruf. Itulah gambaran massal manusia
tentang pengertian Jahiliyah.
Di sini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan
hukum. Allah sebagai satu-satunya pengatur yang mempunyai aturan/hukum yang
harus ditaati oleh seluruh makhluk-Nya termasuk manusia. Hukum yang diciptakan
oleh Allah dalam kehidupan manusia mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu
membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahannya agar orang tersebut kembali
fitrah, tidak keluar dari garis fitrahnya, dengan demikian akan tercipta
kondisi kehidupan manusia yang adil dan sejahtera.
Terdapat kesetimbangan yang luar biasa dalam seluruh gerakan
dinamis alam semesta dan hal tersebut mengungkapkan bahwa kehidupan di semesta
ini berlandaskan pada keseimbangan yang sangat cermat. Pergeseran yang sangat
sedikit pun pada orbit benda-benda langit, bahkan hanya beberapa milimeter,
dapat membawa akibat yang sangat serius. Beberapa di antaranya dapat sangat
mengganggu sehingga kehidupan di bumi tidak mungkin terjadi.
Secara fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur. Yang
berhak mengatur suatu makhluk adalah Sang Penciptanya sendiri, Maknluk tidak
berwenang untuk mengatur makhluk lainya. Jika Rasul Allah menghukum seseorang,
itu dilakukannya dalam kedudukannya selaku mandataris Allah dan atas izin
Allah, bukan atas kemauannya sendiri. Itulah landasannya Allah membuat hukum
yang kemudian diperintahkan kepada para rasulnya untuk ditegakkan di bumi
manusia, agar manusia berhukum kepada hukum Allah, Perhatikan surat ke-5 ayat
ke-49 :
"Dan hendaklah kamu menghukum dengan apa yang
diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan rendah mereka."
Di samping hukum Allah, ada hukum bikinan manusia. Apa
dasarnya bahwa hukum bikinan manusia adalah sesuatu yang rendah. Salah satu
sifat dasar manusia adalah keinginannya untuk menguasai orang lain, atau -
nafsu berkuasa. Kekuasaan dalam segala aspek kehidupan adalah alat untuk
memiliki. Nah, dalam rangka memiliki itulah manusia membuat peraturan-peraturan
hukum. Hukum adalah alat yang paling efektif untuk melindungi kepentingan. Jika
sebuah orde kekuasaan membuat aturan hukum, esensinya untuk memuaskan keinginan
atau nafsu syahwatnya atau kelompoknya.
Hampir semua ayat-ayat yang menyinggung istilah jahiliyah
selalu dihubungkan dengan penolakan manusia terhadap seruan utusan Allah agar
hendaknya manusia jangan mengabdi kepada selain Allah.
Umat Musa yang mengusulkan dibuatnya ilah-ilah lain sebagai
pengganti Allah, disebut jahiliyah bukan karena bodoh dalam arti lawan dari
kata pandai. Mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-ilah kepada Allah,
tidak mau tunduk patuh kepada hukum Allah.
Iman kepada Allah tidak sebatas percaya kepada Allah atau
Allah itu ada. Tetapi Iman kepada Allah adalah taat kepada perintah Allah, taat
kepada hukum Allah itu sendiri, Iman mengandung esensi sebuah ketaatan, tidak
hanya sebatas ketaatan batiniyah semata tetapi juga ketaatan secara fisik
kepada hukum-Nya. Manakala hukum-Nya tidak diberlakukan, apakah bisa manusia
taat kepada Allah?.
Berlanjut....
By:
Michael Zahid Aditiya