PADA ZAMAN JAHILIYAH
Sebelum Muhammad mendakwahkan ajarannya kepada bangsa Arab,
jangan disangka bahwa mereka (bangsa arab) tidak mengenal istilah Allah, mereka
sebenarnya sudah mengenal nama Allah. Gambaran orang bahwa bangsa arab sebagai
penyembah patung seperti kebudayaan yunani, adalah suatu khayalan yang tidak
didukung oleh fakta maupun logika yang sehat. Sebenarnya bangsa arab bukanlah
penyembah patung, karena mereka sudah mengenal nama Allah jauh sebelum Muhammad
datang kepada mereka.
Tetapi kenapa Allah mengatakan bahwa bangsa arab pada waktu
itu adalah bangsa jahiliyah? bangsa yang mempersekutukan Allah? Ini yang harus
kita bongkar. Bukti bahwa bangsa arab pada waktu sebelum Muhammad diangkat
menjadi utusan Allah sudah mengenal nama Allah, adalah sambutan yang diberikan
oleh paman Muhammad yakni Abu Tholib dan seorang pendeta nasrani yakni Waroqah
bin Naufal dalam acara pernikahan Muhammad dengan Siti Khodijah.
Sambutan Ali Bin Abi Thalib:
“Segala puji hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita
dari keturunan Ibrahim dari bibit tanaman Ismael dari pokok Ma'aad dari cucu
Mudar, yang telah menjadikan kita penjaga dan pemelihara rumahNya (Allah) yaitu
ka'bah, pengurus dan pengatur tanah suci-Nya yang tanah dan Rumah itu untuk
digunakan bagi ibadah haji dan untuk perlindungan yang mendatangkan keamanan,
dan yang telah menjadikan kita sebagai hakim bagi segenap umat manusia.
Kemudian daripada itu, sesungguhnya anak saudaraku ini Muhammad bin Abdillah,
tidaklah dapat ditimbang dan dibanding dengan seorang laki-laki lain, baik
kemuliannya, keutamaannya, keluhuran budi pekertinya, maupun kebangsawanannya,
melainkan pasti dapat kemenangan, meskipun dia seorang yang tidak mampu. Karena
memang harta benda itu ringan dan mudah lenyap, urusan yang menutup kebenaran,
yang mengganggu kebaikan, dan barang pinjaman yang musti diambil kembali oleh
yang punya. Demi Allah , Muhammad ini kelak akan membawa berita gembira yang
besar, kepentingan yang amat berguna, dan tuntunan yang amat mulia.
Sesungguhnya pada hari ini, telah menggembirakan bagi saudara-saudara jalah khodijah
bin khuwalid yang telah dipinang dan diambil istri oleh Muhammad bin Abdillah
dengan mas kawin baik yang tunai maupun yang ditangguhkan dari harta bendaku
sebesar dua belas setengah aqiyyah adanya.”
Seusai Abu Tholib memberikan sambutan, berdirilah Waroqah
bin Naufal untuk menyambut pidato Abu Tholib.
“Segala puji dan sanjung hanya bagi Allah jua , yang
telah menjadikan kita sebagai apa yang telah engkau nyatakan tadi. Kita kepala
bangsa arab dan pahlawan-pahlawannya adalah orang yang ahli tentang itu. Tidak
ada orang arab yang mengingkari akan kemuliaan saudara-saudara dan tidak ada
seorang pun yang menolak akan keluhuran saudara-saudara. Maka itu saksikanlah
wahai saudara-saudara bangsa Quraisy bahwasanya Aku pada hari ini. telah
menikahkan khodijah binti khuwalid dengan Muhammad bin Abdillah dengan
menyediakan untuk peralatan perkawinan ini 400 dinar.
Kutipan yang panjang lebar ini merupakan data nyata, bukti
sejarah, bahwa fitnah orang tentang bangsa Arab tidak kenal Tuhan Allah adalah
bohong atau tidak benar. Karena mungkinkah orang yang menyatakan segala puji
bagi Allah atau segala puji dan sanjung hanya bagi Mu-lah jua itu adalah
penyembah patung patung (yang terbuat dari batu atau kayu)?
Abu Jahal (sebutan bagi pemimpin bangsa jahiliyah) adalah
orang yang sangat kental imannya kepada Allah, sangat dominan dengan
perkataan-perkataan agamais dan ritus-ritus agamais di Ka'bah. Tetapi dia
adalah orang yang tidak percaya, bahwa mengabdi kepada Allah harus taat dan
tunduk patuh kepada aturan atau hukum Allah. Abu Jahal adalah orang yang yakin
dan percaya bahwa alam semesta dan manusia adalah ciptaan Allah, adalah
Kerajaan Allah. Tetapi disebabkan Muhammad adalah utusan Allah dia tidak mau
mengimaninya. Kenapa dia tidak mau beriman kepada Muhammad? Karena Muhammad
datang dengan membawa sistem kehidupan yang berdasarkan kepatuhan hanya kepada
Allah, maka dia menolaknya, karena itu dia dikatakan orang yang kafir kepada
Allah dan utusan-Nya.
