Sabtu, 16 November 2024

Dunia Ilmu


Sejatinya keharmonisan dan keseimbangan yang ada pada alam tercipta karena ukuran yang sudah ditetapkan. Apapun yang kita saksikan dan rasakan, baik pada diri maupun lingkungan sudah disetting untuk berjalan sesuai undangan. Tidak satu iota pun makhluk di alam yang bergerak diluar skenario Tuhan Semesta Alam. Ketika ada yang bergerak tidak sesuai dengan skenario-Nya, maka kerusakan menjadi jawaban atas pelanggaran yang dibuat. Sekali lagi ini semua sudah tercatat, baik akibat dari ketaatan maupun pengingkaran atas ukuran yang sudah ditetapkan Tuhan pada hukum alam.

 

Manusia tidak bisa berlepas diri dari hukum yang ada pada alam, karena dia terikat dengannya suka ataupun tidak. Bersyukur atau menjadi kufur atas nikmat yang diberikan, sudah menjadi bagian dari rencana besar Tuhan atas sikap manusia dalam mengambil pilihan.  Secara bawaan manusia dibekali dengan kenikmatan yang sama, yakni memiliki sarana pendengaran, penglihatan, dan pemahaman. Ketiga nikmat inilah yang menjadi modal besar manusia untuk mengeksplorasi diri dan lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar karena memilikinya, sehingga tidak ada alasan baginya untuk memposisikan diri tidak mengetahui apa-apa.

 

Pengetahuan hanya bisa diperoleh dengan menggunakan tiga sarana yang telah diberikan Tuhan semenjak kita dilahirkan. Secara fungsional ketiganya dapat berfungsi dengan baik ketika umur manusia sudah cukup secara biologis. Artinya, Tuhan sudah menyediakan waktu yang berjenjang untuk memberikan tanggung-jawab pada waktunya. Kemampuan manusia dalam mencari dan menggali pengetahuan sudah dibekalinya, Dia tidak pernah menzalimi manusia atas kondisi kebodohan yang ada, sehingga ketertinggalan dirinya atas pengetahuan adalah buah dari kemalasan berpikir.

 

Seorang ilmuwan tidak dilahirkan tanpa ada rasa ingin tahu yang mendalam. Tujuan hidup dan keinginan yang kuat yang menghantarkan dirinya menjadi berpengetahuan. Tetapi seorang ilmuwan tidak akan pernah bisa belajar jika medianya tidak disediakan, itulah peranan alam semesta  yang diciptakan Tuhan untuk memenuhi keinginan akan pengetahuan. Kehadiran alam semesta beserta isinya adalah media belajar manusia untuk mensyukuri nikmat pengetahuan. Jadi, alangkah bodoh dan naifnya manusia yang menyalahkan Tuhan atas kemiskinan ilmu yang dirasakan. Sekali lagi, semua sarana dan prasarananya sudah disediakan, sekarang tergantung kepada manusia mau atau tidak untuk memiliki ilmu pengetahuan.

 

Dengan pengetahuan manusia menjadi makhluk yang bermanfaat dan berguna bagi mahkluk yang lainnya, dia akan mengukur segala sesuatu yang diperbuatnya dengan ilmu agar menimbulkan manfaat bagi alam sekitar. Itulah manfaat jika manusia hidup berdasarkan ilmu alam, dia akan menyelaraskan dirinya dengan perilaku alam. Dan tidak akan menjadi aktor perusak dari ketidakseimbangan alam, karena kekacauan iklim yang terjadi disebabkan manusia melupakan peranannya sebagai aktor utama yang menciptakan keseimbangan pada alam.

 

Jika kita mau jujur mengakui, bahwasanya isi Kitab Suci adalah cerita yang ada pada alam, baik yang dilakukan manusia ataupun makhluk  lainnya. Kenapa demikian?, sebab tidak ada kemunafikan pada alam, dia hadir apa adanya tanpa dibungkus atau dipoles dengan kepura-puraan. Kita belajar kejujuran dari alam, itulah ilmu pengetahuan, sehingga ketika manusia mau hidup selaras dan berdampingan dengan alam maka sesungguhnya, dirinya sudah menjadi bagian dari yang menyelamatkan alam. Betapa indahnya jika hidup ini bisa berbagi kepada orang yang belum mengetahui, karena begitulah alam mengajarkan manusia untuk menjadi makhluk yang pandai bersyukur kepada Sang Pencipta.

 

Penulis:

Michael Zahid Aditya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...