Serpihan petuah
Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200 saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nusantara ini yang dipilih oleh Tu(h)an Semesta Alam sebagai cikal bakal penerus estapeta perjuangan misi Risallah atau disebut juga sebagai penggarap-penggarap kebun Allah.
Dengan awal yang bersumber dari misaq atau bahasa sederhananya janji setia dengan Allah Qs Al Ahzab 33/7 melalui saksi-saksi Tu(h)an Semesta Alam, itulah maka kita diproses dan dibina menjadi mukmin yang sejati, oleh karena itu jangan sampai kita berhianat kepada Allah atas apa yang sudah diikrarkan Qs Al Fath 48/10 justru sebaliknya kita harus selalu pro aktif kepada segala apa yang menjadi titah perintah-Nya.
Dalam melakukan program pembersihan qalbu atau aqidah tentunya harus dengan metode atau cara-cara yang diperintahkan Tu(h)an Semesta Alam melalui utusannya (Rasul).
Apa yang disebut berpikir itu
sesungguhnya adalah suatu mekanisme interaksi ingatan yang terjadi dalam kesadaran qalbu manusia atas dasar rangsangan (aksi) dari luar. Pergumulan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh seseorang dalam arsif ingatan yang ada di alam sadar ataupun alam bawah sadar semua akan menghasilkan sebuah sintesis berupa keputusan/kesimpulan. Dari proses berpikir (tafakkur) tersebut akan menjadi sangat penting bagi setiap diri manusia untuk senantiasa selalu mengunduh memasukan Ruhul Qudus (Firman Allah) kedalam qalbu.
Semua proses itu dapat dilaksanakan melalui, membaca, mendengar atau menghafal firman-firman Allah yang telah dikuasainya atau pahami. Secara asasi seseorang dapat melakukan aktivitas yang pas, yang sesuai kehendak-Nya bila itu ada didalam kesadaran qalbunya. Demikian hal sebaliknya seseorang tidak akan mungkin dapat mengaplikasi firman Tu(h)an Semesta Alam bila mana wahyu tersebut tidak ada didalam kesadaran qalbunya.
Memasukan wahyu Al Qur'an kedalam kesadaran qalbu, seseorang merupakan metode dari pembersihan qalbu dari bercak noda syirik yang lebih dahulu telah bersemayam.
Ketika wahyu (Ruhul Qudus) sudah bersemayam dalam arsif ingatan qalbu kita maka Dia akan menjadi kekuatan (power) dan juga akan mewarnai setiap pemikiran, perkataan dan laku perbuatan kita, maka sesungguhnya perkataan seseorang itu adalah cerminan/refleksi dari wahyu/ilmu.
Aktualisasi dari pekerjaan Tu(h)an Semesta Alam itu adalah dari perwujudan seseorang yang sedang berdakwah mengajak manusia lain menuju jalan yang diridhai-Nya.
Disadur kembali oleh:
Zimran A.E.
Minggu, 15 Juni 2025
Serpihan petuah
Kamis, 12 Juni 2025
MELAWAN ARUS TRADISI NENEK MOYANG.
MELAWAN ARUS TRADISI NENEK MOYANG.
Terbawa oleh arus dari suatu
kondisi keadaan yang mau tak mau seperti menjadi keharusan untuk melaksanakan
apa-apa dari segala aturan atau sistem hukum yang berlaku dan juga oleh
karena memang semuanya sudah terlanjur di yakini dan merasa semua akan
dapat terwujud dari sesuatu yang memang sangat kita idam-idamkan dan inginkan,
yaitu kehidupan surga ( Qs al baqarah 2/170 ), padahal kepastian dari sebuah
harapan tujuan itu belumlah tentu terukur, terarah dan atau belum tentu
bernilai obyektif ilmiah apa lagi merasa yakin akan sampai kepada puncak
kejayaannya, sebab semua itu sangatlah mustahil jika sesuatu yang dikerjakannya
itu akan dapat membuahkan hasil, tanpa dengan adanya aturan hukum yang pasti
atau absolut, maksudnya aturan hukum yang bersumber dari sebuah petunjuk prodak
dari yang di kehendaki dan diridhai oleh Sang Pencipta.
Gerak
kehidupan yang ada pada diri setiap insan itu seolah-olah tertutup oleh awan
yang sangat tebal, sehingga terasa sulit untuk berontak serta menepis guna
memastikan kebenaran jalan yang sedang dilaluinya.
Kesadaran
dari setiap diri pun seakan lepas bahkan seperti diabaikannya saja dari
arus gelombang yang ada, padahal semua itu akan membawa kehidupannya kepada
kebinasaan dan kehancuran semata.
Gambaran
potret dari kehidupan yang ada merupakan perwujudan dari keakuan suatu konsep
kebenaran yang hanya dimonopoli oleh tiap-tiap golongan tertentu di
komunitasnya saja, yang padahal pada kenyataannya, yang terjadi hanya
membuahkan suatu perpecahan juga sengketa antar sesama dan itu ternyata jika
kita merunut kepada apa kata al qur'an maka semua itu dimata Sang
Pencipta adalah merupakan orang yang telah dianggap sudah menduakan
Tu(h)an yang sesungguhnya.( Qs ar rum 30/31-32 )
Semangat
juang fisabilillah itu seharusnya digelorakan ke arah perubahan dan
perbaikan serta juga semua itu seharusnya juga dibumikan atau didialogkan
guna untuk mempersatukan visi dan misi dari sebuah tujuan hidup yang benar
menurut dari Sang Pencipta yaitu Ad Dien Al Islam atau An Aqimuddin.( Qs asy
syura 42/13 ).
By:
GTW.
BILA KHILAFAH TEGAK
BILA KHILAFAH TEGAK
Kesempurnaan Islam sering kali disampaikan oleh para agamis
dan tokoh ilmuan islam masa kini dengan memperlihatkan kehidupan berbangsa-bangsa
yang hidup aman dan selesa. Kehidupan yang berpandukan kepada pelbagai jenis
agama yang hidup dalam satu masyarakat yang pelbagai dan berdasarkan hukum yang
dibuat manusia.
Namun berdasarkan pernyataan Al-Quran surat Al-Maidah ayat 3
mengenai kesempurnaan Din Al-Islam yang memiliki maksud bahawa Din Al-Islam
yang Rasulullah Muhammad dan kaum mukmin perjuangkan telah berwujud dalam
bentuk tegaknya kekuasaan hukum Allah di muka bumi. Pernyataan ini dinyatakan
setelah Futuh Mekah dan diikuti dengan berduyun-duyunnya suku-suku bangsa di
Jazirah Arab untuk tunduk di bawah kuasa Khilafah Islamiyah.
Dengan kemenangan dan tegaknya kekuasaan itu, kaum mukmin
telah memiliki empat syarat pengabdian yang benar kepada Allah iaitu pertama;
kesatuan ummat yang diikuti oleh kesatuan aqidah dan visi hidup. Kedua;
Tegaknya Sulthan iaitu kekuasaaan politik yang kukuh berdasarkan Ulil amri.
Ketiga; Sempurnya hukum yang mencakupi seluruh aspek kehidupan manusia.
Keempat; Wilayah untuk mewujudkan cita-cita Islam sebagai Khilafah fil-Ardh.
Din yang berinti pada syariat iaitu hukum baru dikatakan
sempurna ketika ia didukung oleh sarana hukum berupa kekuasaan hukum Allah,
aparat hukum Allah dan legitimasi umat yang tunduk kepada hukum Allah. Jika
syarat wajib ini tidak dimiliki, Din Al-Islam pun akan runtuh dan hilang sifat
kesempurnaannya.
Hari ini, Din Al-Islam secara konseptual melalui Al-Quran dan
produk peradabannya memang sudah sempurna. Namun, untuk mengapplikasi dan
mengaktualisasikan nilai-nilai hukum yang mengatur kegiatan muamalah diperlukan
satu proses bertahap yang sesuai dengan pencapaian usaha jihad itu sendiri.
