Sabtu, 26 Oktober 2024

Nabi Isa Dan Kemenangan Konsep Kebenaran Kerajaan Allah


Sudah 2000 tahun lebih berlalu kisah Nabi Isa menjadi cerita yang belum terungkap kepermukaan, apakah dia Nabi yang berhasil atau Orang Israel yang terobsesi akan tegaknya Kerajaan Allah?. Jika dia tidak berhasil, mengapa begitu banyak pengikutnya yang mengagungkan dirinya?, Jika dia tidak berhasil mengapa begitu hebat sistem kebersamaan yang dibangunnya?. Jika dia tidak berhasil mengapa begitu semangat penerusnya menyampaikan ajaran yang dibawanya, rela datang ketempat yang terpencil sekalipun demi mewartakan ajarannya?. Menjadi sangat aneh, jika utusan Tuhan bagi umat manusia gagal dalam memperjuangkan misi kebenaran dan kalah dengan misi kejahatan yang datang dari manusia. Silahkan direnungkan segala pertanyaan yang menuntut rasionalitas kita menjawabnya.

Adakah benang merah misi yang dibawa oleh Musa dengan misi yang dibawa oleh Isa Al-Masih atau Yesus?Mengapa Isa atau Yesus harus mangaku sebagai Nabi dan Juru selamat bagi bangsanya?, bukankah sudah ada Nabi Musa sebelumnya?. Adakah sesuatu yang hilang dari apa yang diperjuangkan oleh Musa, sehingga Isa harus berjuang kembali?. Jawaban atas pertanyaan ini menuntut kita untuk berpikir jernih tanpa dilandasi kebencian sektoral yang parsial. Dan tidak ada jawaban yang mutlak kebenarannya, selain datang dari Kitab Suci, mari kita renungkan jawabannya pada surat Al-Baqarah ayat 136:

 

قُوْلُوْۤا اٰمَنَّا بِا للّٰهِ وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلٰۤى اِبْرٰهٖمَ وَاِ سْمٰعِيْلَ وَاِ سْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَ الْاَ سْبَا طِ وَمَاۤ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَاۤ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚلَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖوَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

"Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami berserah diri kepada-Nya."

Sudah begitu jelas ayat ini menjawabnya, bahwa ada hubungan kesinambungan antara ajaran yang dibawa Musa dan Isa dengan ajaran para pendahulunya. Tidak ada perbedaan di antara mereka, karena ajaran yang mereka bawa adalah ketunduk-patuhan kepada Tuhannya. Sebuah ajaran yang terbukti dapat mendamai-sejahterakan alam semesta. Lalu apakah Isa adalah seorang Nabi Bani Israel yang berhasil mewartakan tegaknya Kerajaan Allah?. Kita tidak berpanjang kata, mari temukan jawabannya dalam surat Al-Shaf (61) ayat: 14,

 

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْۤا اَنْصَا رَ اللّٰهِ كَمَا قَا لَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوٰا رِيّٖنَ مَنْ اَنْصَا رِيْۤ اِلَى اللّٰهِۗقَا لَ الْحَـوٰرِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَا رُ اللّٰهِ فَاٰ مَنَتْ طَّآئِفَةٌ مِّنْۢ بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ وَكَفَرَتْ طَّآئِفَةٌۚفَاَ يَّدْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلٰى عَدُوِّهِمْ فَاَ صْبَحُوْا ظٰهِرِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana 'Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah," lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang."

Dengan sangat tegas ayat ini menjelaskan, bahwa Isa dan para pengikut setianya menjadi kaum yang dimenangkan atas apa yang diperjuangkan. Ketika kejahatan saja diberikan kemenangan jika mereka bersekutu (bersatu). Apalagi kebenaran yang sudah pasti perjuangannya direstui oleh Tuhan Semesta Alam. Masihkah kita percaya dengan cerita yang menyudutkan dan merendahkan keberhasilan perjuangan dari hamba pilihan?. Silahkan anda berhak menjawab dengan argumen yang bisa dipertanggung-jawabkan.

 

Penulis:

Michael Zahid Aditiya

Kemampuan Mukjizatiah Nabi Musa Yang Di Sembunyikan

 

Cerita Musa dengan segala mukjizatiah yang dimilikinya telah menjadi kisah yang sebatas dongeng tanpa ada nilai pelajaran untuk dapat di contoh dalam kondisi kekinian. Dan hanya sedikit orang yang mengkritisi kejadian demi kejadian dibalik kisah Musa dengan segala kelebihan yang ada padanya. Terlalu lama kita dinina bobokan oleh cerita yang tidak rasional dan celakanya para ahli sejarah telah sepakat dengan ini semua.

Penegasan Kitab Suci Al-Qur'an yang mengatakan, bahwa kisah-kisah mereka (sejarah orang-orang sebelum kita) harus mampu menjelaskan dan menjadi petunjuk serta Rahmat bagi kaum yang beriman, adalah sesuatu yang bersifat alamiah dalam kehidupan ini (Surat Yusuf ayat 111). Ketika orang tua mengajarkan anak atau cucunya dengan pengalaman hidup yang dialaminya, bukankah itu sesuatu yang wajar dan biasa saja?. Lalu bagaimana kita bisa mencontoh perilaku Nabi Musa, jika apa yang dilakukannya diluar kemampuan manusia pada umumnya?.