Bangsa Arab tinggal di jazirah Arabia, yang kita lihat pada
peta dunia adalah satu titik tengah dunia atau jantungnya dunia. Pada saat itu
mereka dijepit oleh dua kekuasaan besar. Di sebelah barat oleh imperium Romawi
dengan Negara satelitnya, dan di sebelah timur oleh imperium Persia juga dengan
seluruh daerah jajahannya yang merupakan Negara boneka. Kekuasaan politik
adalah panglima dari aspek-aspek kehidupan lainnya. Artinya jika suatu bangsa
yang berada di bawah kekuasaan Romawi, maka seluruh corak kehidupan manusia
yang ada di dalamnya berkiblat ke Roma. Demikian halnya yang berada dibawah
Persia, semua nilai-nilai budaya akan dipengaruhi oleh si Tuan Besar itu.
Yang perlu kita simak dari kedua imperium tersebut adalah
perbedaan ideologi politiknya. Bangsa Romawi walaupun diperintah oleh
raja-raja, namun corak kehidupannya liberal. Sebaliknya bangsa Persia, corak
kehidupannya adalah komunis dengan peran militer sebagai kekuatan pengendali,
namun demikian kedua imperium ini berakar pada ideologi yang sama, yaitu
kehidupan materialism . Dua model kekuasaan tersebut berebut supremasi politik
dunia, tetapi keduanya tidak mampu menciptakan suatu bentuk masyarakat
international yang damai, adil, dan sejahtera. Mengapa demikian? Jawaban Allah
sangat tegas, yaitu karena kedua sistem kekuasaan itu (liberal dan komunis)
adalah bathil.
Bathil adalah istilah untuk menyatakan bahwa keduanya adalah
isme-isme bikinan manusia yang tidak pernah ada buktinya dalam perjalanan umat
manusia memberikan keselamatan dan kesejahteraan, tetapi mereka tetap
memujanya. Perhatikan Surat ke 53 ayat ke 23: “(Dewa-dewa yang mereka puja)
itu tidak lain hanyalah isme-isme yang kalian dan bapak-bapak kalian
mengada-adakannya saja, Allah tidak pernah menurunkan ilmu seperti itu.
Sesungguhnya yang mereka ikuti tidak lain hanyatah angan-angan belaka, dan sesuatu
kebutuhan nafsu biologis, padahal sudah ada petunjuk untuk mereka yang berasal
dari Pencipta mereka sendiri.
” Surat ke 2 ayat ke-77: “Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur (sistem timur) dan barat (sistem barat) itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada & Allah
(menghadapkan diri kepada sistem Allah).
Bangsa Arab dari semenjak Abraham telah menata jazirah arab.
Suku-suku yang ada di sana sudah memiliki simbol-simbol kehormatan semacam ini.
Di antaranya adalah simbol Hubal, Latta, Uzza, Manaat, dan Nasr. Simbol-simbol
tersebut adalah berbagai bentuk nama-nama, gambar atau bendera dari berbagai
partai-partai yang ada. Ukir-ukiran dari kayu, batu, perunggu mewakili legenda
seorang pemimpin atau mewakili norma-norma adat dan budaya leluhur / nenek
moyang dari suku atau bangsa itu. Surat ke-29 ayat ke-25:
“Dan berkata Abraham: "Sesungguhnya yang kamu
jadikan pelindung selain Allah itu adalah berhala yang kalian jadikan lambang
untuk menciptakan persatuan dan kasih sayang di antara kalian dalam kehidupan
dunia ini, kemudian pada “hari tegaknya keadilan” sebahagian kamu mengingkari
sebahagian yang lain dan saling menghujat satu sama lainnya dan tempat
kembalimu ialah neraka, dan tak akan ada yang membela lagi.”
Budaya umat seperti ini adalah klasik, tak pernah hilang.
Hampir semua bangsa yang katanya modern, eksis dengan budaya seperti itu.
Jadi demikianlah pemahaman jahiliyah, yakni dimana manusia
atau bangsa mengaku atau merasa menjadi umatnya Allah, menjadi umat kesayangan
Allah, tetapi mereka mengabdi kepada hukum yang selain Allah, membuat tata
aturan hidup sendiri yang tidak berdasarkan kitab-kitab Allah. Ajaran Allah
hanya dijadikan sebagai ajaran budi pekerti, tidak dijadikan sebagai aturan
hidup atau falsafah berbangsa dan bernegara.
By:
Michael Zahid
Aditiya