Minggu, 15 Juni 2025

Serpihan petuah

 Serpihan petuah
   Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nusantara ini yang dipilih oleh Tu(h)an Semesta Alam sebagai cikal bakal penerus estapeta perjuangan misi Risallah atau disebut juga sebagai penggarap-penggarap kebun Allah. 
Dengan awal yang bersumber dari misaq atau bahasa sederhananya janji setia dengan Allah Qs Al Ahzab 33/7 melalui saksi-saksi Tu(h)an Semesta Alam, itulah maka kita diproses dan dibina menjadi mukmin yang sejati, oleh karena itu jangan sampai kita berhianat kepada Allah atas apa yang sudah diikrarkan Qs Al Fath 48/10 justru sebaliknya kita harus selalu pro aktif kepada segala apa yang menjadi titah perintah-Nya.
Dalam melakukan program pembersihan qalbu atau aqidah tentunya harus dengan metode atau cara-cara yang diperintahkan Tu(h)an Semesta Alam melalui utusannya (Rasul).
    Apa yang disebut berpikir itu
sesungguhnya adalah suatu mekanisme interaksi ingatan yang terjadi dalam kesadaran qalbu manusia atas dasar rangsangan (aksi) dari luar. Pergumulan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh seseorang dalam arsif ingatan yang ada di alam sadar ataupun alam bawah sadar semua akan menghasilkan sebuah sintesis berupa keputusan/kesimpulan. Dari proses berpikir (tafakkur) tersebut akan menjadi sangat penting bagi setiap diri manusia untuk senantiasa selalu mengunduh memasukan Ruhul Qudus (Firman Allah) kedalam qalbu.
Semua proses itu dapat dilaksanakan melalui, membaca, mendengar atau menghafal firman-firman Allah yang telah dikuasainya atau pahami. Secara asasi seseorang dapat melakukan aktivitas yang pas, yang sesuai kehendak-Nya bila itu ada didalam kesadaran qalbunya. Demikian hal sebaliknya seseorang tidak akan mungkin dapat mengaplikasi firman Tu(h)an Semesta Alam bila mana wahyu tersebut tidak ada didalam kesadaran qalbunya.
Memasukan wahyu Al Qur'an kedalam kesadaran qalbu, seseorang merupakan metode dari pembersihan qalbu dari bercak noda syirik yang lebih dahulu telah bersemayam.
Ketika wahyu (Ruhul Qudus) sudah bersemayam dalam arsif ingatan qalbu kita maka Dia akan menjadi kekuatan (power) dan juga akan mewarnai setiap pemikiran, perkataan dan laku perbuatan kita, maka sesungguhnya perkataan seseorang itu adalah cerminan/refleksi dari wahyu/ilmu.
Aktualisasi dari pekerjaan Tu(h)an Semesta Alam itu adalah dari perwujudan seseorang yang sedang berdakwah mengajak manusia lain menuju jalan yang diridhai-Nya.
               Disadur kembali oleh:
                          Zimran A.E.

Kamis, 12 Juni 2025

MELAWAN ARUS TRADISI NENEK MOYANG.

 

MELAWAN ARUS TRADISI NENEK MOYANG.


     Terbawa oleh arus dari suatu kondisi keadaan yang mau tak mau seperti menjadi  keharusan untuk melaksanakan apa-apa dari segala aturan atau sistem hukum yang  berlaku dan juga oleh karena memang semuanya sudah terlanjur di yakini dan  merasa semua akan dapat terwujud dari sesuatu yang memang sangat kita idam-idamkan dan inginkan, yaitu kehidupan surga ( Qs al baqarah 2/170 ), padahal kepastian dari sebuah harapan tujuan itu belumlah tentu terukur, terarah dan atau belum tentu bernilai obyektif ilmiah apa lagi merasa yakin akan sampai kepada puncak kejayaannya, sebab semua itu sangatlah mustahil jika sesuatu yang dikerjakannya itu akan dapat membuahkan hasil, tanpa dengan adanya aturan hukum yang pasti atau absolut, maksudnya aturan hukum yang bersumber dari sebuah petunjuk prodak dari yang di kehendaki dan diridhai oleh Sang Pencipta.
         Gerak kehidupan yang ada pada diri setiap insan itu seolah-olah tertutup oleh awan yang sangat tebal, sehingga terasa sulit untuk berontak serta menepis guna memastikan kebenaran jalan yang sedang dilaluinya.
          Kesadaran dari setiap diri pun seakan lepas bahkan  seperti diabaikannya saja dari arus gelombang yang ada, padahal semua itu akan membawa kehidupannya kepada kebinasaan dan kehancuran semata.
        Gambaran potret dari kehidupan yang ada merupakan perwujudan dari keakuan suatu konsep kebenaran yang hanya dimonopoli oleh tiap-tiap golongan tertentu di komunitasnya saja, yang padahal pada kenyataannya, yang terjadi hanya membuahkan suatu perpecahan juga sengketa antar sesama dan itu ternyata jika kita merunut kepada apa kata al qur'an maka semua itu dimata Sang Pencipta  adalah merupakan orang yang telah dianggap sudah menduakan Tu(h)an yang sesungguhnya.( Qs ar rum 30/31-32 )
         Semangat juang fisabilillah itu seharusnya digelorakan ke arah perubahan  dan perbaikan serta juga  semua itu seharusnya juga dibumikan atau didialogkan guna untuk mempersatukan visi dan misi dari sebuah tujuan hidup yang benar menurut dari Sang Pencipta yaitu Ad Dien Al Islam atau An Aqimuddin.( Qs asy syura 42/13 ).

              By: GTW.

BILA KHILAFAH TEGAK

 

BILA KHILAFAH TEGAK

Kesempurnaan Islam sering kali disampaikan oleh para agamis dan tokoh ilmuan islam masa kini dengan memperlihatkan kehidupan berbangsa-bangsa yang hidup aman dan selesa. Kehidupan yang berpandukan kepada pelbagai jenis agama yang hidup dalam satu masyarakat yang pelbagai dan berdasarkan hukum yang dibuat manusia.

Namun berdasarkan pernyataan Al-Quran surat Al-Maidah ayat 3 mengenai kesempurnaan Din Al-Islam yang memiliki maksud bahawa Din Al-Islam yang Rasulullah Muhammad dan kaum mukmin perjuangkan telah berwujud dalam bentuk tegaknya kekuasaan hukum Allah di muka bumi. Pernyataan ini dinyatakan setelah Futuh Mekah dan diikuti dengan berduyun-duyunnya suku-suku bangsa di Jazirah Arab untuk tunduk di bawah kuasa Khilafah Islamiyah.

Dengan kemenangan dan tegaknya kekuasaan itu, kaum mukmin telah memiliki empat syarat pengabdian yang benar kepada Allah iaitu pertama; kesatuan ummat yang diikuti oleh kesatuan aqidah dan  visi hidup. Kedua; Tegaknya Sulthan iaitu kekuasaaan politik yang kukuh berdasarkan Ulil amri. Ketiga; Sempurnya hukum yang mencakupi seluruh aspek kehidupan manusia. Keempat; Wilayah untuk mewujudkan cita-cita Islam sebagai Khilafah fil-Ardh.
Din yang berinti pada syariat iaitu hukum baru dikatakan sempurna ketika ia didukung oleh sarana hukum berupa kekuasaan hukum Allah, aparat hukum Allah dan legitimasi umat yang tunduk kepada hukum Allah. Jika syarat wajib ini tidak dimiliki, Din Al-Islam pun akan runtuh dan hilang sifat kesempurnaannya.

Hari ini, Din Al-Islam secara konseptual melalui Al-Quran dan produk peradabannya memang sudah sempurna. Namun, untuk mengapplikasi dan mengaktualisasikan nilai-nilai hukum yang mengatur kegiatan muamalah diperlukan satu proses bertahap yang sesuai dengan pencapaian usaha jihad itu sendiri.