Sekali lagi alasan bahwa Para Nabi dan Rasul adalah manusia istimewa, dan tidak akan bisa kita disejajarkan dengannya menjadi alasan para ahli sejarah menutupi kebenaran yang sesungguhnya. Inilah kebodohan spiritual yang sengaja dibiarkan dan di tumbuh suburkan dalam pemahaman mayoritas umat beragama. Pertanyaannya, mengapa mereka melakukan hal demikian, adakah kepentingan besar dibalik ini semua?. Apakah warta utama Musa dan hubungannya dengan kemampuan luar biasa yang dimilikinya?. Bisakah kita menduplikasi apa yang sudah dilakukan Musa dan para pengikutnya? ..

Ketiga pertanyaan diatas, haruslah dijawab dengan pikiran yang jernih tanpa dicampuri kepentingan diluar skenario Sang Pencipta. Baik kita akan menjawab satu persatu dari pertanyaan tersebut, pertama, semua manusia pada dasarnya ingin selalu menjadi kaum yang berkuasa, dan tidak menginginkan hidupnya menjadi kaum yang ditindas atau diperbudak oleh bangsa-bangsa. Sehingga berbagai cara mereka lakukan untuk menutupi keaslian dari kisah para pendahulunya. Inilah yang terjadi pada umat beragama.

Kedua, warta utama Musa kepada Bangsa Mesir pada waktu itu adalah mengajak mereka untuk mengabdi kepada satu Tuhan, yakni Allahnya Ibrahim, Tuhan Semesta Alam. Dan meninggal bentuk pengabdian selain kepada-Nya. Kalau yang diserukan Musa pada waktu itu adalah sekedar penyembahan, maka Fir'aun tidak akan marah. Tetapi konteks pengabdian disini adalah menjadikan aturan Tuhan Semesta Alam sebagai satu-satunya aturan yang harus dijadikan petunjuk dalam kehidupan. Hal inilah yang membuatnya melakukan kezaliman terhadap Musa dan para pengikutnya. Karena baginya aturan yang ditaati pada saat itu adalah hasil konsesus manusia. dan semuanya harus taat dengan keberadaan dirinya.

Adapun hubungan kemampuan mukjizatiah yang ada padanya, dengan warta utama yang disampaikan adalah kemampuannya dalam menjelaskan konsep kebenaran yang ada dalam Kitab Suci sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia (Tongkat yang menjadi ular besar) dan tidak terbantahkan oleh konsep apapun yang datang dari hasil konsesus bangsa-bangsa (tongkat-tongkat yang menjadi ular-ular kecil), semua konsep yang datang dari Ahli sihir (pikir) nya Fir’aun mampu ditelan atau dikalahkan oleh konsep kebenaran yang dibawa oleh Musa. Dengan konsep kebenaran inilah kemudian lautan manusia menjadi terbelah (ada yang pro ke Timur/Persia dan ada yang pro ke Barat/Romawi).

Ketiga, dari jawaban pertama dan kedua sebelumnya, maka pasti mudah menemukan jawabannya. Bahwa warta utama Musa adalah menyerukan bangsanya untuk kembali menjadikan Tuhan Semesta Alam sebagai sumber ketaatan dan kepatuhan dalam kehidupan. Kemudian menjadikan petunjuk (konsep kebenaran) sebagai alat untuk merealisasikannya, maka  sudah dipastikan kita bisa mencontohnya.

Sebagai kesimpulan dari tulisan ini adalah, bahwa ajaran yang dibawa Nabi Musa tidak bergeser sedikitpun dari pelajaran yang diwariskan orangtuanya, Ibrahim, Ishaq dan Yaqub. Untuk lebih meyakinkan kita mari renungkan firman Allah dibawah ini:

 

وَقَا لَ مُوْسٰى يٰقَوْمِ اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِا للّٰهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوْاۤ اِنْ كُنْتُمْ مُّسْلِمِيْنَ

"Dan Musa berkata, "Wahai kaumku! Apabila kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya jika kamu benar-benar orang muslim (berserah diri)."

(QS. Yunus 10: Ayat 84).

 

Penulis:

 

Michael Zahid Aditiya

Kamis, 24 Oktober 2024

Sejahtera Yang Samar

 



       Manusia berjalan diatas muka bumi ini dalam rangka untuk mencari hidup dan kehidupan yang diridhai-NYA dan yang oleh karena semua itu masih diperankannya dan itu sampai nanti sampai pada saat ajal dari manusia itu telah tiba dijemput-NYA , atau pada waktu yang sudah ditentukan oleh Sang Pencipta. Bila kita adalah orang yang selalu gemar dalam berpikir kritis, mungkin setidaknya ada sedikit kejanggalan serta rasa prasangkaan yang terlintas tentang bacaan dari proses berpikir otak, ada pertanyaan bahwa sudah damaikah bumi persada ini dan juga sudah sejahterakah kehidupan dari mayoritas yang namanya manusia itu ?

