Minggu, 01 Juni 2025

PADA ZAMAN JAHILIYAH

 

PADA ZAMAN JAHILIYAH

Sebelum Muhammad mendakwahkan ajarannya kepada bangsa Arab, jangan disangka bahwa mereka (bangsa arab) tidak mengenal istilah Allah, mereka sebenarnya sudah mengenal nama Allah. Gambaran orang bahwa bangsa arab sebagai penyembah patung seperti kebudayaan yunani, adalah suatu khayalan yang tidak didukung oleh fakta maupun logika yang sehat. Sebenarnya bangsa arab bukanlah penyembah patung, karena mereka sudah mengenal nama Allah jauh sebelum Muhammad datang kepada mereka.

Tetapi kenapa Allah mengatakan bahwa bangsa arab pada waktu itu adalah bangsa jahiliyah? bangsa yang mempersekutukan Allah? Ini yang harus kita bongkar. Bukti bahwa bangsa arab pada waktu sebelum Muhammad diangkat menjadi utusan Allah sudah mengenal nama Allah, adalah sambutan yang diberikan oleh paman Muhammad yakni Abu Tholib dan seorang pendeta nasrani yakni Waroqah bin Naufal dalam acara pernikahan Muhammad dengan Siti Khodijah.

Sambutan Ali Bin Abi Thalib:

Segala puji hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dari keturunan Ibrahim dari bibit tanaman Ismael dari pokok Ma'aad dari cucu Mudar, yang telah menjadikan kita penjaga dan pemelihara rumahNya (Allah) yaitu ka'bah, pengurus dan pengatur tanah suci-Nya yang tanah dan Rumah itu untuk digunakan bagi ibadah haji dan untuk perlindungan yang mendatangkan keamanan, dan yang telah menjadikan kita sebagai hakim bagi segenap umat manusia. Kemudian daripada itu, sesungguhnya anak saudaraku ini Muhammad bin Abdillah, tidaklah dapat ditimbang dan dibanding dengan seorang laki-laki lain, baik kemuliannya, keutamaannya, keluhuran budi pekertinya, maupun kebangsawanannya, melainkan pasti dapat kemenangan, meskipun dia seorang yang tidak mampu. Karena memang harta benda itu ringan dan mudah lenyap, urusan yang menutup kebenaran, yang mengganggu kebaikan, dan barang pinjaman yang musti diambil kembali oleh yang punya. Demi Allah , Muhammad ini kelak akan membawa berita gembira yang besar, kepentingan yang amat berguna, dan tuntunan yang amat mulia. Sesungguhnya pada hari ini, telah menggembirakan bagi saudara-saudara jalah khodijah bin khuwalid yang telah dipinang dan diambil istri oleh Muhammad bin Abdillah dengan mas kawin baik yang tunai maupun yang ditangguhkan dari harta bendaku sebesar dua belas setengah aqiyyah adanya.”

Seusai Abu Tholib memberikan sambutan, berdirilah Waroqah bin Naufal untuk menyambut pidato Abu Tholib.

“Segala puji dan sanjung hanya bagi Allah jua , yang telah menjadikan kita sebagai apa yang telah engkau nyatakan tadi. Kita kepala bangsa arab dan pahlawan-pahlawannya adalah orang yang ahli tentang itu. Tidak ada orang arab yang mengingkari akan kemuliaan saudara-saudara dan tidak ada seorang pun yang menolak akan keluhuran saudara-saudara. Maka itu saksikanlah wahai saudara-saudara bangsa Quraisy bahwasanya Aku pada hari ini. telah menikahkan khodijah binti khuwalid dengan Muhammad bin Abdillah dengan menyediakan untuk peralatan perkawinan ini 400 dinar.

Kutipan yang panjang lebar ini merupakan data nyata, bukti sejarah, bahwa fitnah orang tentang bangsa Arab tidak kenal Tuhan Allah adalah bohong atau tidak benar. Karena mungkinkah orang yang menyatakan segala puji bagi Allah atau segala puji dan sanjung hanya bagi Mu-lah jua itu adalah penyembah patung patung (yang terbuat dari batu atau kayu)?

Abu Jahal (sebutan bagi pemimpin bangsa jahiliyah) adalah orang yang sangat kental imannya kepada Allah, sangat dominan dengan perkataan-perkataan agamais dan ritus-ritus agamais di Ka'bah. Tetapi dia adalah orang yang tidak percaya, bahwa mengabdi kepada Allah harus taat dan tunduk patuh kepada aturan atau hukum Allah. Abu Jahal adalah orang yang yakin dan percaya bahwa alam semesta dan manusia adalah ciptaan Allah, adalah Kerajaan Allah. Tetapi disebabkan Muhammad adalah utusan Allah dia tidak mau mengimaninya. Kenapa dia tidak mau beriman kepada Muhammad? Karena Muhammad datang dengan membawa sistem kehidupan yang berdasarkan kepatuhan hanya kepada Allah, maka dia menolaknya, karena itu dia dikatakan orang yang kafir kepada Allah dan utusan-Nya.