By.GTW

Jumat, 06 Juni 2025

Pembodohan Massal

 

Pembodohan Massal


     Memahami sejarah Idul Adha
sebenarnya adalah sebuah fonomena amnesti atau grasi hukum yang telah diberikan kepada orang-orang kafir yang masih membangkang atas pilihan sikap hidupnya menurut kekuasaan khilafah yaitu Ad Dien Al Islam.
     Merujuk pada surat Ali'Imran (3) ayat 7 pemotongan hewan qurban disini bukanlah dalam hal memotong hewan seperti sapi, kambing domba dll, tetapi sesungguhnya adalah memenggal kepala seseorang yang masih membangkang yang seperti karakter hewan pada umumnya terhadap undang-undang hukum yang berlaku Qs Al Maidah 5/3.
Dilihat dari kaca mata tradisi disini, jika dilihat bahwa setiap pada hari raya Idul Fitri dan menjelang 4 bulan setelahnya itu pasti ada hari raya lagi yaitu hari raya Idul Adha, itulah yang disebut sejarah amnesti Idul Adha yang diberikan oleh kekuasaan khilafah selama 4 bulan lamanya terhadap orang-orang kafir.
Jika ingin berbagi mengapa harus menunggu hari raya Idul Adha bagi-bagi daging qurbannya, apa maksudnya? bukankah ada pepatah mengatakan bahwa tangan kanan memberi tangan kiri tidak mengetahui, jadi artinya memberi itu harus dengan ikhlas tanpa motiv apapun, dan kita tahu juga sadar bahwa hewan qurban itu juga adalah ciptaan Allah jadi apakah Allah butuh semua daging hewan qurban itu?, dan apakah hewan qurban itu tidak akan menuntut kita dikemudian hari?
     Disinilah kelemahan kebanyakan orang yang selalu menerima apa-apa yang sudah menjadi tradisi di kehidupannya, cobalah telaah kembali surah Al Baqarah (2) ayat 170. Kita insan manusia sama-sama diberikan oleh Allah 3 modal potensi hidup yaitu penglihatan, pendengaran dan akal (qalbu) cuma semua itu kita harus memfungsikannya biar gerak hidup ini menjadi selaras di dalam kehidupan Qs Al Isra' 17/36.
Yang sangat berbahaya dalam hidup ini adalah banyak dari para ahli kitab yang tidak sadar bahwa ia telah memperbodoh umatnya, dan celakanya lagi umatnya itu tunduk patuh saja atas petuah yang telah disampaikan oleh para ahli kitab itu.
Pembodohan sepiritual massal manusia sudah bukan lagi menjadi rahasia umum malah sudah menjadi sarapan dari umat manusia sehari-hari dan itu diutarakan, dan disampaikan dengan santun oleh para ahli kitab itu, sehingga massal manusia terlena dan menjadikannya dogma didalam kehidupannya.
             Disadur oleh:
             Zimran A.E.

PENGORBANAN ADALAH KETAATAN

 

PENGORBANAN ADALAH KETAATAN

Ibadah berkurban merupakan ibadah yang berkorelasi erat dengan Abraham, Bapak dari Para Nabi.

Abraham atau Ibrahim bahkan mendapat julukan Kekasih Allah karena ketaatan, kepatuhan dan ketauhidannya. Berkat sifatnya beliau kemudian menjadi contoh atau uswah bagi para Nabi & Rasul.

Salah satu hal yang dicontoh dari sosok beliau adalah ketika Abraham bersedia melakukan pengorbanan.

Inti dari berkurban ialah:

لا شريك لهو"

"Tidak menyekutukan Allah dengan segala sesuatu."

Senada dengan alunan gemuruh tasbih yang dilantunkan kala melakukan seremoni pengurbanan.

"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah millah Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik." (An-Nah 16:123)

Allah memperingati manusia agar tidak menduakan-Nya, melakukan kemusyrikan. Bahkan di Qs An-Nisa ayat 48 Allah menegaskan bahwa DIA mengampuni semua dosa kecuali syirik.

Senada dengan tidak berbuat syirik, kita dituntun untuk mengikuti Millah Ibrahim sebagai sebuah jalan kebenaran, jalan yang diikuti para RASUL. sebuah ajaran hidup yang sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Abraham.

Mengikuti ajaran dari Rasulullah tidak boleh hanya sebatas yang tata ritual saja. Tapi lebih jauh, pemaknaan dibaliknya harus dipahami juga. Dua hal yang harus dimaknai dan dicontoh ialah:

✓Abraham mengorbankan anak laki-lakinya (Ismail & Ishak) untuk memperjuangkan risalah Allah.

✓Abraham mampu bertahan terhadap ketaatannya dengan meninggalkan ideologi orang tua dan bangsanya yang disimbolkan dengan menghancurkan berhala.

Siap dan mampukah kita untuk mengikuti jalan dan ajaran dari Abraham sebagimana para Rasul Allah?.

Sanggupkah kita terbebas dan membebaskan orang lain dari kemusyrikan?

Siapkah kita mengorbankan harta dan jiwa kita? Tidak semata darah sapi dan daging domba?

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, Din yang benar, Millah Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik." (Al-An'am:161)

By:

MICHAEL ZAHID ADITIYA

MEMAKNAI HARI PENGORBANAN 2

 

MEMAKNAI HARI PENGORBANAN

Terminologi

Idul adha sering juga sering disebut lebaran Haji karena proses wukuf, kadang juga disebut Idul Qurban, Idul Nahr atau hari penyembelihan qurban.

Agar maknanya dapat kita pahami dengan baik, Mari kita kaji dari sisi linguistik. Dalam bahasa asalnya (bahasa Arab), istilah idul adha merupakan gabungan dua kata yaitu عىد dan اضحى. secara harfiah dua kata ini mempunyai arti masing-masing. Kata عىد "id" mempunyai arti 'kembali" dan kata اضحى "adha" mempunyai arti binatang yang disembelih. Adapun uraian lafaz adha الاضحى Secara hakiki, Ibadah Qurban adalah pengorbanan, kita hidup dalam pengabdian kepada-Nya harus menyembelih sifat kebinatangan, agar dapat menjalani ujian dari-Nya berdasarkan ilmu yang diajarkan dari-Nya, ilmu tersebut masuk melalui Mata atau Telinga, dan diolah dalam Otak.

Binatang ternak juga mempunyai mata telinga dan otak, bahkan 8 sistem organ pada ternak juga ada pada diri manusia, namun yang membedakan adalah ketika manusia itu hidup dalam petunjuk Ilahi dan dapat membedakan mana yang haq dan batil melalui petunjuk itu. lafaz ini berwazan af'alu افعل dan ia adalah bentuk jamak dari kata adhat الاضحاة yang bermakna "kambing/hewan yang dijadikan kurban”. Lafaz adha bisa dijamakkan lagi menjadi adhohi الاضاحى dan yang seperti ini dalam istilah nahwu disebut dengan nama jam'ul jam'i جميع الجمع/menjamakkan lagi bentuk jamak,

Hewan kurban itu sendiri dalam bahasa arab bisa disebut dengan empat cara (membaca) yaitu adhat, udhhiyyah, idhhiyyah, dan dhohiyyah, Adhat dijamakkan menjadi adha dan masih bisa dijamakkan lagi menjadi adhohiyy. Udhiyyah dijamakkan menjadi adhohiyy. Idhhiyyah juga dijamakkan menjadi adhohiyy. Dhohiyyah dijamakkan menjadi dhohaya, Dengan demikian adhohiyy bisa merupakan bentuk jamak dari adha, udhhiyyah dan idhhiyyah

Jadi idul adha secara harfiah bermakna Hari Raya Berkurban, maksudnya hari raya kaum muslimin di hari tersebut menyembelih hewan kurban dalam rangka bersyukur kepada Allah, Sang Tuan Alam Semesta.

Secara semantik, dari bahasa asalnya, istilah iduladha mempunyai keberhubungan makna dengan istilah-istilah lainnya, diantaranya dengan kata nahr dan zabaha.

Kata nahr diwujudkan sebagai kata kerja perintah yang diletakkan secara paralel dengan kata Sholat pada Surat Al-Kautsar

"Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)."

(Qs. Al-Kautsar 108: Ayat 2)

Secara harfiah, kata nahr berarti menyembelih, mengalirkan darah hewan kurban.

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu: insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."(Qs. As-Saffat 37: Ayat 102)

Sajian kata zabaha diantara ayat ini dengan bentuk “azbahuka” dalam konteks peribadahan dengan berkurban. Teks ini disajikan dalam Al-Qur'an sebagai transkripsi komunikasi Abraham/Ibrahim dengan putranya, Ismael/Ismail, "azbahuka" merupakan struktur lengkap yang terdiri dari subjek, predikat dan objek. Jika kalimat ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kurang lebih menjadi “aku akan menyembelihmu". Dan ini menjadi momen awal atas munculnya perintah berkurban yang pertama kali.

