Dalam
sejarah kontemporer cerita Abraham dan istrinya hanya dua orang wanita saja
yang dikenal pada umumnya, padahal didalam Kitab Suci diceritakan bahwa dia
mengambil pula istri yang bernama "Ketura" (Kejadian 25:1). Inilah
rahasia terbesar yang belum terungkap secara terang benderang saat ini. Bukan
tanpa alasan, kenapa Para istri Abraham tidak diceritakan secara objektif
sesuai kondisinya, hal ini berhubungan dengan kepentingan besar dari latar belakang
alasan yang disembunyikan demi hegemoni sekelompok orang.
Menceritakan
kejadian yang sebenarnya kepada khalayak, akan membahayakan dan mengganggu
dominasi kekuasaan yang eksis pada masanya. Untuk itulah strategi yang jitu
adalah mengelabui dan menulis sejarah sesuai dengan kepentingan pengusaha yang
berkuasa, namun sebaik-baiknya bangkai dibungkus akhirnya akan tercium juga.
Kita
akan memulai cerita Para istri Abraham dari garis keturunan Sarah, Siti Sarah
dikenal sebagai wanita yang memiliki kesabaran yang luar biasa dan sosok yang
setia serta memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah. Dia lahir di Ur Kasdim
sebuah kota kuno di wilayah Mesopotamia, jika sekarang kita mengenalnya dengan
Irak. Sarah lahir dari keluarga terhormat dan memiliki status sosial yang
tinggi (bangsawan) tetapi cerita ini tidak banyak diangkat karena keterbatasan
literasi yang bersangkutan.
Singkat
cerita setelah dinikahi oleh Abraham, Sarah baru memiliki anak yang bernama
"Ishaq" pada usia 90 tahun sementara Abraham 100 tahun. Ini merupakan
karunia dari Tuhan yang diberikan kepada mereka berdua meskipun usianya sudah
lanjut. Berkat didikan orang tuanya Ishaq tumbuh sesuai dengan harapan, dan
dari pasangan Ishaqlah kemudian lahir salah satunya yang terkenal dalam sejarah
bernama Nabi Yakub (Jacob).
Dalam
perjalanannya Yakub diganti namanya oleh Allah dengan "Israel", bukan
tanpa latar belakang dia diganti namanya. Kesetiaan dan ketaatan Yakub terhadap
warisan ajaran Abraham membuat dia memiliki predikat ini. Secara etimologi Israel
artinya orang yang diperjalankan Tuhan Semesta Alam, artinya dia adalah orang
yang diberkati baik dirinya maupun kelak keturunannya (Al-Baqarah (2):124,
Kejadian 35:10-12).
Kesetiaan
Israel atau Yakub kepada Tuhan juga diwariskan kepada anak-anaknya, hal ini
bisa kita saksikan pada firman Tuhan dalam Kitab Suci Al-Qur'an ( Al-Baqarah
(2): 131) dibawah ini:
وَوَصّٰى بِهَاۤ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَ يَعْقُوْبُ ۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَـكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ
"Dan
Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
"Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."
(QS.
Al-Baqarah 2: Ayat 132)
Dari
pernyataan satu ayat firman Tuhan diatas, kita sudah bisa menyimpulkan bahwa
ajaran yang diwariskan Abraham adalah ketunduk-patuhan kepada Tuhan Semesta
Alam. Yaqub sudah menyatakan konsistensi dirinya terhadap warisan ajaran yang
diterima dari kakek moyangnya, lalu bagaimana dengan keturunan berikutnya?...,
Kita akan saksikan pada tulisan berikutnya.
Penulis:
Michael
Zahid Aditya