Selasa, 26 November 2024

Suara Tuhan Atau Suara Rakyat

 

Tidak lama lagi kita akan dihadapkan, pada situasi yang mengajak untuk memberikan pilihan dari kepemimpinan baik yang ada di daerah, kabupaten dan kota.   Banyak sudah harapan dan janji-janji yang disampaikan dan di ulang-ulang, visi misi telah disoundingkan, berbagai solusi juga banyak yang ditawarkan hanya untuk mendulang suara rakyat sebanyak-banyaknya sebagai modal kemenangan. Salam tempel menjadi jawaban atas keraguan mereka dari teriakan-teriakan yang dibunyikan. Kultur masyarakat pragmatis sudah lama terbentuk pada bangsa ini, menginginkan sesuatu yang praktis dan dapat dirasakan langsung akibatnya, itulah model masyarakat bangsa ini.

Salahkah posisi rakyat seperti ini?, menyalahkan itu perkara mudah, yang harus dipertanyakan adalah sampai kapan ini diberlakukan?. Kejujuran menjadi barang langka yang sulit didapatkan dan kemunafikan selalu diproduksi tanpa batasan. Salahkah rakyat yang memilih bukan atas kejujuran?, atau memilih tanpa tekanan dan seperak uang yang diberikan. Pada akhirnya bukan kejujuran yang menjadi pilihan, tetapi benih kemunafikanlah yang sejak awal sudah ditanam dan ditumbuh suburkan untuk menjadi pemenang.

Samakah suara rakyat dengan suara Tuhan?, apakah suara rakyat benar-benar mewakili suara Tuhan?, Bisakah suara Tuhan diperjualbelikan demi kepentingan?. Beberapa pertanyaan ini, tentunya dapat dijawab selama pikiran yang bersih dikedepankan. Pikiran yang kotor hanya memperkeruh dan  menjungkirbalikkan fakta dari kebenaran. Telah banyak kerusakan yang terjadi akibat suara Tuhan mengikuti suara kebanyakan orang, Ketika kepentingan universal dapat dikalahkan dengan kepentingan parsial, maka memperkaya kelompok dan golongannya saja yang di utamakan. Tidak peduli berapa banyak yang dirugikan, baginya kebahagiaan kelompoknya lah yang dimenangkan.

Sebagai bahan renungan dari tulisan ini, mari kita berkaca dengan firman Tuhan dalam Kitab Suci Al-Qur'an, di surat Al-Mu'minun ayat 71;

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَـقُّ اَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗبَلْ اَتَيْنٰهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُّعْرِضُوْنَ

"Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu."

Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan untuk kita berpikir jernih dan membebaskan diri dari tekanan kepentingan segelintir orang, yang mencari keuntungan dengan penipuan.

Penulis:

Michael Zahid Aditya

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...