Jika kita memang sudah menerapkan sifat dari karakter yang jujur mungkin bacaan hidup di kehidupan kita ini belumlah terwujud dari yang namanya sebuah harapan yang selama ini kita inginkan dan kita cari ( kehidupan damai sejahtera), bahkan cenderung terkadang masih banyak yang berpecah belah satu dengan yang lainnya, karena pada kenyataannya masih banyak pula kesenjangan sosial yang terjadi didalam kehidupan dari manusia. Kesadaran dalam proses berpikir religius itu ternyata sangatlah penting dan berguna bagi kita untuk menapaki jalan dari tujuan hidup dan kehidupan yang di ridhai Sang Pencipta yaitu siratal mustaqiem tetapi bukan yang shiratal mahdubi dan lagi-lagi itu sangatlah penting dan juga sangatlah menentukan sejauh mana hidup dan kehidupan dari diri kita sekarang ini sehingga kita tahu bahwa gerak hidup kita ini tidak keluar dari rel yang sudah ditentukan dan dikehendaki oleh Sang Pencipta (ALLAH).


Coba perhatikan dan sejenak di renungkan, bukankah sistem hukum yang berlaku dimuka bumi sekarang ini semuanya adalah merupakan hasil kreasi dari manusia? jelaslah itu bukanlah perwujudan rancangan kehendak dari Sang Pencipta namun semuanya itu tetap tidak terlepas dari izin dan kehendak dari Sang Pencipta itu juga, karena memang hanya sejenis makhluk yang namanya manusialah yang diberikan hak kebebasan memilih dalam menenentukan segala jalan kehidupannya (Qs asy syam 91/8) Kenyataan gambaran kehidupan dari kebanyakan manusia pada umumnya hanyalah selalu mengedepankan pada hawa nafsunya saja atau yang didalam al qur'an menyebutnya "hayatidunnya" yaitu pola kehidupan yang hanya mengedepankan kepuasan dari darah dan daging saja.


Ada satu adagium yang salah pada kebanyakan dari manusia, kesannya memang sepele tetapi sebenarnya itu sangatlah krusial, mengapa karena manusia tanpa sadar melakukan sebuah aktivitas pekerjaan dimulai (start) pada saat waktu sudah berada pada penghujung hari atau hari yang seharusnya kita beristirahat, bukan dimulai pada saat hari pertama (ahad ) sepele bukan, coba kita perumpamakan saja seperti dengan aktivitas melompat, bila hitungan lompatan tidak berurutan pastilah kita akan mengalami yang namanya terjatuh, karena memang semua itu terlalu jauh dari jangkauan yang seharusnya kita lompati.(Qs An Nisa' 4/47).



By: ZIMRAN A E.

Konsekwensi Hukum

 Segala sesuatu yang ada pada alam semesta ini sejatinya adalah ayat-ayat ALLAH. Hal ini sangatlah jelas banyak terlihat dan tertuang didalam semua kitab suci Tu(h)an Semesta Alam. Berbicara menegakkan keadilan berarti menegakkan sebuah sistem hukum dari Yang Maha Adil, karena sistem yang adil hanyalah sistem hukum yang haq dari ALLAH yang diturunkan dan diamanatkan kepada para pembawa Risallah di sepanjang sejarah umat manusia dimuka bumi ini.


Jadi bila berbicara orang-orang yang kafir atau menolak seruan dari Sang Pembawa Risallah adalah apa yang disebut dengan orang-orang yang tidak mau tunduk patuh atau tidak mau berhukum kepada sistem hukum ALLAH. Kekafiran seseorang akan terlihat jelas dengan penolakan dan perlawanan mereka kepada para juru dakwah dari misi Risallah Tu(h)an Semesta Alam yang disampaikan oleh mu'min muballig atau saksi-saksi Tu(h)an Semesta Alam. Orang-orang kafir yang membangkang dan menolak untuk sujud (taat) kepada kekuasaan pemimpin dari pilihan ALLAH dalam kisah Adam itu dikatakan atau disebut sebagai Iblis.


Gambaran siksaan dari kehidupan jahanam itu berlaku pada dua alam yaitu alam dunia dan alam akhirat. Ciri khusus tingkatan kehidupan masyarakat dalam kerajaan Allah dibumi itu disesuaikan dengan kelas-Nya. Hal ini menegaskan, dan sekaligus membuktikan keadilan hukum Allah yang memberi balasan atau ganjaran kepada seseorang sesuai dengan pilihahan dari jalan hidupnya. Ketidakadilan itu justru akan terjadi manakala orang yang beriman (mu'min) disamakan atau disejajarkan dengan orang-orang yang menolak dakwah para pembawa Risallah atau(bangsa kafir). Hukuman atau azab Allah kepada orang-orang yang menolak dakwah dari para pembawa Risalah Tu(h)an Semesta Alam itu telah berulang kali terjadi karena semua itu merupakan sunatullah yang tidak pernah berubah walau sampai kapanpun.


Berbagai macam peristiwa bencana yang timbul dari Alam yang menimpa umat manusia adalah merupakan salah satu bentuk azab dari Allah. Dalam hidup dan kehidupan ini semua sesungguhnya tidak ada peristiwa atau tragedi yang terjadi hanya secara kebetulan. Hanya orang-orang yang tidak mau berpikirlah yang menyatakan bahwa bencana gempa bumi yang terjadi dan yang menimpa suatu bangsa dianggap sebagai suatu kebetulan saja (Qs Al Hadid, 57/22). Sikap terbuka dan lapang dada dalam menerima ilmu merupakan satu wujud karunia yang besar dari Tu(h)an Semesta Alam Qs Al Insyirah, 94/1-8).