By.GTW
Jumat, 06 Juni 2025
Pembodohan Massal
Pembodohan Massal
PENGORBANAN ADALAH KETAATAN
PENGORBANAN ADALAH KETAATAN
Ibadah berkurban merupakan ibadah yang berkorelasi erat
dengan Abraham, Bapak dari Para Nabi.
Abraham atau Ibrahim bahkan mendapat julukan Kekasih Allah
karena ketaatan, kepatuhan dan ketauhidannya. Berkat sifatnya beliau kemudian
menjadi contoh atau uswah bagi para Nabi & Rasul.
Salah satu hal yang dicontoh dari sosok beliau adalah ketika
Abraham bersedia melakukan pengorbanan.
Inti dari berkurban ialah:
“لا شريك لهو"
"Tidak menyekutukan Allah dengan segala sesuatu."
Senada dengan alunan gemuruh tasbih yang dilantunkan kala
melakukan seremoni pengurbanan.
"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah
millah Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik."
(An-Nah 16:123)
Allah memperingati manusia agar tidak menduakan-Nya,
melakukan kemusyrikan. Bahkan di Qs An-Nisa ayat 48 Allah menegaskan bahwa DIA
mengampuni semua dosa kecuali syirik.
Senada dengan tidak berbuat syirik, kita dituntun untuk
mengikuti Millah Ibrahim sebagai sebuah jalan kebenaran, jalan yang diikuti
para RASUL. sebuah ajaran hidup yang sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh
Abraham.
Mengikuti ajaran dari Rasulullah tidak boleh hanya sebatas
yang tata ritual saja. Tapi lebih jauh, pemaknaan dibaliknya harus dipahami
juga. Dua hal yang harus dimaknai dan dicontoh ialah:
✓Abraham mengorbankan anak laki-lakinya (Ismail & Ishak)
untuk memperjuangkan risalah Allah.
✓Abraham mampu bertahan terhadap ketaatannya dengan
meninggalkan ideologi orang tua dan bangsanya yang disimbolkan dengan
menghancurkan berhala.
Siap dan mampukah kita untuk mengikuti jalan dan ajaran dari
Abraham sebagimana para Rasul Allah?.
Sanggupkah kita terbebas dan membebaskan orang lain dari
kemusyrikan?
Siapkah kita mengorbankan harta dan jiwa kita? Tidak semata
darah sapi dan daging domba?
“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah
memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, Din yang benar, Millah Ibrahim yang
lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik." (Al-An'am:161)
By:
MICHAEL ZAHID ADITIYA
MEMAKNAI HARI PENGORBANAN 2
MEMAKNAI HARI PENGORBANAN
Terminologi
Idul adha sering juga sering disebut lebaran Haji karena
proses wukuf, kadang juga disebut Idul Qurban, Idul Nahr atau hari
penyembelihan qurban.
Agar maknanya dapat kita pahami dengan baik, Mari kita kaji
dari sisi linguistik. Dalam bahasa asalnya (bahasa Arab), istilah idul adha
merupakan gabungan dua kata yaitu عىد dan اضحى. secara harfiah dua
kata ini mempunyai arti masing-masing. Kata عىد "id"
mempunyai arti 'kembali" dan kata اضحى "adha"
mempunyai arti binatang yang disembelih. Adapun uraian lafaz adha الاضحى Secara hakiki, Ibadah Qurban adalah
pengorbanan, kita hidup dalam pengabdian kepada-Nya harus menyembelih sifat
kebinatangan, agar dapat menjalani ujian dari-Nya berdasarkan ilmu yang
diajarkan dari-Nya, ilmu tersebut masuk melalui Mata atau Telinga, dan diolah
dalam Otak.
Binatang
ternak juga mempunyai mata telinga dan otak, bahkan 8 sistem organ pada ternak
juga ada pada diri manusia, namun yang membedakan adalah ketika manusia itu
hidup dalam petunjuk Ilahi dan dapat membedakan mana yang haq dan batil melalui
petunjuk itu. lafaz ini berwazan af'alu افعل dan ia adalah bentuk
jamak dari kata adhat الاضحاة
yang bermakna "kambing/hewan yang dijadikan kurban”. Lafaz adha bisa
dijamakkan lagi menjadi adhohi الاضاحى dan yang seperti
ini dalam istilah nahwu disebut dengan nama jam'ul jam'i جميع الجمع/menjamakkan
lagi bentuk jamak,
Hewan kurban itu sendiri dalam bahasa arab bisa disebut
dengan empat cara (membaca) yaitu adhat, udhhiyyah, idhhiyyah, dan dhohiyyah,
Adhat dijamakkan menjadi adha dan masih bisa dijamakkan lagi menjadi adhohiyy.
Udhiyyah dijamakkan menjadi adhohiyy. Idhhiyyah juga dijamakkan menjadi
adhohiyy. Dhohiyyah dijamakkan menjadi dhohaya, Dengan demikian adhohiyy bisa
merupakan bentuk jamak dari adha, udhhiyyah dan idhhiyyah
Jadi idul adha secara harfiah bermakna Hari Raya Berkurban,
maksudnya hari raya kaum muslimin di hari tersebut menyembelih hewan kurban
dalam rangka bersyukur kepada Allah, Sang Tuan Alam Semesta.
Secara semantik, dari bahasa asalnya, istilah iduladha
mempunyai keberhubungan makna dengan istilah-istilah lainnya, diantaranya
dengan kata nahr dan zabaha.
Kata nahr diwujudkan sebagai kata kerja perintah yang
diletakkan secara paralel dengan kata Sholat pada Surat Al-Kautsar
"Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan
berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)."
(Qs. Al-Kautsar 108: Ayat 2)
Secara harfiah, kata nahr berarti menyembelih, mengalirkan
darah hewan kurban.
"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup
berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku
bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!"
Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan
(Allah) kepadamu: insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar."(Qs. As-Saffat 37: Ayat 102)
Sajian kata zabaha diantara ayat ini dengan bentuk
“azbahuka” dalam konteks peribadahan dengan berkurban. Teks ini disajikan dalam
Al-Qur'an sebagai transkripsi komunikasi Abraham/Ibrahim dengan putranya,
Ismael/Ismail, "azbahuka" merupakan struktur lengkap yang terdiri
dari subjek, predikat dan objek. Jika kalimat ini diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, kurang lebih menjadi “aku akan menyembelihmu". Dan ini menjadi
momen awal atas munculnya perintah berkurban yang pertama kali.
Abraham/Ibrahim digelar Khalilullah/Kekasih Allah tak hanya
disebut dalam Al-Quran, dalam Alkitab sangat banyak menyebut Abraham kekasih
Tuhan, maka tak heranlah kita beliau diangkat sebagai nama yang disebut suri
teladan yang telah menjadi teladan Nabi dan Rasul sekelas Musa, Isa dan
Muhammad. (Perhatikan Qs. 60/4). Tak hanya berhaji dan qurban menjadi teladan
Abraham/Ibrahim ada juga berkhitan.
Abraham/Ibrahim meski punya kekayaan yang banyak tak
menyurutkan ketaatan dan ketakwaannya kepada Sang Pencipta, Dalam kitab
“Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, beliau memiliki kekayaan 1000 ekor
domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaannya
mencapai 12.000 ekor ternak, jumlah yang menurut orang di zamannya adalah
tergolong milliuner.
Hanya saja proses pengurbanan Abraham pada literatur dalil
yang ditafsirkan agama jalur ismail dan israil dipandang berbeda, tapi kalau
dicermati dengan baik ada kesamaan adegan yang digambarkan Alkitab pada
Kejadian 22:1-18 dan surat As-Saffat 102-108, yakni ketika mendapatkan perintah
Allah mengurbankan anaknya melalui mimpi, lalu hendak ditunaikan menyembelih
anaknya maka itu digantikan dengan ternak. Inilah proses ujian pada keikhlasan,
ketaatan dan ketaqwaan Abraham kepada Allah.
