Manusia pada umumnya senang akan pujian atas segala kepuasan dari hasil karya yang ditampilkannya di muka umum. Beralih kepada carut marutnya dari segala persoalan yang ada di sekitaran kehidupan manusia semua merupakan bahan diskusi tersendiri yang sangat mengasyikan, namun seperti tidak pernah berujung, seakan-akan menemukan sebuah jalan buntu dan atau seperti tidak pernah menemukan titik solusi dari kepastian sebuah jawaban. Mungkin karena dari masing-masing individu itu sendiri saling ingin mengemukakan sebuah ide atau gagasan pendapatnya dengan secara tidak karuan dan kebablasan, akan tetapi bukan malah untuk mencoba berusaha berdamai kepada atas dasar azas kebersamaan dalam mufakat, sehingga yang terjadi sepertinya hanya untuk mencari kesenangan dalam pujian semata, bukan untuk mencari solusi dan titik temu dalam persamaan pendapat tentang segala hal dari pembahasan permasalahan yang ada (Qs Ali'Imran 3/159).
Dan harus diakui dari setiap kita semua memang sudah pasti berbeda, baik dalam karakter maupun tingkat kecerdasan dalam hal wawasan ilmu.
Lapang dada dari seorang patriotisme sangatlah dibutuhkan di dalam forum diskusi yang mengikat untuk mencari solusi jawaban atas segala bahasan permasalan yang ada. Sebenarnya itu mudah saja dalam mencari benang merah dari segala persoalan yang ada, hanya dengan kembali merujuk kepada
apa-apa dari isi perkataan dalam kitab sucilah, sehingga semua dapat ditemukan dan akan menjadi suatu rangkaian sebuah jawaban dari visi dan misi yang memang ingin dicapai (Qs Al An'am 6/161).
Rasa ingin tampil terdepan merupakan sebuah rumusan yang salah dan juga malah akan memperkeruh dari situasi keadaan permasalahan yang ada, bahasa kasarnya, jangan hanya untuk ingin cari muka saja, karena dari tujuan semua itu agar supaya hanya dirinyalah yang selalu disebut atau dianggap yang terbaik. Iring-iringan dalam penyambutan menjadi seperti sebuah keharusan dengan niat berharap keberhasilan dari meriahnya suatu keberlangsungan pelaksanaan sebuah acara, bukan untuk dalam rangka memberikan motivasi atau spirit bagi umat agar dapat menemukan jalan kebenaran sejati yang sesungguhnya.
Krisis sosok seorang panutan pada saat ini menjadi sebuah dinamika yang sering terjadi di dalam memandang sebuah persoalan yang ada, maka terjadilah banyaknya atau beragamnya solusi jawaban yang pada akhirnya malah menjadi membingungkan (Qs Al Ahzab 33/21). Kesulitan dalam memandang sebuah jawabanpun menjadi kacau balau dan terombang-ambing dalam ketidak pastian yang hakiki.
Begitulah sifat orang-orang yang hanya mengedepankan sikap merasa paling baik dan benar menurutnya, tanpa mengoreksi kembali apa-apa yang telah diucapkan dan dikerjakannya.
By:
ZIMRAN A E