Abraham/Ibrahim digelar Khalilullah/Kekasih Allah tak hanya disebut dalam Al-Quran, dalam Alkitab sangat banyak menyebut Abraham kekasih Tuhan, maka tak heranlah kita beliau diangkat sebagai nama yang disebut suri teladan yang telah menjadi teladan Nabi dan Rasul sekelas Musa, Isa dan Muhammad. (Perhatikan Qs. 60/4). Tak hanya berhaji dan qurban menjadi teladan Abraham/Ibrahim ada juga berkhitan.

Abraham/Ibrahim meski punya kekayaan yang banyak tak menyurutkan ketaatan dan ketakwaannya kepada Sang Pencipta, Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, beliau memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaannya mencapai 12.000 ekor ternak, jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner.

Hanya saja proses pengurbanan Abraham pada literatur dalil yang ditafsirkan agama jalur ismail dan israil dipandang berbeda, tapi kalau dicermati dengan baik ada kesamaan adegan yang digambarkan Alkitab pada Kejadian 22:1-18 dan surat As-Saffat 102-108, yakni ketika mendapatkan perintah Allah mengurbankan anaknya melalui mimpi, lalu hendak ditunaikan menyembelih anaknya maka itu digantikan dengan ternak. Inilah proses ujian pada keikhlasan, ketaatan dan ketaqwaan Abraham kepada Allah.

Secara hakiki, Ibadah Qurban adalah pengorbanan, kita hidup dalam pengabdian kepada-Nya harus menyembelih sifat kebinatangan, agar dapat menjalani ujian dari-Nya berdasarkan ilmu yang diajarkan dari-Nya, ilmu tersebut masuk melalui Mata atau Telinga, dan diolah dalam Otak. Binatang ternak juga mempunyai mata telinga dan otak, bahkan 8 sistem organ pada ternak juga ada pada diri manusia, namun yang membedakan adalah ketika manusia itu hidup dalam petunjuk Ilahi dan dapat membedakan mana yang hag dan batil melalui petunjuk itu.

By:

MICHAEL ZAHID ADITIYA

MEMAKNAI HARI PENGORBANAN

 

 

MEMAKNAI HARI PENGORBANAN

 

Salah satu perayaan besar umat islam sedang diperingati, yakni Idul Adha, hari ini juga dikenal sebagai puncak ritual ibadah haji terutama saat wukuf. Hari ini ditandai pada tanggal 10-15 Dzulhijjah atau hari tasyrik.

Dalam sejarah Ibadah haji mulai wajib saat tahun ke-9 hijriyah, meski Rasulullah Muhammad SAW berhaji ditahun ke-10. Selama sembilan tahun tinggal di Madinah, Beliau tidak pernah melaksanakan ibadah haji di Makkah. Beliau baru mengumumkan kepada para sahabatnya akan melaksanakan ibadah haji pada tahun ke-10 Hijriyah, karena peperangan Tabuk baru usai ditahun ke-9 Hijriyyah. tahun ini dikenal juga Haji Wada, Atau Haji pertama dan terakhir Rasulullah, sebab 3 bulan setelahnya beliau wafat.

Meski ada juga perbedaan pendapat mengapa Rasulullah baru melaksanakan haji di tahun ke-10 hijriyyah seperti dikutip dari buku The Great Episodes of Muhammad saw (Said Ramadhan al-Buthy, 2017), "orang-orang musyrik melakukan tawaf dalam keadaan telanjang. Sungguh aku tidak akan melakukan ibadah haji sampai tidak ada lagi hal seperti itu,” kata Nabi Muhammad. Dan sejalan buku Membaca Sirah Nabi Muhammad Dalam Sorotan Al-Qur'an dan Hadis-hadis Shahih (M. Quraish Shihab, 2018), situasi dan kondisi yang belum kondusif seperti itulah yang membuat Nabi Muhammad enggan melaksanakan ibadah haji.

Idul Adha mempunyai makna syarat akan pengorbanan, keikhlasan, ketaatan dan ketaqwaan. Para pemuka agama islam meyakini bahwa adanya ibadah Haji bukanlah hal yang baru diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, tapi beliau hanyalah melanjutkan ajaran Allah, Sang tuan Semesta Alam. Ibadah Haji diperkenalkan kepada manusia pada zaman Nabi Abraham/ibrahim, beliau diperintahkan untuk melaksanakan ibadah Haji.

“Dan (ingatlah), ketika kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), "Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apa pun dan Sucikanlah rumah-ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud. Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.”

(Al Hajj' 26-27)

Jika kita pahami dengan baik awal perintah ini, pertama istilah Baitullah, atau dikenal ka'bah sudah ada dari dahulu, jadi ajaran Rasulullah Muhammad bukanlah ajaran baru, atau buatan pribadinya, sebab ritual haji sudah ada sebelum beliau menjadi Rasul. Hanya saja ibadah haji yang syarat akan makna pengabdian, persatuan, ketaatan dan ketaqwaan tidak lagi dipahami secara hakiki, melainkan ajang ibadah bergengsi, sebab bisa dilaksanakan jika yang mampu, baik segi ekonomi dan fisik.

kedua, Haji diserukan kepada manusia, bukan hanya untuk panggilan yang beragama islam, maka jika kita tak memahami haji itu berguna untuk apa bagi kepentingan manusia maka ayat ini akan salah arti dan makna.

Begitu pula ritual sa'i (berjalan kecil) pada ibadah haji diambil dari sejarah Sitti Hajar/Hagar yang menggendong Ismael/ismail berlarian diantara bukit Safa dan Marwah, lalu ismael menangis dan didapatnya sumur berisi air zam-zam, dalam Alkitab peristiwa itu ketika diusir oleh Sitti Sarah/Sara, terbilang aneh jika ditinjau dari sisi Alkitab, sejarah dalam Alkitab disebut Ismael adalah kakak sulung dari Ishaq anak Sara, bahkan jelas dalam kitab kejadian 17:24-26 Abraham umur 99 tahun dan Ismael umur 13 tahun dikhitan bersamaan, saat itu umur ishaq saat disapih berarti maksimal umur 2 tahun, berarti Ismael sudah berumur 15 tahun. Maka tidak mungkinlah seorang ibu Siti Hajar menggendong ismel yamg sudah berumur 15 tahun mengarungi padang pasir.

Namun proses pengusiran ini bukanlah pengusiran dalam hal kekerasan atau sifat keirian seorang Sara yang disangka umat kristiani sehingga Abraham sempat marah dan ditegur oteh-Nya, tapi melainkan perintah Allah kepada Abraham, Abraham malah mempersiapkan pengurbanan DIA sebagai nabi merelakan anaknya mengemban peranannya ditanah Arab. Sebab dari turunan Ismael lah hingga besarlah keturunan Abraham di timur tengah. Dari sinilah kita belajar sikap Beliau, Perintah Allah no 1 dan Istri serta anak setelahnya.

Peristiwa lainnya seperti tanah yang tandus dapat menjadi air yang berlimpah, ini masalah ridho Allah, waktu dan Ilmu, Allah mengubah daerah tersebut menjadi penggenapan tak ada yang tak mungkin jika DIA berkehendak.

Ritual lempar jumrah pada haji, jika dirujuk pada sejarah Abraham, ternyata diambil saat Syaitan menggoda Abraham untuk tidak melaksanakan penyembelihan anaknya. Sehingga Abraham saat itu mengambil batu dan melemparkan sambil mengatakan “bismillahi allahu akbar", inilah juga dicontoh saat akan melempar jumrah pada ritual haji. Dari sini peristiwa ini kita belajar bahwa Syaitan kerjanya hanya memberikan godaan dari perintah yang bertentangan dari Allah, namun godaan itu banyak timbul dari dorongan hawa naf'su pribadi, barang siapa yang tergerak murni atas nama DIA untuk membesarkan ilmu dan ajaran-Nya atas dasar keikhlasan, ketaatan dan ketaqwaan maka ia akan digantikan dengan yang lebih baik oleh-Nya.