Secara hakiki, Ibadah Qurban adalah pengorbanan, kita hidup
dalam pengabdian kepada-Nya harus menyembelih sifat kebinatangan, agar dapat
menjalani ujian dari-Nya berdasarkan ilmu yang diajarkan dari-Nya, ilmu
tersebut masuk melalui Mata atau Telinga, dan diolah dalam Otak. Binatang
ternak juga mempunyai mata telinga dan otak, bahkan 8 sistem organ pada ternak
juga ada pada diri manusia, namun yang membedakan adalah ketika manusia itu
hidup dalam petunjuk Ilahi dan dapat membedakan mana yang hag dan batil melalui
petunjuk itu.
By:
MICHAEL ZAHID ADITIYA
MEMAKNAI HARI PENGORBANAN
MEMAKNAI HARI PENGORBANAN
Salah satu perayaan besar umat islam sedang diperingati,
yakni Idul Adha, hari ini juga dikenal sebagai puncak ritual ibadah haji
terutama saat wukuf. Hari ini ditandai pada tanggal 10-15 Dzulhijjah atau hari
tasyrik.
Dalam sejarah Ibadah haji mulai wajib saat tahun ke-9
hijriyah, meski Rasulullah Muhammad SAW berhaji ditahun ke-10. Selama sembilan
tahun tinggal di Madinah, Beliau tidak pernah melaksanakan ibadah haji di
Makkah. Beliau baru mengumumkan kepada para sahabatnya akan melaksanakan ibadah
haji pada tahun ke-10 Hijriyah, karena peperangan Tabuk baru usai ditahun ke-9
Hijriyyah. tahun ini dikenal juga Haji Wada, Atau Haji pertama dan terakhir
Rasulullah, sebab 3 bulan setelahnya beliau wafat.
Meski ada juga perbedaan pendapat mengapa Rasulullah baru
melaksanakan haji di tahun ke-10 hijriyyah seperti dikutip dari buku The Great
Episodes of Muhammad saw (Said Ramadhan al-Buthy, 2017), "orang-orang
musyrik melakukan tawaf dalam keadaan telanjang. Sungguh aku tidak akan
melakukan ibadah haji sampai tidak ada lagi hal seperti itu,” kata Nabi
Muhammad. Dan sejalan buku Membaca Sirah Nabi Muhammad Dalam Sorotan Al-Qur'an
dan Hadis-hadis Shahih (M. Quraish Shihab, 2018), situasi dan kondisi yang
belum kondusif seperti itulah yang membuat Nabi Muhammad enggan melaksanakan
ibadah haji.
Idul Adha mempunyai makna syarat akan pengorbanan,
keikhlasan, ketaatan dan ketaqwaan. Para pemuka agama islam meyakini bahwa
adanya ibadah Haji bukanlah hal yang baru diajarkan oleh Rasulullah Muhammad
SAW, tapi beliau hanyalah melanjutkan ajaran Allah, Sang tuan Semesta Alam.
Ibadah Haji diperkenalkan kepada manusia pada zaman Nabi Abraham/ibrahim,
beliau diperintahkan untuk melaksanakan ibadah Haji.
“Dan (ingatlah), ketika kami tempatkan Ibrahim di tempat
Baitullah (dengan mengatakan), "Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan
apa pun dan Sucikanlah rumah-ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang
beribadah dan orang yang rukuk dan sujud. Dan serulah manusia untuk mengerjakan
haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau
mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang
jauh.”
(Al Hajj' 26-27)
Jika kita pahami dengan baik awal perintah ini, pertama
istilah Baitullah, atau dikenal ka'bah sudah ada dari dahulu, jadi ajaran
Rasulullah Muhammad bukanlah ajaran baru, atau buatan pribadinya, sebab ritual
haji sudah ada sebelum beliau menjadi Rasul. Hanya saja ibadah haji yang syarat
akan makna pengabdian, persatuan, ketaatan dan ketaqwaan tidak lagi dipahami
secara hakiki, melainkan ajang ibadah bergengsi, sebab bisa dilaksanakan jika
yang mampu, baik segi ekonomi dan fisik.
kedua, Haji diserukan kepada manusia, bukan hanya untuk
panggilan yang beragama islam, maka jika kita tak memahami haji itu berguna
untuk apa bagi kepentingan manusia maka ayat ini akan salah arti dan makna.
Begitu pula ritual sa'i (berjalan kecil) pada ibadah haji
diambil dari sejarah Sitti Hajar/Hagar yang menggendong Ismael/ismail berlarian
diantara bukit Safa dan Marwah, lalu ismael menangis dan didapatnya sumur
berisi air zam-zam, dalam Alkitab peristiwa itu ketika diusir oleh Sitti
Sarah/Sara, terbilang aneh jika ditinjau dari sisi Alkitab, sejarah dalam
Alkitab disebut Ismael adalah kakak sulung dari Ishaq anak Sara, bahkan jelas
dalam kitab kejadian 17:24-26 Abraham umur 99 tahun dan Ismael umur 13 tahun
dikhitan bersamaan, saat itu umur ishaq saat disapih berarti maksimal umur 2
tahun, berarti Ismael sudah berumur 15 tahun. Maka tidak mungkinlah seorang ibu
Siti Hajar menggendong ismel yamg sudah berumur 15 tahun mengarungi padang
pasir.
Namun proses pengusiran ini bukanlah pengusiran dalam hal
kekerasan atau sifat keirian seorang Sara yang disangka umat kristiani sehingga
Abraham sempat marah dan ditegur oteh-Nya, tapi melainkan perintah Allah kepada
Abraham, Abraham malah mempersiapkan pengurbanan DIA sebagai nabi merelakan
anaknya mengemban peranannya ditanah Arab. Sebab dari turunan Ismael lah hingga
besarlah keturunan Abraham di timur tengah. Dari sinilah kita belajar sikap
Beliau, Perintah Allah no 1 dan Istri serta anak setelahnya.
Peristiwa lainnya seperti tanah yang tandus dapat menjadi
air yang berlimpah, ini masalah ridho Allah, waktu dan Ilmu, Allah mengubah
daerah tersebut menjadi penggenapan tak ada yang tak mungkin jika DIA
berkehendak.
Ritual lempar jumrah pada haji, jika dirujuk pada sejarah
Abraham, ternyata diambil saat Syaitan menggoda Abraham untuk tidak
melaksanakan penyembelihan anaknya. Sehingga Abraham saat itu mengambil batu
dan melemparkan sambil mengatakan “bismillahi allahu akbar", inilah juga
dicontoh saat akan melempar jumrah pada ritual haji. Dari sini peristiwa ini
kita belajar bahwa Syaitan kerjanya hanya memberikan godaan dari perintah yang
bertentangan dari Allah, namun godaan itu banyak timbul dari dorongan hawa
naf'su pribadi, barang siapa yang tergerak murni atas nama DIA untuk
membesarkan ilmu dan ajaran-Nya atas dasar keikhlasan, ketaatan dan ketaqwaan
maka ia akan digantikan dengan yang lebih baik oleh-Nya.
Thawaf dalam haji terjadi 2 kali yang pertama/ifadhah wajib
dan dikenal thawaf wada atau perpisahan, thawaf adalah proses mencontoh seluruh
benda langit, yang begitu taat pada aturan dan hukum.yg telah diundangkan-Nya,
mulai dari bulan mengelilingi bumi, bumi mengelilingi matahari dan galaksi
milky way dan bimasakti seakan punya poros tersendiri. ketaaatan Ciptaan-Nya
dilangit dicontoh seorang utusan-Nya dan direfleksikan datam bentuk thawaf,
seluruh makhluk-Nya terkhusus manusia harus tunduk pada 1 pusaran sumber
ketaatan, yakni DIA Pemilik Alam Semesta, maka tak ada utusan-Nya tidak
mengajarkan mengabdikan diri hanya kepada 1 TUAN, sebab semua yang begitu
teratur diatas langit pasti ada yang mengaturnya. Dialah Sumber hukum yang Haq,
Dialah pengatur segalanya tak sedikitpun lalai dan lelah.
