Manusia berjalan diatas muka bumi ini dalam rangka untuk mencari hidup dan kehidupan yang diridhai-NYA dan yang oleh karena semua itu masih diperankannya dan itu sampai nanti sampai pada saat ajal dari manusia itu telah tiba dijemput-NYA , atau pada waktu yang sudah ditentukan oleh Sang Pencipta. Bila kita adalah orang yang selalu gemar dalam berpikir kritis, mungkin setidaknya ada sedikit kejanggalan serta rasa prasangkaan yang terlintas tentang bacaan dari proses berpikir otak, ada pertanyaan bahwa sudah damaikah bumi persada ini dan juga sudah sejahterakah kehidupan dari mayoritas yang namanya manusia itu ?
Jika kita memang sudah menerapkan sifat dari
karakter yang jujur mungkin bacaan hidup di kehidupan kita ini belumlah
terwujud dari yang namanya sebuah harapan yang selama ini kita inginkan dan
kita cari ( kehidupan damai sejahtera), bahkan cenderung terkadang masih banyak
yang berpecah belah satu dengan yang lainnya, karena pada kenyataannya masih
banyak pula kesenjangan sosial yang terjadi didalam kehidupan dari manusia.
Kesadaran dalam proses berpikir religius itu ternyata sangatlah penting dan
berguna bagi kita untuk menapaki jalan dari tujuan hidup dan kehidupan yang di
ridhai Sang Pencipta yaitu siratal mustaqiem tetapi bukan yang shiratal mahdubi
dan lagi-lagi itu sangatlah penting dan juga sangatlah menentukan sejauh mana
hidup dan kehidupan dari diri kita sekarang ini sehingga kita tahu bahwa gerak
hidup kita ini tidak keluar dari rel yang sudah ditentukan dan dikehendaki oleh
Sang Pencipta (ALLAH).
Coba perhatikan dan sejenak di renungkan, bukankah sistem hukum yang berlaku dimuka bumi sekarang ini semuanya adalah merupakan hasil kreasi dari manusia? jelaslah itu bukanlah perwujudan rancangan kehendak dari Sang Pencipta namun semuanya itu tetap tidak terlepas dari izin dan kehendak
dari Sang Pencipta itu juga, karena memang hanya sejenis makhluk yang namanya manusialah yang diberikan hak kebebasan memilih dalam menenentukan segala jalan kehidupannya (Qs asy syam 91/8) Kenyataan gambaran kehidupan dari
kebanyakan manusia pada umumnya hanyalah selalu mengedepankan pada hawa
nafsunya saja atau yang didalam al qur'an menyebutnya "hayatidunnya"
yaitu pola kehidupan yang hanya mengedepankan kepuasan dari darah dan daging
saja.
Ada satu adagium yang salah pada kebanyakan dari manusia, kesannya memang sepele tetapi sebenarnya itu sangatlah krusial, mengapa karena manusia tanpa sadar melakukan sebuah aktivitas pekerjaan dimulai (start) pada saat waktu sudah berada pada penghujung hari atau hari yang seharusnya kita beristirahat, bukan dimulai pada saat hari pertama (ahad ) sepele bukan, coba kita perumpamakan saja seperti dengan aktivitas melompat, bila hitungan lompatan tidak berurutan pastilah kita akan mengalami yang namanya terjatuh, karena memang semua itu terlalu jauh dari jangkauan yang seharusnya kita lompati.(Qs An Nisa' 4/47).
By:
ZIMRAN A E.