Thawaf dalam haji terjadi 2 kali yang pertama/ifadhah wajib dan dikenal thawaf wada atau perpisahan, thawaf adalah proses mencontoh seluruh benda langit, yang begitu taat pada aturan dan hukum.yg telah diundangkan-Nya, mulai dari bulan mengelilingi bumi, bumi mengelilingi matahari dan galaksi milky way dan bimasakti seakan punya poros tersendiri. ketaaatan Ciptaan-Nya dilangit dicontoh seorang utusan-Nya dan direfleksikan datam bentuk thawaf, seluruh makhluk-Nya terkhusus manusia harus tunduk pada 1 pusaran sumber ketaatan, yakni DIA Pemilik Alam Semesta, maka tak ada utusan-Nya tidak mengajarkan mengabdikan diri hanya kepada 1 TUAN, sebab semua yang begitu teratur diatas langit pasti ada yang mengaturnya. Dialah Sumber hukum yang Haq, Dialah pengatur segalanya tak sedikitpun lalai dan lelah.

Setelah proses itu wukuf di padang arafah juga diyakini tempat pertemuan Adam dan Hawa dan sekaligus diyakini umat islam mainstream bahwa padang arafah adalah miniatur padang masyhar tempat berkumpulnya semua manusia saat dibangkitkan pasca hari kiamat untuk dihakimi. Jika seperti itu maka timbullah pertanyaan, apakah cukup seluas padang arafah mencakup seluruh manusia yang telah mati yang dibangkitkan? Apakah benar kiamat itu hancurnya alam semesta? Bukankah Rasulullah Muhammad pernah berkata telah dekat masanya? Perhatikan Qs. 17/51, 33/63, 42/17, 67/27, 72/2.  Bukankah azab sebelum kiamat ditimpakan kepada orang kafir? Ini berarti jika azab itu telah tiba kepada orang kafir pada zaman Rasulullah masih hidup berarti kiamat sudah dekat.

Dari wukuf kita belajar bahwa mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang disebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Labbaykallahumma labbayk, labbayka la syarika laka labbayk. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk. La syarika lak. Artinya, "Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggitan-Mu. tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah adalah milik-Mu. tiada sekutu bagiMu."

Kalimat talbiyah ini jika saat haji yang paling sering digemakan, sebab orang yang berhaji adalah undangan dari Allah, inilah cara Allah mengajarkan kepada seluruh utusannya, saat mereka telah berkuasa dibumi untuk memanggil seluruh pembesar atau pemegang kuasa ditiap daerah untuk membicarakan perihal seluruh masalah umat manusia.

Berlanjut....

By:

 Michael Zahid Aditiya

BACAAN YANG HAQ

 

BACAAN YANG HAQ

Ekosistem dan kehidupan sosial merupakan dua hal yang sangat relevan, dimana keduanya memiliki hubungan timbal-balik yang saling membutuhkan.

Manusia membutuhkan alam sebagai fasilitas guna melangsungkan aktivitas kehidupan, demikian halnya alam semesta diciptakan sebagai sumber daya pemenuhan kebutuhan manusia.

Berbicara tentang sebuah kondisi yang tak terpisahkan ini, yakni antara alam dan manusia maka Allah menyertakan sebuah life guidance agar manusia hidup dengan pola yang benar, dan memanfaatkan sumber daya yang telah disediakan dalam rangka melaksanakan kontinyuitas pengabdian kepada Allah.

Petunjuk itu adalah Al Quran, untuk itu mari kita telusuri apa itu Al Quran.

Secara bahasa Qur’an artinya bacaan, membaca adalah sebuah bentuk kerja yang berarti mengaktifkan mata untuk menerima data yang tertangkap. Contoh:

✓menonton pertandingan bola = membaca kekuatan dan kelemahan kedua tim yang sedang bertanding.

✓Prakiraan cuaca: membaca arah mata angin dan awan.

Al-Qur’an adalah sebuah bacaan, bacaan khusus (ada alif lam), Khusus: Al-Quran berbeda dengan bacaan yang lain. Karena redaksi dan wartanya memang khusus bercerita tentang Dien dan etape-etape penegakkan Dien.

Membaca keadaan & pola kehidupan yang benar yang sedang berlangsung, yakni kehidupan yang ideal, ini terlihat dengan aktivitas yang terjadi dengan kondisi yang sangat teratur. Alam semesta tidak pernah membangkang, mereka beraktivitas berdasarkan fitrah, yakni tunduk & patuh kepada 1 sistem. Inilah kehidupan yang harmonis, & kehidupan inilah yang seharusnya dialami juga oleh manusia, karena sudah menjadi fitrah sejak awal penciptaan manusia.

Sistem yang ditaati oleh alam semesta harus teraplikasikan ke dalam kehidupan manusia. Masyarakat harus diatur ke dalam sebuah sistem yang ideal & sudah teruji. Sistem inilah yang termaktub di dalam Al-Qur'an, sehingga Al-Qur'an menjadi berbeda dengan bacaan lainnya. Inilah makna khusus yang dimaksud hanya Al-Qur'an yang merupakan petunjuk untuk mengarahkan manusia ke dalam sebuah kehidupan yang sempurna, dimana kesenjangan sosial dihapuskan, keadilan ditegakkan, tersedianya keamanan & kenyamanan bagi semua mahluk.

Itulah sebabnya mengapa Al-Fatihah dijadikan surat pembuka, dan An-Naas dijadikan surat penutup. Ini mengartikan bahwa sistem yang sudah teruji dan sedang digunakan oleh alam semesta harus terlaksanakan pula dalam kehidupan sosial.

Dan hasil akhirnya adalah kehidupan masyarakat dunia yang harmonis, karena semua manusia kembali mentaati peraturan yang sudah ditetapkan oleh Allah. Aturan alam semesta menjadi aturan kehidupan manusia, penguasa alam semesta menjadi penguasa kehidupan manusia, dan ketaatan alam semesta menjadi ketaatan pada kehidupan manusia.

Mari kita cermati QS 30/30:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Dien yang hanif: (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. Itulah Dien yang lurus: tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Jika seseorang ingin membangun sebuah rumah, apa tahapan pertama yang harus ia lakukan? Apakah langsung membeli material dan langsung mengerjakannya? Atau terlebih dahulu ia merancang desain bangunan dan melakukan perencanaan pembangunan? Duluan yang mana, produk atau sistem?

Allah menjawab pertanyaan tadi dengan QS 30/30, sangat jelas bahwa sejak awal sebelum manusia diciptakan, Allah sudah menyertakan sebuah sistem, dan sistem itu merupakan rancangan pasti Allah. Fitrah adalah fungsi dasar dari sebuah sistem yang sempurna, di mana dengan fitrah tersebut manusia dapat melakukan aktivitas, namun konsep seperti ini tidak banyak yang mengetahui

Produk keluaran Robb al 'alamien adalah produk yang sempurna, tidak pernah ada istilah error dalam kamus penciptaan Allah, apalagi dalam rangka coba-coba.

Inilah yang disebut dengan Dien yang Hanif, dan Dien ini sampai kapanpun tetap eksis, straight through to the edge atau Dienul Qoyyim adalah sistem yang sudah menjadi fitrah bagi setiap makhluk.

Keadaan inilah yang harus terjadi dalam kehidupan kita, oleh sebab itu manusia diseru untuk memahami Al Quran, karena hanya dengan Al Quran manusia akan paham bagaimana menjalankan hidup dengan sistem yang ideal tersebut.

By:

Michael Zahid Aditiya

BAGAIMANA CARA MEMAHAMI AL-QURAN

 

BAGAIMANA CARA MEMAHAMI AL-QURAN

 

Dalam membaca sesuatu, kita haruslah benar-benar memperhatikan bacaan tersebut karena ketika kita salah membaca tentulah akan salah memahami bahkan lebih jauh salah mempraktekkan apa yang kita baca tersebut.

Pun dalam mengikuti apa yang diturunkan Allah haruslah berkesan, jika tidak maka kita tidak mendapatkan apa-apa selain kebuntuan atau kesia-siaan belaka.

Esensi wahyu Allah sesungguhnya bukan sekadar rangkaian huruf & kalimat yang tertulis. Wahyu Allah itu la shautin wa la harfin bukan suara dan bukan huruf. Jadi esensi Al-Qur'an itu adalah "ruh" Maka dari itu dalam menginstall ayat-ayat Allah diperlukan rumus tersendiri.

Al Jaatsiyah (45) ayat 20 

(Al-Quran) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

Al-Quran sebagai bashoir, atau alat pandang, bisa dikatakan juga sebagai alat bantu manusia untuk melihat semua fenomena yang sedang terjadi.