Setelah proses itu wukuf di padang arafah juga diyakini
tempat pertemuan Adam dan Hawa dan sekaligus diyakini umat islam mainstream
bahwa padang arafah adalah miniatur padang masyhar tempat berkumpulnya semua
manusia saat dibangkitkan pasca hari kiamat untuk dihakimi. Jika seperti itu
maka timbullah pertanyaan, apakah cukup seluas padang arafah mencakup seluruh
manusia yang telah mati yang dibangkitkan? Apakah benar kiamat itu hancurnya
alam semesta? Bukankah Rasulullah Muhammad pernah berkata telah dekat masanya?
Perhatikan Qs. 17/51, 33/63, 42/17, 67/27, 72/2. Bukankah azab sebelum
kiamat ditimpakan kepada orang kafir? Ini berarti jika azab itu telah tiba
kepada orang kafir pada zaman Rasulullah masih hidup berarti kiamat sudah
dekat.
Dari wukuf kita belajar bahwa mereka semua memakai pakaian
serba putih dan tidak berjahit, yang disebut pakaian ihram, melambangkan
persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai
persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. tidak dapat dibedakan antara
mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang
maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
Labbaykallahumma labbayk, labbayka la syarika laka labbayk.
Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk. La syarika lak. Artinya, "Aku
datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku
datang memenuhi panggitan-Mu. tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi
panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah adalah
milik-Mu. tiada sekutu bagiMu."
Kalimat talbiyah ini jika saat haji yang paling sering
digemakan, sebab orang yang berhaji adalah undangan dari Allah, inilah cara
Allah mengajarkan kepada seluruh utusannya, saat mereka telah berkuasa dibumi
untuk memanggil seluruh pembesar atau pemegang kuasa ditiap daerah untuk
membicarakan perihal seluruh masalah umat manusia.
Berlanjut....
By:
Michael Zahid
Aditiya
BACAAN YANG HAQ
BACAAN YANG HAQ
Ekosistem dan kehidupan sosial merupakan dua hal yang sangat
relevan, dimana keduanya memiliki hubungan timbal-balik yang saling
membutuhkan.
Manusia membutuhkan alam sebagai fasilitas guna
melangsungkan aktivitas kehidupan, demikian halnya alam semesta diciptakan
sebagai sumber daya pemenuhan kebutuhan manusia.
Berbicara tentang sebuah kondisi yang tak terpisahkan ini,
yakni antara alam dan manusia maka Allah menyertakan sebuah life guidance agar
manusia hidup dengan pola yang benar, dan memanfaatkan sumber daya yang telah
disediakan dalam rangka melaksanakan kontinyuitas pengabdian kepada Allah.
Petunjuk itu adalah Al Quran, untuk itu mari kita telusuri
apa itu Al Quran.
Secara bahasa Qur’an artinya bacaan, membaca adalah sebuah
bentuk kerja yang berarti mengaktifkan mata untuk menerima data yang
tertangkap. Contoh:
✓menonton pertandingan bola = membaca kekuatan dan kelemahan
kedua tim yang sedang bertanding.
✓Prakiraan cuaca: membaca arah mata angin dan awan.
Al-Qur’an adalah sebuah bacaan, bacaan khusus (ada alif lam),
Khusus: Al-Quran berbeda dengan bacaan yang lain. Karena redaksi dan wartanya
memang khusus bercerita tentang Dien dan etape-etape penegakkan Dien.
Membaca keadaan & pola kehidupan yang benar yang sedang
berlangsung, yakni kehidupan yang ideal, ini terlihat dengan aktivitas yang
terjadi dengan kondisi yang sangat teratur. Alam semesta tidak pernah
membangkang, mereka beraktivitas berdasarkan fitrah, yakni tunduk & patuh
kepada 1 sistem. Inilah kehidupan yang harmonis, & kehidupan inilah yang
seharusnya dialami juga oleh manusia, karena sudah menjadi fitrah sejak awal
penciptaan manusia.
Sistem yang ditaati oleh alam semesta harus teraplikasikan
ke dalam kehidupan manusia. Masyarakat harus diatur ke dalam sebuah sistem yang
ideal & sudah teruji. Sistem inilah yang termaktub di dalam Al-Qur'an,
sehingga Al-Qur'an menjadi berbeda dengan bacaan lainnya. Inilah makna khusus
yang dimaksud hanya Al-Qur'an yang merupakan petunjuk untuk mengarahkan manusia
ke dalam sebuah kehidupan yang sempurna, dimana kesenjangan sosial dihapuskan,
keadilan ditegakkan, tersedianya keamanan & kenyamanan bagi semua mahluk.
Itulah sebabnya mengapa Al-Fatihah dijadikan surat pembuka,
dan An-Naas dijadikan surat penutup. Ini mengartikan bahwa sistem yang sudah
teruji dan sedang digunakan oleh alam semesta harus terlaksanakan pula dalam
kehidupan sosial.
Dan hasil akhirnya adalah kehidupan masyarakat dunia yang
harmonis, karena semua manusia kembali mentaati peraturan yang sudah ditetapkan
oleh Allah. Aturan alam semesta menjadi aturan kehidupan manusia, penguasa alam
semesta menjadi penguasa kehidupan manusia, dan ketaatan alam semesta menjadi
ketaatan pada kehidupan manusia.
Mari kita cermati QS 30/30:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Dien yang
hanif: (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. Itulah Dien yang lurus:
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Jika seseorang ingin membangun sebuah rumah, apa tahapan
pertama yang harus ia lakukan? Apakah langsung membeli material dan langsung
mengerjakannya? Atau terlebih dahulu ia merancang desain bangunan dan melakukan
perencanaan pembangunan? Duluan yang mana, produk atau sistem?
Allah menjawab pertanyaan tadi dengan QS 30/30, sangat jelas
bahwa sejak awal sebelum manusia diciptakan, Allah sudah menyertakan sebuah
sistem, dan sistem itu merupakan rancangan pasti Allah. Fitrah adalah fungsi
dasar dari sebuah sistem yang sempurna, di mana dengan fitrah tersebut manusia
dapat melakukan aktivitas, namun konsep seperti ini tidak banyak yang
mengetahui
Produk keluaran Robb al 'alamien adalah produk yang
sempurna, tidak pernah ada istilah error dalam kamus penciptaan Allah, apalagi
dalam rangka coba-coba.
Inilah yang disebut dengan Dien yang Hanif, dan Dien ini
sampai kapanpun tetap eksis, straight through to the edge atau Dienul Qoyyim
adalah sistem yang sudah menjadi fitrah bagi setiap makhluk.
Keadaan inilah yang harus terjadi dalam kehidupan kita, oleh
sebab itu manusia diseru untuk memahami Al Quran, karena hanya dengan Al Quran
manusia akan paham bagaimana menjalankan hidup dengan sistem yang ideal
tersebut.
By:
Michael Zahid Aditiya
BAGAIMANA CARA MEMAHAMI AL-QURAN
BAGAIMANA CARA MEMAHAMI AL-QURAN
Dalam membaca sesuatu, kita haruslah benar-benar
memperhatikan bacaan tersebut karena ketika kita salah membaca tentulah akan
salah memahami bahkan lebih jauh salah mempraktekkan apa yang kita baca
tersebut.
Pun dalam mengikuti apa yang diturunkan Allah haruslah
berkesan, jika tidak maka kita tidak mendapatkan apa-apa selain kebuntuan atau
kesia-siaan belaka.
Esensi wahyu Allah sesungguhnya bukan sekadar rangkaian
huruf & kalimat yang tertulis. Wahyu Allah itu la shautin wa la harfin
bukan suara dan bukan huruf. Jadi esensi Al-Qur'an itu adalah "ruh"
Maka dari itu dalam menginstall ayat-ayat Allah diperlukan rumus tersendiri.