Disadur kembali oleh :

Zimran A E.


Ketampanan Paras Yusuf Dan Tabir Rahasia Cerita Di dalamnya

 

Nabi Yusuf menjadi salah satu anak Israel atau Nabi Yaqub yang paling di sayang dari 12 anak yg dimilikinya. Rasa sayang ini menimbulkan kecemburuan yang besar pada 10 anaknya yang lain. Tidak berhenti hanya sebatas cemburu saja tapi berbagai cara mereka lakukan untuk mencelakakan Yusuf. Singkat cerita mereka menyusun skenario untuk mencelakakan Yusuf, dan karena mereka tidak berniat membunuh Yusuf atau hanya sebatas mencelakakan saja dan menjauhkan dirinya dari kasih sayang bapaknya. Maka dibuanglah Yusuf ke dalam sumur tua yang sudah tidak difungsikan keberadaannya.

Perbuatan jahat saudaranya terhadap Yusuf justru mengantarkannya kepada penguasa negeri Mesir. Terlepas dari cerita yang berkembang tentang ketampanan Yusuf yang membuat istri raja terpesona, sehingga mengajak Yusuf untuk melakukan tindakan asusila. Ada konsep kebenaran yang membuat seluruh istri-istri (para menteri) dari raja tersebut, terkagum-kagum dengan penjelasan Yusuf terkait konsep management kepemimpinan. Kekaguman mereka membuat hasil karya tangan-tangan mereka menjadi sia-sia (melukai tangannya) ketika mendengarkan penjelasan dari Yusuf. Inilah tabir rahasia dibalik cerita ketampanan paras Nabi Yusuf.

Cerita ketampanan akan lebih tepat jika di maknai dengan mempesona atau memiliki daya tarik dan pengaruh yang kuat. Lalu apa yang mempesona dari seorang Yusuf, sehingga membuat para istri-istri raja menjadi jatuh cinta?. Kecakapan Nabi Yusuf dalam menganalisis dan memberikan solusi dari permasalahan yang ada, itulah yang membuat mereka tertarik sampai lupa apa yg dilakukannya.

Dari cerita singkat di atas, pelajaran apakah yang mendidik seorang Yusuf sehingga memiliki kepribadian yang istimewa?. Ajaran apakah yang membuatnya dikagumi oleh raja dan para menterinya?. Untuk mendapatkan jawaban yang objektif, maka mari kita bertanya kepada Kitab Suci sebagai ukuran kebenarannya. Perihal ini dijelaskan dalam surat Yusuf (12) ayat 101:

 

رَبِّ قَدْ اٰتَيْتَنِيْ مِنَ الْمُلْكِ وَ عَلَّمْتَنِيْ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَ حَا دِيْثِۚفَا طِرَ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِۗاَنْتَ وَلِيّٖ فِى الدُّنْيَا وَا لْاٰ خِرَةِۚتَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِا لصّٰلِحِيْنَ

"Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh."

Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim, itulah harapan Yusuf yang menjadi keyakinan dalam hidupnya. Artinya dari ayat ini terjawablah, bahwa ajaran yang membuat Nabi Yusuf memiliki kecakapan yang mempesona adalah ketunduk-patuhan. Dan inilah ajaran yang sama dan tidak berubah dari leluhur atau nenek moyangnya Ishaq dan Abraham.

 

Penulis:

 

Michael Zahid Aditiya.

Rabu, 23 Oktober 2024

Garis Keturunan Sarah

 

Dalam sejarah kontemporer cerita Abraham dan istrinya hanya dua orang wanita saja yang dikenal pada umumnya, padahal didalam Kitab Suci diceritakan bahwa dia mengambil pula istri yang bernama "Ketura" (Kejadian 25:1). Inilah rahasia terbesar yang belum terungkap secara terang benderang saat ini. Bukan tanpa alasan, kenapa Para istri Abraham tidak diceritakan secara objektif sesuai kondisinya, hal ini berhubungan dengan kepentingan besar dari latar belakang alasan yang disembunyikan demi hegemoni sekelompok orang.

 

Menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada khalayak, akan membahayakan dan mengganggu dominasi kekuasaan yang eksis pada masanya. Untuk itulah strategi yang jitu adalah mengelabui dan menulis sejarah sesuai dengan kepentingan pengusaha yang berkuasa, namun sebaik-baiknya bangkai dibungkus akhirnya akan tercium juga.

 

Kita akan memulai cerita Para istri Abraham dari garis keturunan Sarah, Siti Sarah dikenal sebagai wanita yang memiliki kesabaran yang luar biasa dan sosok yang setia serta memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah. Dia lahir di Ur Kasdim sebuah kota kuno di wilayah Mesopotamia, jika sekarang kita mengenalnya dengan Irak. Sarah lahir dari keluarga terhormat dan memiliki status sosial yang tinggi (bangsawan) tetapi cerita ini tidak banyak diangkat karena keterbatasan literasi yang bersangkutan.

 

Singkat cerita setelah dinikahi oleh Abraham, Sarah baru memiliki anak yang bernama "Ishaq" pada usia 90 tahun sementara Abraham 100 tahun. Ini merupakan karunia dari Tuhan yang diberikan kepada mereka berdua meskipun usianya sudah lanjut. Berkat didikan orang tuanya Ishaq tumbuh sesuai dengan harapan, dan dari pasangan Ishaqlah kemudian lahir salah satunya yang terkenal dalam sejarah bernama Nabi Yakub (Jacob).