Al Quran diciptakan sebagai life guidance (Huda), atau alat penunjuk arah yang benar sehingga manusia menemukan sebuah kehidupan yang ideal. Yang berhak memperoleh khasiat Al-Quran hanyalah kalangan yang yakin dan yang mengoptimalkan penggunaan Al Quran.

Baca dan pahamilah dengan bahasa yang kamu kuasai, tidak hanya membaca bahasa tempat kitab suci tersebut diturunkan. Karena kalau kita membaca lantas tidak memahami maksud dari bacaan tersebut, bukankah itu sekadar membunyikan huruf?.

Aturan dasar dalam memahami Al-Qur'an,

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh, (Al-Ahzab Ayat 7)

Semuanya harus diawali dengan komitmen yang teguh sebagaimana komitmen yang pernah dilakukan oleh para nabi & rasul, Kan Al-Quran dari dia, jadi ga perlu dirasionalkan dong..."

Yakin?

Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (Yunus ayat 100)

Ternyata dalam memahami Al-Qur'an tetap harus menggunakan akal juga lho.

"Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan” (Al-A'raaf ayat 24)

Harus membuka lebar pikiran, agar ayat-ayat Al-Quran mudah dipahami.

Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-A'raaf ayat 2)

Jangan ada kesempitan maupun keraguan dalam menerima ayat-ayat Al-Quran.

By:

Michael Zahid Aditiya

Minggu, 01 Juni 2025

Pakai Teokrasi

 Pakai Teokrasi

      Kita harus sadar dan pro aktif dalam menerima materi keilmuan yang kita dengarkan dari seorang utusan Tu(h)an Semesta Alam, atau disebut juga Rasul yang telah terlebih dahulu menyampaikan kepada para kadernya (mu'min mubaligh) dan itu berarti kita telah sadar akan segala makna dan urgensinya, bahwa sebenarnya apa yang keluar dari mulut utusan itu semuanya adalah ilmu Allah tentang bagaimana cara hidup kehidupan seluruh makhluknya yang akan membawa kedamaian dan kejahteraan. Jadi visi misi inipun harus kita jalani dan pahami juga, karena semua bersumber dari Tu(h)an yang satu, Tu(h)an Yang Maha Esa melalui Rasul-Nya.
Jika mau diungkapkan ialah dari Rasul kitapun sama harus menjadi rasul-rasul karena rasul itulah saksi bagi kita dan kita pun orang-orang mu'min menjadi saksi bagi segenap manusia Qs Al Hajj 22/78. Fakta sejarah mengatakan bahwa Darrul Arqam adalah dimana tempat menimba ilmu maka segala yang kita terima, kita dengar harus terekam ke dalam arsif kesadaran qalbu, jadi jika tidak merekamnya maka kita akan ketinggalan zaman dan itu pasti. Bila kita mempelajari Al Qur'an secara cermat maka dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa perlu diketahui seperti halnya bahwa simpul itu merupakan aqod ibarat dari membuat sebuah tambang ujungnya harus dibungsel terlebih dahulu biar anyamannya tidak terurai kembali, itulah bentuk perumpamaannya. Pekerjaan membaca itu yang sangat berarti atau yang mahal adalah pada kesimpulannya atau solusi.
      Alam yang kita lihat dan alami sehari-hari merupakan suatu bukti nyata bahwa sebenarnya ada kekuasaan dan kekuatan dari dalam yang mengendalikannya, karena Dialah Allah Yang Maha Kuasa, dimana saja berpijak baik dilangit dan dibumi karena seluruh makhluknya tidak ada yang akan terlepas dari kuasa-Nya.
Bicara Qul huwallah adalah bukanlah berbicara masalah sebuah angka tapi satu kesatuan sistem , bisa juga disebut sebuah sistem besar bahwa tidak ada sistem diluar atau melebihi dari kuasa Tu(h)an Semesta Alam.
Sekali lagi bukan ngomongin masalah jumlah Tu(h)an tapi kekuasaan suatu sistem.
Ketaatan Qur'an terhadap ketauhidan itu seharusnya dinyatakan dengan bahwa tidak ada ketaatan selain kepada Allah, dan bahwa Allah menyaksikan artinya kita mengerti, paham bahwa akupun menyaksikan tentang apa yang aku saksikan. Intinya itulah arti pemahaman
syahadat orang-orang berilmu.
Aku memahami benar bahwa seluruh makhluk di Alam Semesta ini telah tunduk patuh terhadap apa yang di maqadirkan oleh Tu(h)an Semesta Alam.
Setiap tarikan nafas inipun merupakan bukti dari ke Maha Rahman dan Rahim-Nya Allah terhadap manusia Qs Ar Rahman 55/13.
 Kita bisa ngomongpun adalah karena Allah karena Dia-lah yang telah memandaikan bicara kepada kita karena kekuasaan besar di alam semesta ini semua tidak terlepas atas Kehendak-Nya.
Seluruh mahkluk yang hidup dialam semesta ini sedang sibuk memaha sucikan Allah artinya seperti halnya manusia memahami fungsi dari penciptaan dirinya yaitu fungsi dari manusia adalah menegakkan Dien.
Puncak dari pada dunia apakah itu saind, proses kelahiran/alaqah semua itu di kendalikan atau diatur oleh sebuah hukum Allah. Dalam prinsif ilmu ada keteraturan yang pasti, merujuk kepada tujuan itulah ilmu Allah, maka janganlah merusak makro sistem, dan mikro sistem, ambil contoh semut saja ada tugasnya sesuai fungsinya yang sudah digariskan oleh Tu(h)an-Nya
Seluruh makhluk di Alam Semesta ini tidak ada yang menyimpang semua sudah tuduk patuh dan suatu penyimpangan hanya ada pada komunitas manusia saja yang bisa. Bila dilihat dari kaca mata ilmu orang-orang kafir itu sesungguhnya dimusuhi oleh Alam. Dien adalah merupakan
Undang-undang yang mengatur tentang parameter Alam dari tujuan penciptaan manusia dan tugas dari manusia sesungguhnya agar supaya didalam hidupnya bahwa tidak ada pengabdian selain kepada Allah semata. Bencana perang yang ditimbulkan oleh bangsa manusia biasanya selalu berkaitan dengan terpuruknya masalah ekonomi bangsa tersebut.
             Di Sadur kembali oleh:
                      Zimran A.E

AYAT-AYAT ALAM AL-QURAN

 

AYAT-AYAT ALAM AL-QURAN

Allah merupakan Rabb al-Alamin. Allah menamakan dirinya Rabb sehubungan dengan kedudukan-Nya selaku Pencipta, Pemelihara & Pengatur kehidupan segenap makhluk ciptaan-Nya. Dia menghidupkan, mematikan, memberikan sumber-sumber kehidupan, tak pernah lelah & lengah sedikitpun dalam mengurus makhluk-Nya. Dialah Raja yang ditaati seluruh makhluk-Nya, yang menimpakan azab kepada bangsa yang dimurkai-Nya, memberi kekuasaan kepada orang yang dikehendaki-Nya, & Dia pula yang menjatuhkan kaum yang dikehendakin-Nya serta semua makluk sedang bertashih (aktif) melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah yang diundangkan atas dirinya.

Diajarkannya ayat-ayat tersebut memiliki tujuan agar manusia memahami bahwa di balik fenomena kehidupan alam lain, yakni alam metafisis yang tidak bisa dilihat (dipahami) dengan mata yaitu mata insani, bukan mata hewani. Mata hewani adalah mata biologis, alat indra untuk mengenal benda-benda materi, sedangkan mata insani mampu menembus dibalik alam materi. Ada tiga macam perangkat tubuh manusia yang harus ditingkatkan kualitasnya agar ia tidak zalim.

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak diperpunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lapi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (Al- A'raf: 179)

Pertanyaan,

Allah memberi manusia tiga sarana tersebut untuk memahami makna hakiki dari hidup dan kehidupan.

Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang hakikat hidup perlu di cari jawabannya,

Dari mana sesungguhnya keberadaan makhluk alam semesta berasal?

Siapakah yang menciptakannya?

Untuk apakah tujuan alam semesta diciptakan?

Bagaimana cara hidup manusia yang selaras dengan kehidupan universal?

Nilai atau ganjaran apa yang akan diterima manusia tatkala ia berbuat kebajikan atau kejahatan?

Bagaimana cara menghapus dosa?