Al Jaatsiyah (45) ayat 20
(Al-Quran) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang meyakini.
Al-Quran sebagai bashoir, atau alat pandang, bisa dikatakan
juga sebagai alat bantu manusia untuk melihat semua fenomena yang sedang
terjadi.
Al Quran diciptakan sebagai life guidance (Huda), atau alat
penunjuk arah yang benar sehingga manusia menemukan sebuah kehidupan yang
ideal. Yang berhak memperoleh khasiat Al-Quran hanyalah kalangan yang yakin dan
yang mengoptimalkan penggunaan Al Quran.
Baca dan pahamilah dengan bahasa yang kamu kuasai, tidak
hanya membaca bahasa tempat kitab suci tersebut diturunkan. Karena kalau kita
membaca lantas tidak memahami maksud dari bacaan tersebut, bukankah itu sekadar
membunyikan huruf?.
Aturan dasar dalam memahami Al-Qur'an,
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para
nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim Musa dan Isa putra Maryam,
dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh, (Al-Ahzab Ayat 7)
Semuanya harus diawali dengan komitmen yang teguh sebagaimana
komitmen yang pernah dilakukan oleh para nabi & rasul, Kan Al-Quran dari
dia, jadi ga perlu dirasionalkan dong..."
Yakin?
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin
Allah dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya. (Yunus ayat 100)
Ternyata dalam memahami Al-Qur'an tetap harus menggunakan
akal juga lho.
"Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama
lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah
ditentukan” (Al-A'raaf ayat 24)
Harus membuka lebar pikiran, agar ayat-ayat Al-Quran mudah
dipahami.
Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka
janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi
peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang beriman. (Al-A'raaf ayat 2)
Jangan ada kesempitan maupun keraguan dalam menerima
ayat-ayat Al-Quran.
By:
Michael Zahid Aditiya
Minggu, 01 Juni 2025
Pakai Teokrasi
Pakai Teokrasi
Kita harus sadar dan pro aktif dalam menerima materi keilmuan yang kita dengarkan dari seorang utusan Tu(h)an Semesta Alam, atau disebut juga Rasul yang telah terlebih dahulu menyampaikan kepada para kadernya (mu'min mubaligh) dan itu berarti kita telah sadar akan segala makna dan urgensinya, bahwa sebenarnya apa yang keluar dari mulut utusan itu semuanya adalah ilmu Allah tentang bagaimana cara hidup kehidupan seluruh makhluknya yang akan membawa kedamaian dan kejahteraan. Jadi visi misi inipun harus kita jalani dan pahami juga, karena semua bersumber dari Tu(h)an yang satu, Tu(h)an Yang Maha Esa melalui Rasul-Nya.Jika mau diungkapkan ialah dari Rasul kitapun sama harus menjadi rasul-rasul karena rasul itulah saksi bagi kita dan kita pun orang-orang mu'min menjadi saksi bagi segenap manusia Qs Al Hajj 22/78. Fakta sejarah mengatakan bahwa Darrul Arqam adalah dimana tempat menimba ilmu maka segala yang kita terima, kita dengar harus terekam ke dalam arsif kesadaran qalbu, jadi jika tidak merekamnya maka kita akan ketinggalan zaman dan itu pasti. Bila kita mempelajari Al Qur'an secara cermat maka dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa perlu diketahui seperti halnya bahwa simpul itu merupakan aqod ibarat dari membuat sebuah tambang ujungnya harus dibungsel terlebih dahulu biar anyamannya tidak terurai kembali, itulah bentuk perumpamaannya. Pekerjaan membaca itu yang sangat berarti atau yang mahal adalah pada kesimpulannya atau solusi.
Alam yang kita lihat dan alami sehari-hari merupakan suatu bukti nyata bahwa sebenarnya ada kekuasaan dan kekuatan dari dalam yang mengendalikannya, karena Dialah Allah Yang Maha Kuasa, dimana saja berpijak baik dilangit dan dibumi karena seluruh makhluknya tidak ada yang akan terlepas dari kuasa-Nya.
Bicara Qul huwallah adalah bukanlah berbicara masalah sebuah angka tapi satu kesatuan sistem , bisa juga disebut sebuah sistem besar bahwa tidak ada sistem diluar atau melebihi dari kuasa Tu(h)an Semesta Alam.
Sekali lagi bukan ngomongin masalah jumlah Tu(h)an tapi kekuasaan suatu sistem.
Ketaatan Qur'an terhadap ketauhidan itu seharusnya dinyatakan dengan bahwa tidak ada ketaatan selain kepada Allah, dan bahwa Allah menyaksikan artinya kita mengerti, paham bahwa akupun menyaksikan tentang apa yang aku saksikan. Intinya itulah arti pemahaman
syahadat orang-orang berilmu.
Aku memahami benar bahwa seluruh makhluk di Alam Semesta ini telah tunduk patuh terhadap apa yang di maqadirkan oleh Tu(h)an Semesta Alam.
Setiap tarikan nafas inipun merupakan bukti dari ke Maha Rahman dan Rahim-Nya Allah terhadap manusia Qs Ar Rahman 55/13.
Kita bisa ngomongpun adalah karena Allah karena Dia-lah yang telah memandaikan bicara kepada kita karena kekuasaan besar di alam semesta ini semua tidak terlepas atas Kehendak-Nya.
Seluruh mahkluk yang hidup dialam semesta ini sedang sibuk memaha sucikan Allah artinya seperti halnya manusia memahami fungsi dari penciptaan dirinya yaitu fungsi dari manusia adalah menegakkan Dien.
Puncak dari pada dunia apakah itu saind, proses kelahiran/alaqah semua itu di kendalikan atau diatur oleh sebuah hukum Allah. Dalam prinsif ilmu ada keteraturan yang pasti, merujuk kepada tujuan itulah ilmu Allah, maka janganlah merusak makro sistem, dan mikro sistem, ambil contoh semut saja ada tugasnya sesuai fungsinya yang sudah digariskan oleh Tu(h)an-Nya
Seluruh makhluk di Alam Semesta ini tidak ada yang menyimpang semua sudah tuduk patuh dan suatu penyimpangan hanya ada pada komunitas manusia saja yang bisa. Bila dilihat dari kaca mata ilmu orang-orang kafir itu sesungguhnya dimusuhi oleh Alam. Dien adalah merupakan
Undang-undang yang mengatur tentang parameter Alam dari tujuan penciptaan manusia dan tugas dari manusia sesungguhnya agar supaya didalam hidupnya bahwa tidak ada pengabdian selain kepada Allah semata. Bencana perang yang ditimbulkan oleh bangsa manusia biasanya selalu berkaitan dengan terpuruknya masalah ekonomi bangsa tersebut.
Di Sadur kembali oleh:
Zimran A.E
AYAT-AYAT ALAM AL-QURAN
AYAT-AYAT ALAM AL-QURAN
Allah merupakan Rabb al-Alamin. Allah menamakan dirinya Rabb
sehubungan dengan kedudukan-Nya selaku Pencipta, Pemelihara & Pengatur
kehidupan segenap makhluk ciptaan-Nya. Dia menghidupkan, mematikan, memberikan
sumber-sumber kehidupan, tak pernah lelah & lengah sedikitpun dalam
mengurus makhluk-Nya. Dialah Raja yang ditaati seluruh makhluk-Nya, yang
menimpakan azab kepada bangsa yang dimurkai-Nya, memberi kekuasaan kepada orang
yang dikehendaki-Nya, & Dia pula yang menjatuhkan kaum yang
dikehendakin-Nya serta semua makluk sedang bertashih (aktif) melaksanakan
ketentuan-ketentuan Allah yang diundangkan atas dirinya.
Diajarkannya ayat-ayat tersebut memiliki tujuan agar manusia
memahami bahwa di balik fenomena kehidupan alam lain, yakni alam metafisis yang
tidak bisa dilihat (dipahami) dengan mata yaitu mata insani, bukan mata hewani.
