Tidak lama lagi kita akan dihadapkan, pada situasi yang
mengajak untuk memberikan pilihan dari kepemimpinan baik yang ada di daerah,
kabupaten dan kota. Banyak sudah
harapan dan janji-janji yang disampaikan dan di ulang-ulang, visi misi telah
disoundingkan, berbagai solusi juga banyak yang ditawarkan hanya untuk
mendulang suara rakyat sebanyak-banyaknya sebagai modal kemenangan. Salam
tempel menjadi jawaban atas keraguan mereka dari teriakan-teriakan yang
dibunyikan. Kultur masyarakat pragmatis sudah lama terbentuk pada bangsa ini,
menginginkan sesuatu yang praktis dan dapat dirasakan langsung akibatnya,
itulah model masyarakat bangsa ini.
Salahkah posisi rakyat seperti ini?, menyalahkan itu
perkara mudah, yang harus dipertanyakan adalah sampai kapan ini diberlakukan?.
Kejujuran menjadi barang langka yang sulit didapatkan dan kemunafikan selalu
diproduksi tanpa batasan. Salahkah rakyat yang memilih bukan atas kejujuran?,
atau memilih tanpa tekanan dan seperak uang yang diberikan. Pada akhirnya bukan
kejujuran yang menjadi pilihan, tetapi benih kemunafikanlah yang sejak awal
sudah ditanam dan ditumbuh suburkan untuk menjadi pemenang.
Samakah suara rakyat dengan suara Tuhan?, apakah suara
rakyat benar-benar mewakili suara Tuhan?, Bisakah suara Tuhan diperjualbelikan
demi kepentingan?. Beberapa pertanyaan ini, tentunya dapat dijawab selama
pikiran yang bersih dikedepankan. Pikiran yang kotor hanya memperkeruh dan menjungkirbalikkan fakta dari kebenaran.
Telah banyak kerusakan yang terjadi akibat suara Tuhan mengikuti suara
kebanyakan orang, Ketika kepentingan universal dapat dikalahkan dengan
kepentingan parsial, maka memperkaya kelompok dan golongannya saja yang di
utamakan. Tidak peduli berapa banyak yang dirugikan, baginya kebahagiaan
kelompoknya lah yang dimenangkan.
Sebagai bahan renungan dari tulisan ini, mari kita berkaca
dengan firman Tuhan dalam Kitab Suci Al-Qur'an, di surat Al-Mu'minun ayat 71;
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَـقُّ اَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّ ۗ بَلْ اَتَيْنٰهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُّعْرِضُوْنَ
"Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan
mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan
Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari
peringatan itu."
Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan untuk kita berpikir
jernih dan membebaskan diri dari tekanan kepentingan segelintir orang, yang
mencari keuntungan dengan penipuan.
Penulis:
Michael
Zahid Aditya