 

Dalam perjalanannya Yakub diganti namanya oleh Allah dengan "Israel", bukan tanpa latar belakang dia diganti namanya. Kesetiaan dan ketaatan Yakub terhadap warisan ajaran Abraham membuat dia memiliki predikat ini. Secara etimologi Israel artinya orang yang diperjalankan Tuhan Semesta Alam, artinya dia adalah orang yang diberkati baik dirinya maupun kelak keturunannya (Al-Baqarah (2):124, Kejadian 35:10-12).

 

Kesetiaan Israel atau Yakub kepada Tuhan juga diwariskan kepada anak-anaknya, hal ini bisa kita saksikan pada firman Tuhan dalam Kitab Suci Al-Qur'an ( Al-Baqarah (2): 131) dibawah ini:

 

وَوَصّٰى بِهَاۤ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَ يَعْقُوْبُۗيٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَـكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَۗ

 

"Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. "Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 132)

 

Dari pernyataan satu ayat firman Tuhan diatas, kita sudah bisa menyimpulkan bahwa ajaran yang diwariskan Abraham adalah ketunduk-patuhan kepada Tuhan Semesta Alam. Yaqub sudah menyatakan konsistensi dirinya terhadap warisan ajaran yang diterima dari kakek moyangnya, lalu bagaimana dengan keturunan berikutnya?..., Kita akan saksikan pada tulisan berikutnya.

 

Penulis:

 

Michael Zahid Aditya

Nabi Ibrahim dan Tabir Rahasia Penerus Misi Risalahnya

Seluruh agama samawi mengenal sosok Nabi Ibrahim sebagai simbol keimanan dan kesetiaan atau ketaatan dari ajaran mereka.  Dialah tokoh leluhur dari ajaran spiritual yang sampai hari diyakini oleh para pemeluknya, dikalangan Yahudi dan Nasrani dia dikenal dengan sebutan "Abraham" sementara didalam Islam dikenal dengan panggilan "Ibrahim". Penyebutan panggilan ini menyesuaikan bahasa daerahnya masing-masing, namun secara makna adalah sama.

Ajaran yang dibawa Abraham adalah "Monoteisme", sebuah ajaran yang meyakini hanya ada satu pengabdian seluruh makhluk di alam semesta ini dan didalam Islam hal ini disebut dengan "Tauhid". Abraham mempercayai bahwa keselarasan dan keharmonisan seluruh makhluk hidup di alam semesta ini berkat prinsip Monoteisme yang berlaku atas mereka. Artinya tidak akan ada keseimbangan tercipta tanpa hukum Tauhid yang ditetapkan atas Makhluk-Nya.

Abraham dalam Kitab Suci bermakna "Bapak dari segala bangsa", predikat ini tidaklah mengada-ada karena seluruh peradaban ajaran manusia setelahnya merujuk kepada Abraham. Namun yang menjadi pertanyaan besarnya, apakah kemurnian ajaran Abraham terjamin oleh para pengikut Nabi-Nabi keturunannya?...

Apakah seorang Ibrahim atau Abraham mewariskan ajaran yang berbeda-beda kepada keturunannya?...Padahal kita mengetahui perjalanan spiritual Abraham mencari Tuhannya. Berakhir pada satu titik, yakni kekuasaan yang disaksikannya di alam semesta ini, terjadi atas satu kekuatan Maha Besar yang menggerakkannya dengan sistem yang satu. Hasil pencarian jalan kebenaran inilah yang kemudian diwariskan Abraham kepada keturunannya, Lalu bagaimana kelanjutan daripada penerusnya?.. Mari kita ikuti lanjutan dari tulisan ini setelahnya.

 

Penulis:

Michael Zahid Aditya 

Minggu, 20 Oktober 2024

Tabir Rahasia Ajaran Nabi Ibrahim/Abraham

 

Nabi Ibrahim Dan Tabir Rahasia Penerus Misi Risalahnya.

Seluruh agama samawi mengenal sosok Nabi Ibrahim sebagai simbol keimanan dan kesetiaan atau ketaatan dari ajaran mereka.  Dialah tokoh leluhur dari ajaran spiritual yang sampai hari ini diyakini oleh para pemeluknya, di kalangan Yahudi dan Nasrani dia dikenal dengan sebutan "Abraham" sementara di dalam Islam dikenal dengan panggilan "Ibrahim". Penyebutan panggilan ini menyesuaikan bahasa daerahnya masing-masing, namun secara makna adalah sama.

 

Ajaran yang dibawa Abraham adalah "Monoteisme", sebuah ajaran yang meyakini hanya ada satu pengabdian seluruh makhluk di alam semesta ini dan di dalam Islam hal ini disebut dengan "Tauhid". Abraham mempercayai bahwa keselarasan dan keharmonisan seluruh makhluk hidup di alam semesta ini berkat prinsip Monoteisme yang berlaku atas mereka. Artinya tidak akan ada keseimbangan tercipta tanpa hukum Tauhid yang ditetapkan atas Makhluk-Nya.