Mata hewani adalah mata biologis, alat indra untuk mengenal benda-benda materi,
sedangkan mata insani mampu menembus dibalik alam materi. Ada tiga macam
perangkat tubuh manusia yang harus ditingkatkan kualitasnya agar ia tidak
zalim.
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari
kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak
diperpunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat
Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lapi. Mereka itulah
orang-orang yang lengah. (Al- A'raf: 179)
Pertanyaan,
Allah memberi manusia tiga sarana tersebut untuk memahami
makna hakiki dari hidup dan kehidupan.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang hakikat hidup perlu
di cari jawabannya,
Dari mana sesungguhnya keberadaan makhluk alam semesta
berasal?
Siapakah yang menciptakannya?
Untuk apakah tujuan alam semesta diciptakan?
Bagaimana cara hidup manusia yang selaras dengan kehidupan
universal?
Nilai atau ganjaran apa yang akan diterima manusia tatkala
ia berbuat kebajikan atau kejahatan?
Bagaimana cara menghapus dosa?
Ini adalah masalah gaib yang tidak dapat dibuktikan dengan
metode sains & teknologi. Einstein & Newton selaku begawan ilmiah tidak mampu menjawabnya. Untuk mencari
jawabannya, sudah seharusnya manusia bertanya dan belajar dari kitab suci dan
sejarah kehidupan orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai utusan Allah,
Utusan yang Maha Gaib, yang tidak lain dan bukan adalah Rasul dan Nabi.
Dalam Al-Qur'an dinyatakan bahwa fenomena akwan (alam) baik
makhluk yang ada di langit (benda-benda langit) maupun yang ada di bumi,
semuanya itu adalah ayat-ayat Allah,
Ayat maknanya adalah bukti (fakta) dari kekuasaan
Allah.
Artinya, alam semesta adalah sebuah kerajaan besar yang di
dalamnya penuh dengan aturan atau hukum, dan adanya satu kekuasaan yang
mono-loyalitas yang haq untuk diibadati
Fenomena alam dan fenomena kehidupan para Nabi serta Rasul
Allah adalah ayat atau tanda bukti bahwa Allah sebagai Pengatur, Penguasa dan
Yang diibadati oleh seluruh makhluk-Nya, dan manusia sebagai makhluk wajib taat
kepada Sang Khaliq.
Namun sayangnya manusia itu egois, dia melihat dirinya sudah
sempuma dan tidak butuh isti'anah (pertolongan) dari Sang Khaliq.
Sesungguhnya tidak ada cara hidup lain selain manusia
menyerahkan dirinya untuk diatur hanya oleh Allah, Tuan Semesta Alam, melalui
Rasul-Nya
By:
Michael Zahid Aditiya
PADA ZAMAN JAHILIYAH
PADA ZAMAN JAHILIYAH
Sebelum Muhammad mendakwahkan ajarannya kepada bangsa Arab,
jangan disangka bahwa mereka (bangsa arab) tidak mengenal istilah Allah, mereka
sebenarnya sudah mengenal nama Allah. Gambaran orang bahwa bangsa arab sebagai
penyembah patung seperti kebudayaan yunani, adalah suatu khayalan yang tidak
didukung oleh fakta maupun logika yang sehat. Sebenarnya bangsa arab bukanlah
penyembah patung, karena mereka sudah mengenal nama Allah jauh sebelum Muhammad
datang kepada mereka.
Tetapi kenapa Allah mengatakan bahwa bangsa arab pada waktu
itu adalah bangsa jahiliyah? bangsa yang mempersekutukan Allah? Ini yang harus
kita bongkar. Bukti bahwa bangsa arab pada waktu sebelum Muhammad diangkat
menjadi utusan Allah sudah mengenal nama Allah, adalah sambutan yang diberikan
oleh paman Muhammad yakni Abu Tholib dan seorang pendeta nasrani yakni Waroqah
bin Naufal dalam acara pernikahan Muhammad dengan Siti Khodijah.
Sambutan Ali Bin Abi Thalib:
“Segala puji hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita
dari keturunan Ibrahim dari bibit tanaman Ismael dari pokok Ma'aad dari cucu
Mudar, yang telah menjadikan kita penjaga dan pemelihara rumahNya (Allah) yaitu
ka'bah, pengurus dan pengatur tanah suci-Nya yang tanah dan Rumah itu untuk
digunakan bagi ibadah haji dan untuk perlindungan yang mendatangkan keamanan,
dan yang telah menjadikan kita sebagai hakim bagi segenap umat manusia.
Kemudian daripada itu, sesungguhnya anak saudaraku ini Muhammad bin Abdillah,
tidaklah dapat ditimbang dan dibanding dengan seorang laki-laki lain, baik
kemuliannya, keutamaannya, keluhuran budi pekertinya, maupun kebangsawanannya,
melainkan pasti dapat kemenangan, meskipun dia seorang yang tidak mampu. Karena
memang harta benda itu ringan dan mudah lenyap, urusan yang menutup kebenaran,
yang mengganggu kebaikan, dan barang pinjaman yang musti diambil kembali oleh
yang punya. Demi Allah , Muhammad ini kelak akan membawa berita gembira yang
besar, kepentingan yang amat berguna, dan tuntunan yang amat mulia.
Sesungguhnya pada hari ini, telah menggembirakan bagi saudara-saudara jalah khodijah
bin khuwalid yang telah dipinang dan diambil istri oleh Muhammad bin Abdillah
dengan mas kawin baik yang tunai maupun yang ditangguhkan dari harta bendaku
sebesar dua belas setengah aqiyyah adanya.”
Seusai Abu Tholib memberikan sambutan, berdirilah Waroqah
bin Naufal untuk menyambut pidato Abu Tholib.
“Segala puji dan sanjung hanya bagi Allah jua , yang
telah menjadikan kita sebagai apa yang telah engkau nyatakan tadi. Kita kepala
bangsa arab dan pahlawan-pahlawannya adalah orang yang ahli tentang itu. Tidak
ada orang arab yang mengingkari akan kemuliaan saudara-saudara dan tidak ada
seorang pun yang menolak akan keluhuran saudara-saudara. Maka itu saksikanlah
wahai saudara-saudara bangsa Quraisy bahwasanya Aku pada hari ini. telah
menikahkan khodijah binti khuwalid dengan Muhammad bin Abdillah dengan
menyediakan untuk peralatan perkawinan ini 400 dinar.
Kutipan yang panjang lebar ini merupakan data nyata, bukti
sejarah, bahwa fitnah orang tentang bangsa Arab tidak kenal Tuhan Allah adalah
bohong atau tidak benar. Karena mungkinkah orang yang menyatakan segala puji
bagi Allah atau segala puji dan sanjung hanya bagi Mu-lah jua itu adalah
penyembah patung patung (yang terbuat dari batu atau kayu)?
Abu Jahal (sebutan bagi pemimpin bangsa jahiliyah) adalah
orang yang sangat kental imannya kepada Allah, sangat dominan dengan
perkataan-perkataan agamais dan ritus-ritus agamais di Ka'bah. Tetapi dia
adalah orang yang tidak percaya, bahwa mengabdi kepada Allah harus taat dan
tunduk patuh kepada aturan atau hukum Allah. Abu Jahal adalah orang yang yakin
dan percaya bahwa alam semesta dan manusia adalah ciptaan Allah, adalah
Kerajaan Allah. Tetapi disebabkan Muhammad adalah utusan Allah dia tidak mau
mengimaninya. Kenapa dia tidak mau beriman kepada Muhammad? Karena Muhammad
datang dengan membawa sistem kehidupan yang berdasarkan kepatuhan hanya kepada
Allah, maka dia menolaknya, karena itu dia dikatakan orang yang kafir kepada
Allah dan utusan-Nya.