Ini adalah masalah gaib yang tidak dapat dibuktikan dengan metode sains & teknologi. Einstein & Newton selaku begawan ilmiah  tidak mampu menjawabnya. Untuk mencari jawabannya, sudah seharusnya manusia bertanya dan belajar dari kitab suci dan sejarah kehidupan orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai utusan Allah, Utusan yang Maha Gaib, yang tidak lain dan bukan adalah Rasul dan Nabi.

Dalam Al-Qur'an dinyatakan bahwa fenomena akwan (alam) baik makhluk yang ada di langit (benda-benda langit) maupun yang ada di bumi, semuanya itu adalah ayat-ayat Allah,

Ayat  maknanya adalah bukti (fakta) dari kekuasaan Allah.

Artinya, alam semesta adalah sebuah kerajaan besar yang di dalamnya penuh dengan aturan atau hukum, dan adanya satu kekuasaan yang mono-loyalitas yang haq untuk diibadati

Fenomena alam dan fenomena kehidupan para Nabi serta Rasul Allah adalah ayat atau tanda bukti bahwa Allah sebagai Pengatur, Penguasa dan Yang diibadati oleh seluruh makhluk-Nya, dan manusia sebagai makhluk wajib taat kepada Sang Khaliq.

Namun sayangnya manusia itu egois, dia melihat dirinya sudah sempuma dan tidak butuh isti'anah (pertolongan) dari Sang Khaliq.

Sesungguhnya tidak ada cara hidup lain selain manusia menyerahkan dirinya untuk diatur hanya oleh Allah, Tuan Semesta Alam, melalui Rasul-Nya

 

By:

Michael Zahid Aditiya

PADA ZAMAN JAHILIYAH

 

PADA ZAMAN JAHILIYAH

Sebelum Muhammad mendakwahkan ajarannya kepada bangsa Arab, jangan disangka bahwa mereka (bangsa arab) tidak mengenal istilah Allah, mereka sebenarnya sudah mengenal nama Allah. Gambaran orang bahwa bangsa arab sebagai penyembah patung seperti kebudayaan yunani, adalah suatu khayalan yang tidak didukung oleh fakta maupun logika yang sehat. Sebenarnya bangsa arab bukanlah penyembah patung, karena mereka sudah mengenal nama Allah jauh sebelum Muhammad datang kepada mereka.

Tetapi kenapa Allah mengatakan bahwa bangsa arab pada waktu itu adalah bangsa jahiliyah? bangsa yang mempersekutukan Allah? Ini yang harus kita bongkar. Bukti bahwa bangsa arab pada waktu sebelum Muhammad diangkat menjadi utusan Allah sudah mengenal nama Allah, adalah sambutan yang diberikan oleh paman Muhammad yakni Abu Tholib dan seorang pendeta nasrani yakni Waroqah bin Naufal dalam acara pernikahan Muhammad dengan Siti Khodijah.

Sambutan Ali Bin Abi Thalib:

Segala puji hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dari keturunan Ibrahim dari bibit tanaman Ismael dari pokok Ma'aad dari cucu Mudar, yang telah menjadikan kita penjaga dan pemelihara rumahNya (Allah) yaitu ka'bah, pengurus dan pengatur tanah suci-Nya yang tanah dan Rumah itu untuk digunakan bagi ibadah haji dan untuk perlindungan yang mendatangkan keamanan, dan yang telah menjadikan kita sebagai hakim bagi segenap umat manusia. Kemudian daripada itu, sesungguhnya anak saudaraku ini Muhammad bin Abdillah, tidaklah dapat ditimbang dan dibanding dengan seorang laki-laki lain, baik kemuliannya, keutamaannya, keluhuran budi pekertinya, maupun kebangsawanannya, melainkan pasti dapat kemenangan, meskipun dia seorang yang tidak mampu. Karena memang harta benda itu ringan dan mudah lenyap, urusan yang menutup kebenaran, yang mengganggu kebaikan, dan barang pinjaman yang musti diambil kembali oleh yang punya. Demi Allah , Muhammad ini kelak akan membawa berita gembira yang besar, kepentingan yang amat berguna, dan tuntunan yang amat mulia. Sesungguhnya pada hari ini, telah menggembirakan bagi saudara-saudara jalah khodijah bin khuwalid yang telah dipinang dan diambil istri oleh Muhammad bin Abdillah dengan mas kawin baik yang tunai maupun yang ditangguhkan dari harta bendaku sebesar dua belas setengah aqiyyah adanya.”

Seusai Abu Tholib memberikan sambutan, berdirilah Waroqah bin Naufal untuk menyambut pidato Abu Tholib.

“Segala puji dan sanjung hanya bagi Allah jua , yang telah menjadikan kita sebagai apa yang telah engkau nyatakan tadi. Kita kepala bangsa arab dan pahlawan-pahlawannya adalah orang yang ahli tentang itu. Tidak ada orang arab yang mengingkari akan kemuliaan saudara-saudara dan tidak ada seorang pun yang menolak akan keluhuran saudara-saudara. Maka itu saksikanlah wahai saudara-saudara bangsa Quraisy bahwasanya Aku pada hari ini. telah menikahkan khodijah binti khuwalid dengan Muhammad bin Abdillah dengan menyediakan untuk peralatan perkawinan ini 400 dinar.

Kutipan yang panjang lebar ini merupakan data nyata, bukti sejarah, bahwa fitnah orang tentang bangsa Arab tidak kenal Tuhan Allah adalah bohong atau tidak benar. Karena mungkinkah orang yang menyatakan segala puji bagi Allah atau segala puji dan sanjung hanya bagi Mu-lah jua itu adalah penyembah patung patung (yang terbuat dari batu atau kayu)?

Abu Jahal (sebutan bagi pemimpin bangsa jahiliyah) adalah orang yang sangat kental imannya kepada Allah, sangat dominan dengan perkataan-perkataan agamais dan ritus-ritus agamais di Ka'bah. Tetapi dia adalah orang yang tidak percaya, bahwa mengabdi kepada Allah harus taat dan tunduk patuh kepada aturan atau hukum Allah. Abu Jahal adalah orang yang yakin dan percaya bahwa alam semesta dan manusia adalah ciptaan Allah, adalah Kerajaan Allah. Tetapi disebabkan Muhammad adalah utusan Allah dia tidak mau mengimaninya. Kenapa dia tidak mau beriman kepada Muhammad? Karena Muhammad datang dengan membawa sistem kehidupan yang berdasarkan kepatuhan hanya kepada Allah, maka dia menolaknya, karena itu dia dikatakan orang yang kafir kepada Allah dan utusan-Nya.

Bangsa Arab tinggal di jazirah Arabia, yang kita lihat pada peta dunia adalah satu titik tengah dunia atau jantungnya dunia. Pada saat itu mereka dijepit oleh dua kekuasaan besar. Di sebelah barat oleh imperium Romawi dengan Negara satelitnya, dan di sebelah timur oleh imperium Persia juga dengan seluruh daerah jajahannya yang merupakan Negara boneka. Kekuasaan politik adalah panglima dari aspek-aspek kehidupan lainnya. Artinya jika suatu bangsa yang berada di bawah kekuasaan Romawi, maka seluruh corak kehidupan manusia yang ada di dalamnya berkiblat ke Roma. Demikian halnya yang berada dibawah Persia, semua nilai-nilai budaya akan dipengaruhi oleh si Tuan Besar itu.

Yang perlu kita simak dari kedua imperium tersebut adalah perbedaan ideologi politiknya. Bangsa Romawi walaupun diperintah oleh raja-raja, namun corak kehidupannya liberal. Sebaliknya bangsa Persia, corak kehidupannya adalah komunis dengan peran militer sebagai kekuatan pengendali, namun demikian kedua imperium ini berakar pada ideologi yang sama, yaitu kehidupan materialism . Dua model kekuasaan tersebut berebut supremasi politik dunia, tetapi keduanya tidak mampu menciptakan suatu bentuk masyarakat international yang damai, adil, dan sejahtera. Mengapa demikian? Jawaban Allah sangat tegas, yaitu karena kedua sistem kekuasaan itu (liberal dan komunis) adalah bathil.