 

Abraham dalam Kitab Suci bermakna "Bapak dari segala bangsa", predikat ini tidaklah mengada-ada karena seluruh peradaban ajaran manusia setelahnya merujuk kepada Abraham. Namun yang menjadi pertanyaan besarnya, apakah kemurnian ajaran Abraham terjamin oleh para pengikut Para Nabi keturunannya?...

 

Apakah seorang Ibrahim atau Abraham mewariskan ajaran yang berbeda-beda kepada keturunannya?...Padahal kita mengetahui perjalanan spiritual Abraham mencari Tuhannya. Berakhir pada satu titik, yakni kekuasaan yang disaksikannya di alam semesta ini, terjadi atas satu kekuatan Maha Besar yang menggerakkannya dengan sistem yang satu. Hasil pencarian jalan kebenaran inilah yang kemudian diwariskan Abraham kepada keturunannya, Lalu bagaimana kelanjutan daripada penerusnya?.. Mari kita ikuti lanjutan dari tulisan ini setelahnya.

 

Penulis:

Michael Zahid Aditya

Manakah System Yang Lebih Baik Mengatur Peradaban Manusia


Setelah kita melewati berbagai kisah perjalanan tentang sistem pemerintahan, yang mewarnai kehidupan peradaban manusia. Tibalah pada satu kesimpulan yang dengan kejujuran harus di akui, Manakah yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan dari Sang Pemilik Alam Semesta, Pola dari Dia kah atau pola berdasarkan keinginan manusia dalam mengatur tata kelola kehidupan manusia?...

 

Dari ketiga sistem pemerintahan yang utama, Monarki, Aristokrasi, dan Demokrasi, maka Monarkilah yang mewakili cara dari Sang Pencipta mengatur peradaban manusia. Apa alasannya? ..Sang Pencipta berdudukan sebagai Raja di alam semesta, kepada-Nya lah seluruh makhluk bergantung hidup dan kehidupannya. Tidak ada satupun makhluk yang bisa lepas dari curahan Kasih dan Sayang-Nya atau dalam bahasa Islaminya " Rahman dan Rahim-Nya". Sejatinya semua makhluk kedudukannya adalah sebagai "hamba" dan Sang Pencipta adalah "Raja". Tidak mungkin ada dua orang raja yang mengatur sebuah kerajaan di alam semesta ini, tentunya akan terjadi kekacauan.

 

Dan selama Sang Raja berlaku "adil" maka pasti akan tercipta keharmonisan, keseimbangan, kedamaian dan kesejahteraan seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini. Namun pada akhirnya kesejahteraan yang tidak dikelola dengan "adil" akan menciptakan kekacauan dan kesewenang-wenangan para pemangku kekuasaan. Keturunan biologis yang tidak amanah akan melahirkan kebijakan yang serakah, dan berakibat amukan rakyat yang marah. Pada akhirnya setiap kekuasaan mengalami masa kejayaan dan kehancuran, dan sebagai kaum berpikir haruslah memiliki kesadaran bahwa ujung dari kehidupan ini akan dimintakan pertanggungjawaban.

 

Penulis:

 

Michael Zahid Aditya

DEMOKRASI

 

Sebagai tulisan lanjutan dari Sistem Polybius..

Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan politik dipegang oleh rakyat, biasanya melalui pemilihan umum yang bebas dan adil. Dalam demokrasi, setiap warga negara memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui wakil yang mereka pilih.

Demokrasi muncul dari berbagai perkembangan sejarah dan pemikiran politik. Beberapa faktor yang mendorong munculnya demokrasi meliputi:

1.      Perjuangan untuk Kebebasan: Banyak masyarakat berjuang melawan tirani dan otoritarianisme, yang mendorong pencarian sistem pemerintahan yang lebih adil.

2.      Pengaruh Pemikiran Filosofis: Pemikiran dari tokoh-tokoh seperti Plato, Aristoteles, dan lebih kemudian, John Locke dan Montesquieu, membantu membentuk konsep tentang hak asasi manusia dan pemerintahan yang berbasis pada kehendak rakyat.

3.      Revolusi dan Perubahan Sosial: Revolusi seperti Revolusi Prancis dan Revolusi Amerika menandai momen penting dalam sejarah di mana rakyat menuntut hak-hak politik dan partisipasi.

4.      Perkembangan Ekonomi dan Kelas Menengah: Munculnya kelas menengah yang berpendidikan dan lebih sejahtera sering kali menjadi pendorong untuk perubahan politik menuju sistem yang lebih demokratis.

Demokrasi terus berkembang dan bervariasi di berbagai belahan dunia, dengan banyak model dan praktik yang berbeda. Namun pada akhirnya demokrasi bisa ditinggalkan atau mengalami kemunduran karena berbagai alasan, antara lain:

1.      Krisis Ekonomi: Resesi atau krisis ekonomi dapat menyebabkan ketidakpuasan publik dan dorongan untuk mencari alternatif yang dianggap lebih stabil.

2.      Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan: Ketidakpercayaan terhadap institusi pemerintahan yang korup atau tidak transparan dapat mengikis dukungan untuk demokrasi.

3.      Penyebaran Populisme: Pemimpin populis sering memanfaatkan ketidakpuasan rakyat untuk meraih kekuasaan, kadang-kadang dengan cara yang mengikis prinsip-prinsip demokratis.