Bangsa Arab tinggal di jazirah Arabia, yang kita lihat pada
peta dunia adalah satu titik tengah dunia atau jantungnya dunia. Pada saat itu
mereka dijepit oleh dua kekuasaan besar. Di sebelah barat oleh imperium Romawi
dengan Negara satelitnya, dan di sebelah timur oleh imperium Persia juga dengan
seluruh daerah jajahannya yang merupakan Negara boneka. Kekuasaan politik
adalah panglima dari aspek-aspek kehidupan lainnya. Artinya jika suatu bangsa
yang berada di bawah kekuasaan Romawi, maka seluruh corak kehidupan manusia
yang ada di dalamnya berkiblat ke Roma. Demikian halnya yang berada dibawah
Persia, semua nilai-nilai budaya akan dipengaruhi oleh si Tuan Besar itu.
Yang perlu kita simak dari kedua imperium tersebut adalah
perbedaan ideologi politiknya. Bangsa Romawi walaupun diperintah oleh
raja-raja, namun corak kehidupannya liberal. Sebaliknya bangsa Persia, corak
kehidupannya adalah komunis dengan peran militer sebagai kekuatan pengendali,
namun demikian kedua imperium ini berakar pada ideologi yang sama, yaitu
kehidupan materialism . Dua model kekuasaan tersebut berebut supremasi politik
dunia, tetapi keduanya tidak mampu menciptakan suatu bentuk masyarakat
international yang damai, adil, dan sejahtera. Mengapa demikian? Jawaban Allah
sangat tegas, yaitu karena kedua sistem kekuasaan itu (liberal dan komunis)
adalah bathil.
Bathil adalah istilah untuk menyatakan bahwa keduanya adalah
isme-isme bikinan manusia yang tidak pernah ada buktinya dalam perjalanan umat
manusia memberikan keselamatan dan kesejahteraan, tetapi mereka tetap
memujanya. Perhatikan Surat ke 53 ayat ke 23: “(Dewa-dewa yang mereka puja)
itu tidak lain hanyalah isme-isme yang kalian dan bapak-bapak kalian
mengada-adakannya saja, Allah tidak pernah menurunkan ilmu seperti itu.
Sesungguhnya yang mereka ikuti tidak lain hanyatah angan-angan belaka, dan sesuatu
kebutuhan nafsu biologis, padahal sudah ada petunjuk untuk mereka yang berasal
dari Pencipta mereka sendiri.
” Surat ke 2 ayat ke-77: “Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur (sistem timur) dan barat (sistem barat) itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada & Allah
(menghadapkan diri kepada sistem Allah).
Bangsa Arab dari semenjak Abraham telah menata jazirah arab.
Suku-suku yang ada di sana sudah memiliki simbol-simbol kehormatan semacam ini.
Di antaranya adalah simbol Hubal, Latta, Uzza, Manaat, dan Nasr. Simbol-simbol
tersebut adalah berbagai bentuk nama-nama, gambar atau bendera dari berbagai
partai-partai yang ada. Ukir-ukiran dari kayu, batu, perunggu mewakili legenda
seorang pemimpin atau mewakili norma-norma adat dan budaya leluhur / nenek
moyang dari suku atau bangsa itu. Surat ke-29 ayat ke-25:
“Dan berkata Abraham: "Sesungguhnya yang kamu
jadikan pelindung selain Allah itu adalah berhala yang kalian jadikan lambang
untuk menciptakan persatuan dan kasih sayang di antara kalian dalam kehidupan
dunia ini, kemudian pada “hari tegaknya keadilan” sebahagian kamu mengingkari
sebahagian yang lain dan saling menghujat satu sama lainnya dan tempat
kembalimu ialah neraka, dan tak akan ada yang membela lagi.”
Budaya umat seperti ini adalah klasik, tak pernah hilang.
Hampir semua bangsa yang katanya modern, eksis dengan budaya seperti itu.
Jadi demikianlah pemahaman jahiliyah, yakni dimana manusia
atau bangsa mengaku atau merasa menjadi umatnya Allah, menjadi umat kesayangan
Allah, tetapi mereka mengabdi kepada hukum yang selain Allah, membuat tata
aturan hidup sendiri yang tidak berdasarkan kitab-kitab Allah. Ajaran Allah
hanya dijadikan sebagai ajaran budi pekerti, tidak dijadikan sebagai aturan
hidup atau falsafah berbangsa dan bernegara.
By:
Michael Zahid
Aditiya
JAHILIYAH
JAHILIYAH
Jalan pemikiran jahiliyah modern JAHILIYAH
Jalan pemikiran jahiliyah modern dewasa ini adalah
menganggap bahwa sifat daripada kebudayaan adalah berkembang dari waktu ke
waktu. Apa yang dulu 14 abad yang silam dianggap baik yang sesuai dengan
kondisi pada saat itu belum tentu cocok untuk diterapkan dalam kehidupan masa
kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, sistem komunikasi yang
begitu cepat serta perkembangan teknologi dan sains yang begitu maju, maka ide
untuk kembali menempatkan 'agama' sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia,
menjadikan hukum-hukum 'agama' sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak
populer lagi.
Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk
menyelamatkan 'agama' adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya
untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan
dengan ritual sebagi aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Itulah
pandang orang hari ini.
Kenapa Muhammad diutus di arab? Jawaban umum orang-orang
hari ini adalah karena pada waktu itu bangsa arab adalah bangsa jahiliyah.
Pengertian mereka tentang jahiliyah adalah hidup di tengah belantara padang
pasir yang panasnya membakar sepanjang tahun, gunung-gunung batu yang tandus
serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dikatakan jahiliyah karena
sifatnya yang kejam, bodoh, dan barbar. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah
(suku-suku) eksklusif. Jika satu suku bertemu dengan suku lainnya di padang
pasir satu sama lain saling baku hantam.
Mereka hidup dari berniaga dari satu dusun ke dusun lainnya,
dan ditengah jalan seringkali mereka dicegat penyamun yang merampok
barang-barang dagangan mereka. Mereka juga tidak mengenal Tuhan Allah, yang
mereka sembah adalah berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Di
sekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh
tiap kabilah yang datang ke rumah tua itu. Judi, miras, prostitusi,
pemerkosaan, pembunuhan, perampokan adalah masalah-masalah biasa dan sudah
menjadi kebudayaan mereka.
Hal yang demikian dapat terjadi karena bangsa Arab adalah
bangsa yang ummi yakni bangsa yang buta huruf. Bahkan Muhammad diakui oleh
pengikutnya sebagai Nabi yang buta huruf. Itulah gambaran massal manusia
tentang pengertian Jahiliyah.
Di sini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan
hukum. Allah sebagai satu-satunya pengatur yang mempunyai aturan/hukum yang
harus ditaati oleh seluruh makhluk-Nya termasuk manusia. Hukum yang diciptakan
oleh Allah dalam kehidupan manusia mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu
membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahannya agar orang tersebut kembali
fitrah, tidak keluar dari garis fitrahnya, dengan demikian akan tercipta
kondisi kehidupan manusia yang adil dan sejahtera.
Terdapat kesetimbangan yang luar biasa dalam seluruh gerakan
dinamis alam semesta dan hal tersebut mengungkapkan bahwa kehidupan di semesta
ini berlandaskan pada keseimbangan yang sangat cermat. Pergeseran yang sangat
sedikit pun pada orbit benda-benda langit, bahkan hanya beberapa milimeter,
dapat membawa akibat yang sangat serius. Beberapa di antaranya dapat sangat
mengganggu sehingga kehidupan di bumi tidak mungkin terjadi.
Secara fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur. Yang
berhak mengatur suatu makhluk adalah Sang Penciptanya sendiri, Maknluk tidak
berwenang untuk mengatur makhluk lainya. Jika Rasul Allah menghukum seseorang,
itu dilakukannya dalam kedudukannya selaku mandataris Allah dan atas izin
Allah, bukan atas kemauannya sendiri. Itulah landasannya Allah membuat hukum
yang kemudian diperintahkan kepada para rasulnya untuk ditegakkan di bumi
manusia, agar manusia berhukum kepada hukum Allah, Perhatikan surat ke-5 ayat
ke-49 :
"Dan hendaklah kamu menghukum dengan apa yang
diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan rendah mereka."