Bathil adalah istilah untuk menyatakan bahwa keduanya adalah isme-isme bikinan manusia yang tidak pernah ada buktinya dalam perjalanan umat manusia memberikan keselamatan dan kesejahteraan, tetapi mereka tetap memujanya. Perhatikan Surat ke 53 ayat ke 23: “(Dewa-dewa yang mereka puja) itu tidak lain hanyalah isme-isme yang kalian dan bapak-bapak kalian mengada-adakannya saja, Allah tidak pernah menurunkan ilmu seperti itu. Sesungguhnya yang mereka ikuti tidak lain hanyatah angan-angan belaka, dan sesuatu kebutuhan nafsu biologis, padahal sudah ada petunjuk untuk mereka yang berasal dari Pencipta mereka sendiri.

” Surat ke 2 ayat ke-77: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur (sistem timur) dan barat (sistem barat) itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada & Allah (menghadapkan diri kepada sistem Allah).

Bangsa Arab dari semenjak Abraham telah menata jazirah arab. Suku-suku yang ada di sana sudah memiliki simbol-simbol kehormatan semacam ini. Di antaranya adalah simbol Hubal, Latta, Uzza, Manaat, dan Nasr. Simbol-simbol tersebut adalah berbagai bentuk nama-nama, gambar atau bendera dari berbagai partai-partai yang ada. Ukir-ukiran dari kayu, batu, perunggu mewakili legenda seorang pemimpin atau mewakili norma-norma adat dan budaya leluhur / nenek moyang dari suku atau bangsa itu. Surat ke-29 ayat ke-25:

Dan berkata Abraham: "Sesungguhnya yang kamu jadikan pelindung selain Allah itu adalah berhala yang kalian jadikan lambang untuk menciptakan persatuan dan kasih sayang di antara kalian dalam kehidupan dunia ini, kemudian pada “hari tegaknya keadilan” sebahagian kamu mengingkari sebahagian yang lain dan saling menghujat satu sama lainnya dan tempat kembalimu ialah neraka, dan tak akan ada yang membela lagi.”

Budaya umat seperti ini adalah klasik, tak pernah hilang. Hampir semua bangsa yang katanya modern, eksis dengan budaya seperti itu.

Jadi demikianlah pemahaman jahiliyah, yakni dimana manusia atau bangsa mengaku atau merasa menjadi umatnya Allah, menjadi umat kesayangan Allah, tetapi mereka mengabdi kepada hukum yang selain Allah, membuat tata aturan hidup sendiri yang tidak berdasarkan kitab-kitab Allah. Ajaran Allah hanya dijadikan sebagai ajaran budi pekerti, tidak dijadikan sebagai aturan hidup atau falsafah berbangsa dan bernegara.

 

By:

 Michael Zahid Aditiya

JAHILIYAH

 

JAHILIYAH

Jalan pemikiran jahiliyah modern JAHILIYAH

Jalan pemikiran jahiliyah modern dewasa ini adalah menganggap bahwa sifat daripada kebudayaan adalah berkembang dari waktu ke waktu. Apa yang dulu 14 abad yang silam dianggap baik yang sesuai dengan kondisi pada saat itu belum tentu cocok untuk diterapkan dalam kehidupan masa kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, sistem komunikasi yang begitu cepat serta perkembangan teknologi dan sains yang begitu maju, maka ide untuk kembali menempatkan 'agama' sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia, menjadikan hukum-hukum 'agama' sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak populer lagi.

Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelamatkan 'agama' adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan dengan ritual sebagi aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Itulah pandang orang hari ini.

Kenapa Muhammad diutus di arab? Jawaban umum orang-orang hari ini adalah karena pada waktu itu bangsa arab adalah bangsa jahiliyah. Pengertian mereka tentang jahiliyah adalah hidup di tengah belantara padang pasir yang panasnya membakar sepanjang tahun, gunung-gunung batu yang tandus serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dikatakan jahiliyah karena sifatnya yang kejam, bodoh, dan barbar. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah (suku-suku) eksklusif. Jika satu suku bertemu dengan suku lainnya di padang pasir satu sama lain saling baku hantam.

Mereka hidup dari berniaga dari satu dusun ke dusun lainnya, dan ditengah jalan seringkali mereka dicegat penyamun yang merampok barang-barang dagangan mereka. Mereka juga tidak mengenal Tuhan Allah, yang mereka sembah adalah berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Di sekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh tiap kabilah yang datang ke rumah tua itu. Judi, miras, prostitusi, pemerkosaan, pembunuhan, perampokan adalah masalah-masalah biasa dan sudah menjadi kebudayaan mereka.

Hal yang demikian dapat terjadi karena bangsa Arab adalah bangsa yang ummi yakni bangsa yang buta huruf. Bahkan Muhammad diakui oleh pengikutnya sebagai Nabi yang buta huruf. Itulah gambaran massal manusia tentang pengertian Jahiliyah.

Di sini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan hukum. Allah sebagai satu-satunya pengatur yang mempunyai aturan/hukum yang harus ditaati oleh seluruh makhluk-Nya termasuk manusia. Hukum yang diciptakan oleh Allah dalam kehidupan manusia mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahannya agar orang tersebut kembali fitrah, tidak keluar dari garis fitrahnya, dengan demikian akan tercipta kondisi kehidupan manusia yang adil dan sejahtera.

Terdapat kesetimbangan yang luar biasa dalam seluruh gerakan dinamis alam semesta dan hal tersebut mengungkapkan bahwa kehidupan di semesta ini berlandaskan pada keseimbangan yang sangat cermat. Pergeseran yang sangat sedikit pun pada orbit benda-benda langit, bahkan hanya beberapa milimeter, dapat membawa akibat yang sangat serius. Beberapa di antaranya dapat sangat mengganggu sehingga kehidupan di bumi tidak mungkin terjadi.

Secara fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur. Yang berhak mengatur suatu makhluk adalah Sang Penciptanya sendiri, Maknluk tidak berwenang untuk mengatur makhluk lainya. Jika Rasul Allah menghukum seseorang, itu dilakukannya dalam kedudukannya selaku mandataris Allah dan atas izin Allah, bukan atas kemauannya sendiri. Itulah landasannya Allah membuat hukum yang kemudian diperintahkan kepada para rasulnya untuk ditegakkan di bumi manusia, agar manusia berhukum kepada hukum Allah, Perhatikan surat ke-5 ayat ke-49 :

"Dan hendaklah kamu menghukum dengan apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan rendah mereka."

Di samping hukum Allah, ada hukum bikinan manusia. Apa dasarnya bahwa hukum bikinan manusia adalah sesuatu yang rendah. Salah satu sifat dasar manusia adalah keinginannya untuk menguasai orang lain, atau - nafsu berkuasa. Kekuasaan dalam segala aspek kehidupan adalah alat untuk memiliki. Nah, dalam rangka memiliki itulah manusia membuat peraturan-peraturan hukum. Hukum adalah alat yang paling efektif untuk melindungi kepentingan. Jika sebuah orde kekuasaan membuat aturan hukum, esensinya untuk memuaskan keinginan atau nafsu syahwatnya atau kelompoknya.

Hampir semua ayat-ayat yang menyinggung istilah jahiliyah selalu dihubungkan dengan penolakan manusia terhadap seruan utusan Allah agar hendaknya manusia jangan mengabdi kepada selain Allah.

Umat Musa yang mengusulkan dibuatnya ilah-ilah lain sebagai pengganti Allah, disebut jahiliyah bukan karena bodoh dalam arti lawan dari kata pandai. Mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-ilah kepada Allah, tidak mau tunduk patuh kepada hukum Allah.

Iman kepada Allah tidak sebatas percaya kepada Allah atau Allah itu ada. Tetapi Iman kepada Allah adalah taat kepada perintah Allah, taat kepada hukum Allah itu sendiri, Iman mengandung esensi sebuah ketaatan, tidak hanya sebatas ketaatan batiniyah semata tetapi juga ketaatan secara fisik kepada hukum-Nya. Manakala hukum-Nya tidak diberlakukan, apakah bisa manusia taat kepada Allah?.

 

Berlanjut....

By:

Michael Zahid Aditiyan dewasa ini adalah menganggap bahwa sifat daripada kebudayaan adalah berkembang dari waktu ke waktu. Apa yang dulu 14 abad yang silam dianggap baik yang sesuai dengan kondisi pada saat itu belum tentu cocok untuk diterapkan dalam kehidupan masa kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, sistem komunikasi yang begitu cepat serta perkembangan teknologi dan sains yang begitu maju, maka ide untuk kembali menempatkan 'agama' sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia, menjadikan hukum-hukum 'agama' sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak populer lagi.

Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelamatkan 'agama' adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan dengan ritual sebagi aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Itulah pandang orang hari ini.