4.      Konflik Sosial dan Ketegangan Etnis: Ketegangan yang meningkat dalam masyarakat dapat mengarah pada polaritas dan pemisahan, memudarkan kepercayaan pada proses demokrasi.

5.      Tekanan dari Otoritarianisme: Beberapa negara dapat mengalami kudeta militer atau penegakan pemerintahan otoriter yang menghentikan praktik demokrasi.

6.      Kurangnya Pendidikan Politik: Ketidakpahaman masyarakat tentang hak dan tanggung jawab dalam sistem demokrasi dapat membuat mereka lebih mudah terpengaruh oleh ideologi otoriter.

7.      Intervensi Asing: Dalam beberapa kasus, campur tangan luar negeri dapat melemahkan demokrasi, baik melalui dukungan terhadap rezim otoriter atau merongrong proses pemilihan.

Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa demokrasi membutuhkan dukungan dan pemeliharaan yang berkelanjutan agar dapat bertahan. Namun keserakahan akan kekuasaan mengakibatkan rusaknya sistem demokrasi, dan berujung kekacauan sistem yang disebut dengan “Kakistokrasi”. Inilah ujung dari perjalanan “Demokrasi” yang pada akhirnya siklus pemerintahan akan kembali lagi kepada “Monarki”.

Penulis:

Michael Zahid Aditya

Sabtu, 12 Oktober 2024

OLIGARKI

 

Kekayaan alam yang hanya dinikmati oleh kaum bangsawan dan keturunannya, menimbulkan rasa iri yang dalam dikalangan masyarakat bawah. Kesempatan mereka untuk bisa menikmati hasil bumi dibatasi oleh sistem aristokrasi, sehingga menimbulkan perlawanan yang terjadi pada lapisan bawah untuk dapat menikmati hak yang sama, perjuangan mereka untuk mencapai kesamaan posisi itulah yang dikenal dengan Oligarki.

Oligarki adalah sistem pemerintahan atau kekuasaan di mana sekelompok kecil individu atau elit menguasai keputusan politik dan ekonomi. Kelompok ini biasanya terdiri dari orang-orang yang memiliki kekayaan, kekuasaan, atau pengaruh yang signifikan.

Keuntungan Oligarki:

1.      Stabilitas: Oligarki dapat menciptakan stabilitas politik karena keputusan diambil oleh sekelompok kecil yang memiliki kepentingan bersama.

2.      Efisiensi: Proses pengambilan keputusan bisa lebih cepat karena tidak melibatkan banyak pihak, memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap masalah.

3.      Kepemimpinan yang Kuat: Dengan kekuasaan terpusat, oligarki seringkali dapat melaksanakan rencana jangka panjang tanpa banyak gangguan dari oposisi.

4.      Keterampilan dan Pengalaman: Anggota oligarki seringkali memiliki keahlian dan pengalaman yang mendalam, yang dapat bermanfaat dalam mengelola pemerintahan dan ekonomi.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa oligarki sering kali mengabaikan kepentingan masyarakat luas dan oligarki memiliki beberapa keburukan yang signifikan, antara lain:

1.      Ketidakadilan Sosial: Kekuasaan terpusat sering kali mengabaikan kepentingan dan hak masyarakat luas, yang dapat memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi.

2.      Korupsi: Dengan sedikitnya kontrol dari masyarakat, oligarki cenderung rentan terhadap praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

3.      Penghilangan Suara Rakyat: Dalam sistem oligarki, suara dan aspirasi rakyat sering kali diabaikan, sehingga mengurangi partisipasi publik dalam proses politik.

4.      Kekuasaan Terpusat: Konsentrasi kekuasaan di tangan segelintir orang dapat mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan dan penindasan terhadap oposisi.

5.      Kurangnya Inovasi: Dengan kurangnya kompetisi dan kontrol publik, oligarki mungkin kurang berinovasi dalam kebijakan atau pelayanan, karena tidak ada dorongan untuk meningkatkan kualitas.

6.      Stagnasi Politik: Oligarki dapat menyebabkan stagnasi dalam sistem politik, di mana perubahan dan reformasi sulit terjadi karena kepentingan elit yang terjaga.

Keburukan-keburukan ini sering kali berdampak negatif pada kesejahteraan masyarakat dan perkembangan demokrasi. Dan pada akhirnya kemarahan rakyat akan perilaku koruptif yang digawangi oleh oligarki melahirkan Sistem Demokrasi, seperti apa sistem ini keuntungan dan kerugiannya mari kita simak pada tulisan lanjutannya.

Penulis:

Michael Z.A

 

ARISTOKRASI

 

Ketidakpuasan rakyat atas Sistem Tirani melahirkan pemberontakan yang diinisiasi oleh kaum bangsawan, kesamaan visi dan misi membuat mereka melakukan suatu gerakan penolakan atas sistem yang berkuasa. Hal inilah yang disebut dengan Sistem Aristokrasi, pada awalnya dianggap baik di zamannya, namun seiring waktu berjalan kekurangannya mulai ditampakkan. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan atau sistem sosial yang didominasi oleh kelompok kecil yang dianggap memiliki status tinggi, biasanya berdasarkan keturunan, kekayaan, atau pendidikan. Dalam sistem ini, kekuasaan sering kali diwariskan, dan anggota aristokrasi memiliki hak istimewa dalam masyarakat.