Bangsa Arab tinggal di jazirah Arabia, yang kita lihat pada peta dunia adalah satu titik tengah dunia atau jantungnya dunia. Pada saat itu mereka dijepit oleh dua kekuasaan besar. Di sebelah barat oleh imperium Romawi dengan Negara satelitnya, dan di sebelah timur oleh imperium Persia juga dengan seluruh daerah jajahannya yang merupakan Negara boneka. Kekuasaan politik adalah panglima dari aspek-aspek kehidupan lainnya. Artinya jika suatu bangsa yang berada di bawah kekuasaan Romawi, maka seluruh corak kehidupan manusia yang ada di dalamnya berkiblat ke Roma. Demikian halnya yang berada dibawah Persia, semua nilai-nilai budaya akan dipengaruhi oleh si Tuan Besar itu.

Yang perlu kita simak dari kedua imperium tersebut adalah perbedaan ideologi politiknya. Bangsa Romawi walaupun diperintah oleh raja-raja, namun corak kehidupannya liberal. Sebaliknya bangsa Persia, corak kehidupannya adalah komunis dengan peran militer sebagai kekuatan pengendali, namun demikian kedua imperium ini berakar pada ideologi yang sama, yaitu kehidupan materialism . Dua model kekuasaan tersebut berebut supremasi politik dunia, tetapi keduanya tidak mampu menciptakan suatu bentuk masyarakat international yang damai, adil, dan sejahtera. Mengapa demikian? Jawaban Allah sangat tegas, yaitu karena kedua sistem kekuasaan itu (liberal dan komunis) adalah bathil.

Bathil adalah istilah untuk menyatakan bahwa keduanya adalah isme-isme bikinan manusia yang tidak pernah ada buktinya dalam perjalanan umat manusia memberikan keselamatan dan kesejahteraan, tetapi mereka tetap memujanya. Perhatikan Surat ke 53 ayat ke 23: “(Dewa-dewa yang mereka puja) itu tidak lain hanyalah isme-isme yang kalian dan bapak-bapak kalian mengada-adakannya saja, Allah tidak pernah menurunkan ilmu seperti itu. Sesungguhnya yang mereka ikuti tidak lain hanyatah angan-angan belaka, dan sesuatu kebutuhan nafsu biologis, padahal sudah ada petunjuk untuk mereka yang berasal dari Pencipta mereka sendiri.

” Surat ke 2 ayat ke-77: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur (sistem timur) dan barat (sistem barat) itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada & Allah (menghadapkan diri kepada sistem Allah).

Bangsa Arab dari semenjak Abraham telah menata jazirah arab. Suku-suku yang ada di sana sudah memiliki simbol-simbol kehormatan semacam ini. Di antaranya adalah simbol Hubal, Latta, Uzza, Manaat, dan Nasr. Simbol-simbol tersebut adalah berbagai bentuk nama-nama, gambar atau bendera dari berbagai partai-partai yang ada. Ukir-ukiran dari kayu, batu, perunggu mewakili legenda seorang pemimpin atau mewakili norma-norma adat dan budaya leluhur / nenek moyang dari suku atau bangsa itu. Surat ke-29 ayat ke-25:

Dan berkata Abraham: "Sesungguhnya yang kamu jadikan pelindung selain Allah itu adalah berhala yang kalian jadikan lambang untuk menciptakan persatuan dan kasih sayang di antara kalian dalam kehidupan dunia ini, kemudian pada “hari tegaknya keadilan” sebahagian kamu mengingkari sebahagian yang lain dan saling menghujat satu sama lainnya dan tempat kembalimu ialah neraka, dan tak akan ada yang membela lagi.”

Budaya umat seperti ini adalah klasik, tak pernah hilang. Hampir semua bangsa yang katanya modern, eksis dengan budaya seperti itu.

Jadi demikianlah pemahaman jahiliyah, yakni dimana manusia atau bangsa mengaku atau merasa menjadi umatnya Allah, menjadi umat kesayangan Allah, tetapi mereka mengabdi kepada hukum yang selain Allah, membuat tata aturan hidup sendiri yang tidak berdasarkan kitab-kitab Allah. Ajaran Allah hanya dijadikan sebagai ajaran budi pekerti, tidak dijadikan sebagai aturan hidup atau falsafah berbangsa dan bernegara.

 

By:

 Michael Zahid Aditiya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...