Kenapa Muhammad diutus di arab? Jawaban umum orang-orang hari ini adalah karena pada waktu itu bangsa arab adalah bangsa jahiliyah. Pengertian mereka tentang jahiliyah adalah hidup di tengah belantara padang pasir yang panasnya membakar sepanjang tahun, gunung-gunung batu yang tandus serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dikatakan jahiliyah karena sifatnya yang kejam, bodoh, dan barbar. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah (suku-suku) eksklusif. Jika satu suku bertemu dengan suku lainnya di padang pasir satu sama lain saling baku hantam.

Mereka hidup dari berniaga dari satu dusun ke dusun lainnya, dan ditengah jalan seringkali mereka dicegat penyamun yang merampok barang-barang dagangan mereka. Mereka juga tidak mengenal Tuhan Allah, yang mereka sembah adalah berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Di sekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh tiap kabilah yang datang ke rumah tua itu. Judi, miras, prostitusi, pemerkosaan, pembunuhan, perampokan adalah masalah-masalah biasa dan sudah menjadi kebudayaan mereka.

Hal yang demikian dapat terjadi karena bangsa Arab adalah bangsa yang ummi yakni bangsa yang buta huruf. Bahkan Muhammad diakui oleh pengikutnya sebagai Nabi yang buta huruf. Itulah gambaran massal manusia tentang pengertian Jahiliyah.

Di sini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan hukum. Allah sebagai satu-satunya pengatur yang mempunyai aturan/hukum yang harus ditaati oleh seluruh makhluk-Nya termasuk manusia. Hukum yang diciptakan oleh Allah dalam kehidupan manusia mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahannya agar orang tersebut kembali fitrah, tidak keluar dari garis fitrahnya, dengan demikian akan tercipta kondisi kehidupan manusia yang adil dan sejahtera.

Terdapat kesetimbangan yang luar biasa dalam seluruh gerakan dinamis alam semesta dan hal tersebut mengungkapkan bahwa kehidupan di semesta ini berlandaskan pada keseimbangan yang sangat cermat. Pergeseran yang sangat sedikit pun pada orbit benda-benda langit, bahkan hanya beberapa milimeter, dapat membawa akibat yang sangat serius. Beberapa di antaranya dapat sangat mengganggu sehingga kehidupan di bumi tidak mungkin terjadi.

Secara fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur. Yang berhak mengatur suatu makhluk adalah Sang Penciptanya sendiri, Maknluk tidak berwenang untuk mengatur makhluk lainya. Jika Rasul Allah menghukum seseorang, itu dilakukannya dalam kedudukannya selaku mandataris Allah dan atas izin Allah, bukan atas kemauannya sendiri. Itulah landasannya Allah membuat hukum yang kemudian diperintahkan kepada para rasulnya untuk ditegakkan di bumi manusia, agar manusia berhukum kepada hukum Allah, Perhatikan surat ke-5 ayat ke-49 :

"Dan hendaklah kamu menghukum dengan apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan rendah mereka."

Di samping hukum Allah, ada hukum bikinan manusia. Apa dasarnya bahwa hukum bikinan manusia adalah sesuatu yang rendah. Salah satu sifat dasar manusia adalah keinginannya untuk menguasai orang lain, atau - nafsu berkuasa. Kekuasaan dalam segala aspek kehidupan adalah alat untuk memiliki. Nah, dalam rangka memiliki itulah manusia membuat peraturan-peraturan hukum. Hukum adalah alat yang paling efektif untuk melindungi kepentingan. Jika sebuah orde kekuasaan membuat aturan hukum, esensinya untuk memuaskan keinginan atau nafsu syahwatnya atau kelompoknya.

Hampir semua ayat-ayat yang menyinggung istilah jahiliyah selalu dihubungkan dengan penolakan manusia terhadap seruan utusan Allah agar hendaknya manusia jangan mengabdi kepada selain Allah.

Umat Musa yang mengusulkan dibuatnya ilah-ilah lain sebagai pengganti Allah, disebut jahiliyah bukan karena bodoh dalam arti lawan dari kata pandai. Mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-ilah kepada Allah, tidak mau tunduk patuh kepada hukum Allah.

Iman kepada Allah tidak sebatas percaya kepada Allah atau Allah itu ada. Tetapi Iman kepada Allah adalah taat kepada perintah Allah, taat kepada hukum Allah itu sendiri, Iman mengandung esensi sebuah ketaatan, tidak hanya sebatas ketaatan batiniyah semata tetapi juga ketaatan secara fisik kepada hukum-Nya. Manakala hukum-Nya tidak diberlakukan, apakah bisa manusia taat kepada Allah?.

 

Berlanjut....

By:

Michael Zahid Aditiya

Jumat, 30 Mei 2025

Umpama Pohon

 Umpama Pohon

Sesungguhnya Tu(h)an Semesta Alam memerintahkan kepada manusia, agar manusia itu hidup menurut sistem/dien yang diciptakan-Nya Qs Ali'Imran 3/83, jangan menyimpang dari jalan kebenaran yaitu sistem kebenaran, tetapi jikalau manusia itu memilih jalan kesesatan, jalan kerusakan, maka Tu(h)an Yang Maha Esa pun mengizinkan, jadilah rusak sistem itu, kalau sudah rusak, wahai manusia tidak ada yang bisa mengembalikan sistem yang benar tadi kecuali oleh Tu(h)an Semesta Alam itu sendiri.
The Fonding Father nya negeri ini memang sudah berhasil mewujudkan ikatan dasar, walaupun pada saat itu mengalami perdebatan yang sangat panjang. Tidak ada didunia negara yang punya dasar filosofis kenegaraan yang begitu universal selain dari pada Nusantara ini, Amerika saja kalah karena dari Lima Dasar yang telah disusun itu sudah mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak ada didunia yang memiliki ikatan dasar lengkap. Lima dasar itu dijabarkan sebagai macam hukum, yang sekarang hari ini justru disitulah mandeknya tidak bisa dijabarkan sebagai sebuah tuntunan, Ketuhanan Yang Maha Esa itu bagaimana penjabarannya? Kemanusiaan yang Adil beradab itu bagaimana cara mencapai itu?
Makanya cita-cita luhur itu belum tergenapi, tercapai apa lagi terwujud yang terjadi justru sebaliknya, ini mesti harus menjadi kajian/renungan jangan ditinggalkan disini.
Kita tidak bisa menghandelnya dengan cara membentuk lembaga-lembaga yang sifatnya parsial, katakanlah demokrasi terpimpin, menjadi demokrasi pancasila, kemudian demokrasi liberal yang sekarang ini, itu belumlah terjawab.
Secara spiritual, Taurat, Injil dan Al Qur'an menerangkan atau berbicara masalah pohon. Dia mengajak kita berpikir, Ayat Tu(h)an Semesta Alam yang terkait masalah pohon, mari kita berpikir netral mendalam, berpikir tajam, Saya mengajak bangsa Nusantara ini untuk belajar kebenaran dari sebuah pohon, karena pohon itu firman Tu(h)an Semesta Alam, pohon itu fakta ilmiah, fakta kebenaran, karya cipta Tu(h)an Semesta Alam, wajah Tu(h)an Semesta Alam, prilaku/karakter Tu(h)an Semesta Alam, Saya berani berkata begitu, karena semua ini sudah saya sadari betul. Melalui bangun aktivitas malam, ispirasi ilham ruhyah dari memperdalam firman Allah, firman Tu(h)an Yang Maha Esa, firman Allah Subhana Wata'ala.jadi persoalan suatu sistem ada pada persoalan Akar, yang baik tergantung akar, yang jelekpun tergantung akar. Sederhana saja dalam kita memahami jalan kebenaran, coba kita perhatikan sebuah pohon maka disimpulkan bahwa " Tidak mungkin buah yang baik, berasal dari pohon yang buruk dan Tidak mungkin buah yang buruk berasal dari pohon yang baik, jelas isi kitab suci mengatakan begitu.
Kalau kita ingin memperbaiki negeri ini, mari kita bertitik tolak pada dasar prinsip-prinsip ini, karena sesungguhnya persoalan itu bukan pada batang dan dahannya pohon negeri ini berbuah jelek, tetapi sesungguhnya saya katakan pada Akar/Aqidah Qs Ibrahim 14/ 24-26.
                Disadur kembali oleh:
                      Zimran A.E.

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...