Di samping hukum Allah, ada hukum bikinan manusia. Apa
dasarnya bahwa hukum bikinan manusia adalah sesuatu yang rendah. Salah satu
sifat dasar manusia adalah keinginannya untuk menguasai orang lain, atau -
nafsu berkuasa. Kekuasaan dalam segala aspek kehidupan adalah alat untuk
memiliki. Nah, dalam rangka memiliki itulah manusia membuat peraturan-peraturan
hukum. Hukum adalah alat yang paling efektif untuk melindungi kepentingan. Jika
sebuah orde kekuasaan membuat aturan hukum, esensinya untuk memuaskan keinginan
atau nafsu syahwatnya atau kelompoknya.
Hampir semua ayat-ayat yang menyinggung istilah jahiliyah
selalu dihubungkan dengan penolakan manusia terhadap seruan utusan Allah agar
hendaknya manusia jangan mengabdi kepada selain Allah.
Umat Musa yang mengusulkan dibuatnya ilah-ilah lain sebagai
pengganti Allah, disebut jahiliyah bukan karena bodoh dalam arti lawan dari
kata pandai. Mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-ilah kepada Allah,
tidak mau tunduk patuh kepada hukum Allah.
Iman kepada Allah tidak sebatas percaya kepada Allah atau
Allah itu ada. Tetapi Iman kepada Allah adalah taat kepada perintah Allah, taat
kepada hukum Allah itu sendiri, Iman mengandung esensi sebuah ketaatan, tidak
hanya sebatas ketaatan batiniyah semata tetapi juga ketaatan secara fisik
kepada hukum-Nya. Manakala hukum-Nya tidak diberlakukan, apakah bisa manusia
taat kepada Allah?.
Berlanjut....
By:
Michael Zahid Aditiyan dewasa ini adalah
menganggap bahwa sifat daripada kebudayaan adalah berkembang dari waktu ke
waktu. Apa yang dulu 14 abad yang silam dianggap baik yang sesuai dengan
kondisi pada saat itu belum tentu cocok untuk diterapkan dalam kehidupan masa
kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, sistem komunikasi yang
begitu cepat serta perkembangan teknologi dan sains yang begitu maju, maka ide
untuk kembali menempatkan 'agama' sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia,
menjadikan hukum-hukum 'agama' sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak
populer lagi.
Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk
menyelamatkan 'agama' adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya
untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan
dengan ritual sebagi aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Itulah
pandang orang hari ini.
Kenapa Muhammad diutus di arab? Jawaban umum orang-orang
hari ini adalah karena pada waktu itu bangsa arab adalah bangsa jahiliyah.
Pengertian mereka tentang jahiliyah adalah hidup di tengah belantara padang
pasir yang panasnya membakar sepanjang tahun, gunung-gunung batu yang tandus
serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dikatakan jahiliyah karena
sifatnya yang kejam, bodoh, dan barbar. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah
(suku-suku) eksklusif. Jika satu suku bertemu dengan suku lainnya di padang
pasir satu sama lain saling baku hantam.
Mereka hidup dari berniaga dari satu dusun ke dusun lainnya,
dan ditengah jalan seringkali mereka dicegat penyamun yang merampok
barang-barang dagangan mereka. Mereka juga tidak mengenal Tuhan Allah, yang
mereka sembah adalah berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Di
sekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh
tiap kabilah yang datang ke rumah tua itu. Judi, miras, prostitusi,
pemerkosaan, pembunuhan, perampokan adalah masalah-masalah biasa dan sudah
menjadi kebudayaan mereka.
Hal yang demikian dapat terjadi karena bangsa Arab adalah
bangsa yang ummi yakni bangsa yang buta huruf. Bahkan Muhammad diakui oleh
pengikutnya sebagai Nabi yang buta huruf. Itulah gambaran massal manusia
tentang pengertian Jahiliyah.
Di sini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan
hukum. Allah sebagai satu-satunya pengatur yang mempunyai aturan/hukum yang
harus ditaati oleh seluruh makhluk-Nya termasuk manusia. Hukum yang diciptakan
oleh Allah dalam kehidupan manusia mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu
membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahannya agar orang tersebut kembali
fitrah, tidak keluar dari garis fitrahnya, dengan demikian akan tercipta
kondisi kehidupan manusia yang adil dan sejahtera.
Terdapat kesetimbangan yang luar biasa dalam seluruh gerakan
dinamis alam semesta dan hal tersebut mengungkapkan bahwa kehidupan di semesta
ini berlandaskan pada keseimbangan yang sangat cermat. Pergeseran yang sangat
sedikit pun pada orbit benda-benda langit, bahkan hanya beberapa milimeter,
dapat membawa akibat yang sangat serius. Beberapa di antaranya dapat sangat
mengganggu sehingga kehidupan di bumi tidak mungkin terjadi.
Secara fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur. Yang
berhak mengatur suatu makhluk adalah Sang Penciptanya sendiri, Maknluk tidak
berwenang untuk mengatur makhluk lainya. Jika Rasul Allah menghukum seseorang,
itu dilakukannya dalam kedudukannya selaku mandataris Allah dan atas izin
Allah, bukan atas kemauannya sendiri. Itulah landasannya Allah membuat hukum
yang kemudian diperintahkan kepada para rasulnya untuk ditegakkan di bumi
manusia, agar manusia berhukum kepada hukum Allah, Perhatikan surat ke-5 ayat
ke-49 :
"Dan hendaklah kamu menghukum dengan apa yang
diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan rendah mereka."
Di samping hukum Allah, ada hukum bikinan manusia. Apa
dasarnya bahwa hukum bikinan manusia adalah sesuatu yang rendah. Salah satu
sifat dasar manusia adalah keinginannya untuk menguasai orang lain, atau -
nafsu berkuasa. Kekuasaan dalam segala aspek kehidupan adalah alat untuk
memiliki. Nah, dalam rangka memiliki itulah manusia membuat peraturan-peraturan
hukum. Hukum adalah alat yang paling efektif untuk melindungi kepentingan. Jika
sebuah orde kekuasaan membuat aturan hukum, esensinya untuk memuaskan keinginan
atau nafsu syahwatnya atau kelompoknya.
Hampir semua ayat-ayat yang menyinggung istilah jahiliyah
selalu dihubungkan dengan penolakan manusia terhadap seruan utusan Allah agar
hendaknya manusia jangan mengabdi kepada selain Allah.
Umat Musa yang mengusulkan dibuatnya ilah-ilah lain sebagai
pengganti Allah, disebut jahiliyah bukan karena bodoh dalam arti lawan dari
kata pandai. Mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-ilah kepada Allah,
tidak mau tunduk patuh kepada hukum Allah.
Iman kepada Allah tidak sebatas percaya kepada Allah atau
Allah itu ada. Tetapi Iman kepada Allah adalah taat kepada perintah Allah, taat
kepada hukum Allah itu sendiri, Iman mengandung esensi sebuah ketaatan, tidak
hanya sebatas ketaatan batiniyah semata tetapi juga ketaatan secara fisik
kepada hukum-Nya. Manakala hukum-Nya tidak diberlakukan, apakah bisa manusia
taat kepada Allah?.
Berlanjut....
By:
Michael Zahid Aditiya
Serpihan petuah
Serpihan petuah Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200 saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...
-
Zanniyun Amanniyun itu sebuah pola pemikiran yang terjadi dari orang-orang kebanyakan saat ini, itu sudah terlihat dan terbukti maka, jangan...
-
#KABUR SAJA DULU, APAKAH SOLUSI? Fenomena seperti "#kabur saja dulu" mungkin mencerminkan perasaan frustrasi atau kelelahan da...