Keuntungan aristokrasi:

  1. Stabilitas Sosial: Struktur hierarkis dapat memberikan stabilitas dan konsistensi dalam pemerintahan.
  2. Keahlian dan Pendidikan: Anggota aristokrasi biasanya memiliki akses pendidikan yang lebih baik, sehingga dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi.
  3. Pengelolaan Sumber Daya: Aristokrat sering kali memiliki sumber daya dan kekayaan yang dapat digunakan untuk pengembangan infrastruktur dan budaya.
  4. Pewarisan Tradisi: Aristokrasi dapat membantu melestarikan budaya dan tradisi melalui generasi.

Namun, sistem aristokrasi memiliki beberapa keburukan, antara lain:

1.      Keterbatasan Akses: Kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit, mengabaikan suara dan kebutuhan masyarakat luas.

2.      Inequality: Mendorong ketidaksetaraan sosial, di mana kelas atas memiliki lebih banyak kesempatan dan sumber daya dibandingkan dengan kelas bawah.

3.      Kekakuan dalam Mobilitas Sosial: Sulit bagi individu dari kelas bawah untuk naik ke posisi yang lebih tinggi, sehingga menghambat bakat dan potensi.

4.      Korupsi dan Nepotisme: Keluarga dan teman-teman dekat aristokrat cenderung lebih diutamakan dalam hal kekuasaan dan kesempatan, mengarah pada praktik korupsi.

5.      Kurangnya Responsif Terhadap Rakyat: Penguasa aristokrat mungkin lebih fokus pada kepentingan pribadi atau kelompok daripada kebutuhan masyarakat umum.

6.      Stagnasi Inovasi: Dengan dominasi elit yang tidak berubah, bisa menghambat perkembangan dan inovasi karena kurangnya perspektif baru.

Keburukan-keburukan ini sering kali berkontribusi pada ketidakpuasan masyarakat dan konflik sosial. Dan pada akhirnya membangkitkan semangat perubahan pada masyarakat yang dikecewakan, seperti apa bentuk kekecewaan yang mereka tunjukkan?..., kita akan menikmati pada tulisan berikutnya.

Penulis:

Michael Z.A

SISTEM TIRANI

 

Ketika Sistem Monarki sudah keluar jalurnya maka terciptalah tiranisme dalam pemerintahannya, sebuah sistem otoriter yang menzalimi rakyatnya. Kekuasaan yang memabukkan membuat penjaganya bertindak sewenang-wenang dalam pemerintahannya.

Sistem tirani adalah bentuk pemerintahan di mana satu individu atau sekelompok kecil orang memiliki kekuasaan mutlak dan seringkali menindas hak-hak individu dan kebebasan masyarakat. Dalam sistem ini, keputusan diambil tanpa melibatkan suara rakyat, dan kritik terhadap penguasa sering kali dibungkam.

Keburukan dari sistem tirani antara lain:

·         Penindasan Hak Asasi Manusia: Kebebasan berbicara, berkumpul, dan berpendapat sering kali dibatasi, sehingga individu tidak dapat menyuarakan pendapat atau kritik terhadap penguasa.

·         Kekurangan Akuntabilitas: Penguasa tidak bertanggung jawab kepada rakyat, sehingga bisa menyalahgunakan kekuasaan tanpa konsekuensi.

·         Korupsi: Karena kekuasaan terpusat, kemungkinan terjadinya korupsi meningkat, dan sumber daya sering kali disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.

·         Krisis Kemanusiaan: Banyak rezim tirani menyebabkan penderitaan massal, baik melalui kekerasan, pengusiran, maupun kebijakan ekonomi yang merugikan.

·         Stagnasi Perkembangan: Inovasi dan kemajuan sering terhambat, karena tidak ada ruang untuk ide-ide baru yang muncul dari masyarakat.

Sistem tirani pada umumnya menghasilkan ketidakpuasan di kalangan rakyat dan dapat berujung pada konflik atau revolusi. Ketika seorang raja tidak berlaku adil, berbagai dampak negatif dapat terjadi, antara lain:

·         Ketidakpuasan Rakyat: Rakyat akan merasa dirugikan, yang dapat menyebabkan protes, pemberontakan, atau gerakan oposisi.

·         Ketidakstabilan Sosial: Ketidakadilan dapat memicu ketegangan di antara berbagai kelompok dalam masyarakat, meningkatkan konflik sosial.

·         Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan: Ketika raja tidak adil, risiko korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan meningkat, karena kekuasaan tidak diawasi.

·         Pengabaian Kesejahteraan: Kebijakan yang tidak adil sering kali mengabaikan kebutuhan dasar rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

·         Legitimasi yang Menurun: Kepercayaan dan dukungan rakyat terhadap raja akan menurun, yang dapat mengancam kekuasaan dan stabilitas kerajaan.

Dalam situasi seperti ini, rakyat sering mencari cara untuk menggulingkan atau mengganti pemimpin yang tidak adil, yang bisa berujung pada perubahan rezim atau revolusi.

 

Penulis:

 

Michael Z.A

Serpihan petuah

 Serpihan petuah    Berdasarkan kajian surat Asy Syu'ara' ayat 198 sampai 200  saya berani menyimpulkan bahwa kitalah dari bangsa Nu...